8 | Slowly, Confused

234 41 3
                                        

Sinar mentari yang diam-diam mengintip di sela-sela jendela yang sedikit terbuka, sukses menggerakkan kelopak mata yang tertutup. Wonyoung yang masih merasakan kantuk enggan membuka matanya dan lebih memilih mengeratkan pelukannya pada guling kesayangannya. Mendusalkan kepalanya untuk mencari posisi nyaman kembali melanjutkan tidur.

Tapi, kenapa guling ini terasa lebih lebar dan sedikit keras? Apakah karena ia sudah lama tidak memeluk guling ini makanya benda panjang ini menjadi keras? Atau para pelayan sudah mengganti guling di kamarnya ini?

Mencoba meraba dan mendekap lebih dalam guling miliknya, tetapi masih saja terasa keras. Perlahan Wonyoung membuka kelopak matanya, dan hal pertama yang ia lihat membuatnya langsung menarik tangannya lalu menutup mulutnya dengan mata yang terbuka lebar.

'Astaga, aku sudah gila.'

Wonyoung beringsut bangun dari tempat tidurnya dan segera menuju ke kamar mandi. "Kenapa dia bisa ada disana?"
Sambil terus memikirkan hal itu di dalam kepalanya, ia memutuskan untuk membersihkan diri dan bersiap saja dahulu.

Krek..

Pintu kamar mandi terbuka secara perlahan ke arah luar dengan Wonyoung yang telah selesai dengan kegiatannya di dalam sana- mengintip melihat keadaan di dalam kamarnya. Arah pandangannya tertuju pada tempat tidur yang sudah kosong.

'Kemana dia?' Wonyoung bergumam dalam hati.

Menoleh kesana kemari dan masih tidak menemukan keberadaan orang yang dicari, ia pun melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi lalu menutup pintunya dan langsung terperanjat ketika melihat Sunghoon sudah berdiri menyenderkan punggungnya di dinding samping pintu kamar mandi sambil menatap ke arahnya.

Wonyoung merasa jantungnya seperti akan melompat keluar ketika melihat Sunghoon disana. Kenapa pria ini tidak bersuara? Apa memang hobinya begitu? Gumam Wonyoung sambil berusaha menetralkan jantungnya akibat terkejut.

Sunghoon berjalan menghampiri Wonyoung, dan yang dihampiri pun reflek memundurkan diri perlahan hingga berhenti ketika ia merasa sudah terpojokkan di depan meja riasnya. Masih saling menatap netra satu sama lain hingga salah satunya berbicara.

"Ada apa?" Tanya Wonyoung dengan raut wajah datar tetapi dengan jantung yang berdebar kencang. Baru saja Sunghoon ingin membalas, ketukan pintu dari luar kamar pun mengalihkan perhatian mereka.

"Nona Wonyoung dan Tuan Sunghoon, anda berdua sudah ditunggu oleh Ibu dari Tuan Jang di ruang makan untuk sarapan."

Mendengar hal itu, Wonyoung pun menggeserkan badannya dan segera pergi menuju ke arah luar kamar meninggalkan Sunghoon yang masih terdiam dengan posisi yang sama. Sebelum pergi ia menoleh kembali,

"Segera bersiap, Nenek menunggu kita di ruang makan."

Wonyoung pun segera turun ke arah ruang makan dengan Sunghoon yang menatap kepergiannya tadi dengan menghela nafas.

──────── ୧.୨ ────────

Wonyoung pun sudah mendudukkan dirinya di meja makan dengan Nenek yang juga sudah duduk terlebih dahulu. Sunghoon menuruni anak tangga dan ikut mendudukkan dirinya ketika sampai di meja makan. Sarapan pun dilalui dengan damai karena hanya ada mereka bertiga disana. Ayah dan ibu Wonyoung sudah pergi lebih awal karena ada acara penting yang harus mereka hadiri.

Setelah habis menyantap sarapannya dan berbincang sejenak dengan Nenek, keduanya pun berpamitan pulang. Sunghoon sudah berada di dalam mobil terlebih dahulu memberikan ruang untuk Wonyoung yang masih ingin berbincang dengan sang nenek.

"Nek, aku pulang dulu. Nenek jangan rindu padaku, ya. Jaga kesehatan nenek."

Nenek pun hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya dan merentangkan tangannya untuk memeluk cucu satu-satunya yang sangat ia sayangi ini. Setelahnya, Wonyoung pun ikut menyusul Sunghoon yang sudah berada di dalam mobil.

Equal and Different 「 Jangkku 」Where stories live. Discover now