Langit mulai menggelap dan udara semakin dingin. Wonyoung baru saja menyelesaikan pekerjaannya, dan sedang mengendarai mobilnya menuju rumah. Sebelumnya, ia mampir ke minimarket terdekat untuk membeli beberapa bahan makanan karena kulkas dan lemari makan di rumah masih kosong. Sehabis membeli semua kebutuhan ia pun melanjutkan perjalanannya menuju rumah.
Sesampainya di rumah dan akan memasukkan mobil, ia melihat garasi yang masih kosong menandakan bahwa Sunghoon belum pulang. Masuk ke dalam sambil membawa bahan makanan yang ia beli, lalu ia tata dan masukkan ke dalam kulkas dan lemari yang ada di dapur.
Setelah kegiatan susun menyusun itu selesai, ia beralih ke lantai atas untuk membersihkan diri, dan memakai baju tidur yang berupa terusan sampai mata kaki dengan tali sebahu, lalu dilengkapi cardigan polos. Ia merasakan perutnya berbunyi dan segera turun ke bawah untuk mengisi perutnya dengan camilan yang ia beli juga tadi.
Mendudukkan dirinya di sofa sambil memakan camilan malamnya ditemani acara televisi. Saat sedang fokus menyuap makanan, ia mendengar suara mobil yang memasuki pekarangan rumah dan gerbang yang ditutup.
'Itu pasti dia.' Wonyoung bergumam dalam hati.
Pintu terbuka dan muncul Sunghoon dengan wajah lelahnya sambil menenteng tas belanjaan.
"Kau membeli bahan makanan juga?" Wonyoung bersuara setelah melihat Sunghoon membawa tas belanjaan.
Sunghoon yang mendengar itu langsung menghentikan langkahnya dan menatap ke arah Wonyoung. Pandangannya tertuju pada bibir Wonyoung yang terdapat banyak sisa makanan di sampingnya, lalu mengalihkan pandangannya pada mata si lawan bicara.
"Iya."
Setelahnya Sunghoon melanjutkan langkahnya ke dapur dan menyusun bahan makanan yang ia beli, dan ternyata sudah terisi beberapa makanan saat ia membuka kulkas dan lemari. Menyelesaikan kegiatannya di dapur, ia pun beralih ke lantai atas dan membersihkan diri lalu turun ke lantai bawah lagi untuk mengisi perut kosongnya yang sibuk berbunyi sedari ia menuju jalan pulang.
Mengeluarkan nasi instan yang ia beli dan dihangatkan lalu mendudukkan dirinya di meja makan dan menyantap makanannya dengan hikmat.
Wonyoung yang masih sibuk mengunyah makanannya itu langsung teralihkan saat muncul notifikasi di handphone-nya yang ada di atas meja. Membuka dan melihat pesan yang ternyata berasal dari sang ayah. Ia membuka malas pesan itu dan membacanya, lalu membalas singkat.
Ia lalu menegakkan dirinya dan berjalan menuju wastafel yang ada di dapur untuk mencuci tangan. Setelahnya, ia mendudukkan dirinya di meja makan di hadapan Sunghoon yang masih menyuap makanan sambil memainkan handphone-nya. Sunghoon masih belum sadar dengan keberadaan Wonyoung yang ada dihadapannya sampai Wonyoung tiba-tiba berbicara kepadanya.
"Sunghoon, aku ingin membicarakan sesuatu."
Mendengar ada suara dari depannya, Sunghoon menolehkan pandangannya ke depan dan mendapati Wonyoung sudah duduk berhadapan dengannya, lalu meletakkan handphone-nya.
"Ada apa?"
"Ayahku meminta kita datang untuk makan malam bersama. Ini permintaan dari nenek. Apa kau bisa?"
"Kapan acaranya?"
"Mereka minta kita yang menentukan tanggalnya."
"Aku selama seminggu ini tidak bisa, mungkin senin depan?"
"Baiklah, senin depan. Akan aku sampaikan pada ayahku."
Sunghoon hanya menganggukkan kepalanya dan menatap ke arah Wonyoung. Wonyoung yang merasakan tatapan Sunghoon kepadanya itu lalu bertanya,
KAMU SEDANG MEMBACA
Equal and Different 「 Jangkku 」
Romansa[M] Permintaan dari orang tersayang dan paksaan untuk melindungi orang yang ia sayangi. Dua orang yang menerima perjodohan dengan alasan masing-masing. Keduanya memiliki luka yang disimpan dengan rapi dan dipertemukan untuk saling menyembuhkan gores...
