[M] Permintaan dari orang tersayang dan paksaan untuk melindungi orang yang ia sayangi. Dua orang yang menerima perjodohan dengan alasan masing-masing. Keduanya memiliki luka yang disimpan dengan rapi dan dipertemukan untuk saling menyembuhkan gores...
Lagi-lagi hanya ada keheningan yang mengisi perjalanan mereka menuju rumah. Wonyoung sibuk dengan isi pikirannya sendiri memikirkan hal tadi pagi dimana ia terbangun dengan Sunghoon yang berada disampingnya. Kenapa pria itu bisa tidur di sampingnya? Dan lebih gilanya lagi ia memeluk Sunghoon?
Tanpa Wonyoung sadari, mereka telah sampai di rumah dengan Sunghoon yang diam-diam memperhatikan Wonyoung yang sedari tadi sibuk dengan isi pikirannya. Melihat Wonyoung yang masih tidak ada niatan untuk turun dari mobil, Sunghoon pun memanggilnya.
"Wonyoung." Panggilan pertama tidak dihiraukan karena memang suara yang ia keluarkan agak kecil.
"Wonyoung," Yang dipanggil pun menoleh kebingungan. Sunghoon yang melihat hal itu menghela nafasnya, lagi.
"Ada apa?" Tanya Wonyoung dengan raut wajah yang terlihat bingung.
"Kita sudah sampai daritadi. Apa kau tidak mau turun?" Balas Sunghoon.
Mendengar hal itu, Wonyoung pun menolehkan pandangannya ke jendela mobil dan benar melihat rumah mereka. Ia pun langsung membuka pintu mobil dan turun meninggalkan Sunghoon yang melihatnya dengan aneh. Sunghoon pun ikut turun dan mengikuti Wonyoung yang sudah lebih dulu masuk ke dalam rumah. Baru saja melangkahkan kakinya masuk, ia melihat Wonyoung yang sudah berdiri di ruang tengah sambil menatapnya dengan raut wajah tenang yang menyembunyikan ragunya sampai Sunghoon pun tidak menyadarinya.
"Apa ada yang ingin kau katakan?" Tanya Sunghoon ketika melihat Wonyoung yang masih terus menatapnya.
"Aku-"
Ucapan Wonyoung terhenti ketika suara dering telepon yang berasal dari saku celana Sunghoon berbunyi. Sunghoon pun langsung beralih mengangkat telepon sambil menuju ke kamarnya di lantai atas dan setelahnya turun tergesa-gesa sambil membawa beberapa dokumen lalu melewati Wonyoung yang melihatnya dengan tatapan bingung. Tak lama, suara deru mobil pun terdengar menjauh dari pekarangan rumah.
Yah, sepertinya ia harus menyimpan kembali pertanyaan yang terus berputar di kepalanya sedari tadi. Mendengar suara dering teleponnya yang berasal dari sang asisten yang mengabarkan bahwa ia akan menghadiri janji pertemuan lagi. Wonyoung pun berganti pakaian menjadi formal dan segera menuju ke kantornya.
──────── ୧ Flashback ୨ ────────
"Ayah.. Ibu.."
Lirihan yang terus menerus terdengar, membuat Sunghoon terbangun dari tidurnya. Melihat ke arah sumber suara dan memutuskan untuk mendatanginya. Sunghoon melihat Wonyoung yang sudah bercucuran keringat di dahi dengan terus melirihkan panggilan pada kedua orang tuanya. Tanpa sadar ia mencoba mengelap peluh sang wanita dan saat akan menjauh, tangannya langsung ditarik yang membuatnya terduduk di tepi kasur.
Wonyoung, pelaku yang menariknya itu pun memeluk lengannya. Sunghoon yang melihat itu ingin menarik lengannya perlahan tetapi pelukan itu makin dieratkan. Menghela nafas pasrah dan menyenderkan punggungnya di headboard kasur sang pemilik kamar. Merasakan kelopak matanya memberat dan tanpa sadar menidurkan dirinya di kasur yang sama dengan sang istri.
Keesokan paginya, Sunghoon merasakan sesuatu yang terus bergerak-mendekapnya dengan erat. Mata yang terkatup perlahan membuka dan melihat sebuah lengan yang melingkari pinggangnya. Baru saja ia ingin membangunkan sang pelaku yang memeluknya, ia melihat kelopak matanya yang perlahan terbuka. Sunghoon pun tiba-tiba menutup kembali matanya seolah-olah masih tertidur.
Tunggu.
Kenapa dia melakukan hal itu?
Merasakan lengan yang melingkarinya tiba-tiba tertarik menjauh, disusul dengan kasur yang kehilangan bebannya sebelah dan suara langkah kaki yang menjauh.
Klak
Sunghoon membuka matanya dan mendudukkan dirinya di kasur. Menatap ke arah pintu kamar mandi yang tertutup dengan Wonyoung yang berada persis di balik bilik itu. Memutuskan untuk menunggu pemilik kamar keluar dari kamar mandi, ia berkeliling kamar dan akhirnya menyenderkan punggungnya pada dinding di samping pintu kamar mandi. Semenit setelahnya pintu terbuka tetapi wujudnya terhalang oleh pintu yang terbuka ke arah luar. Saat pintu itu ditutup, barulah ia melihat Wonyoung yang terperanjat melihatnya.
Tanpa aba-aba, Sunghoon berjalan mendekat ke arah Wonyoung yang berakhir menyudutkannya di meja rias yang ada di ujung ruangan. Dari jarak keduanya yang tidak terlalu jauh, Sunghoon bisa mencium aroma floral itu lagi. Aroma yang membuatnya tenang dan nyaman hanya dengan menghirupnya.
"Ada apa?"
Sunghoon yang mendapat pertanyaan dari orang di hadapannya sebenarnya tidak tahu apa yang ingin ia bicarakan. Ia seperti lupa apa yang ingin ia lakukan sebenarnya.
Tok Tok Tok
Ketukan pintu terdengar dan mengalihkan atensi keduanya. Ntah kenapa Sunghoon merasa lega mendengar hal itu. Mendengar apa yang pelayan katakan di balik pintu dan Wonyoung segera beralih meninggalkannya keluar.
"Segera bersiap, Nenek menunggu kita di ruang makan."
Melihat Wonyoung yang sudah menghilang dari pandangan tetapi aroma itu masih tertinggal. Sunghoon menghela nafasnya dan bergumam,
"Ha... Ada apa denganku?"
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.