56

26.6K 3.5K 470
                                    

"Zidane, kamu baik-baik aja sayang?"

Kamila langsung memeluk pemuda itu cukup erat, menyalurkan rasa khawatirnya sedari tadi. Kamila benar-benar dibuat khawatir, sejak jam sekolah berakhir, Zidane masih tidak berada di Mansion. Dia takut jika sesuatu hal buruk terjadi pada putra ketiganya itu, mengingat kejadian tempo lalu yang membuat rasa takutnya semakin memupuk.

"M—mamah?"

Kamila reflek melepaskan pelukannya, dia tidak menyadari sikapnya yang mungkin terlalu berlebihan. Dia takut Zidane merasa tak nyaman. "A—ah maafkan Mamah, Mamah membuatmu tak nyaman, Mamah reflek tadi. " Dia langsung melangkah mundur.

"Mamah kenapa?" Zidane menampilkan ekspresi bingungnya, apa yang membuat Mamahnya seperti ini? Bukankah hubungan mereka sejauh ini baik-baik saja? "Kenapa Mamah meminta maaf?"

"E—eh. "

"Mamah sakit?"

Kamila menggelengkan kepalanya. "Nggak, Mamah hanya khawatir tadi, kamu nggak papa kan? Ada masalah di jalan atau apa? Mamah khawatir kamu nggak pulang-pulang, ini udah mau gelap. "

Zidane sempat dibuat aneh, gelagat Kamila yang seolah canggung berinteraksi dengannya di saat awal tadi.  Dia jadi terpikir, apa ini ada hubungannya dengan kejadian waktu itu? Di saat dimana dia tidak bisa mengontrol dirinya sendiri, dia benar-benar menyesalinya. Kamila tidak akan menjauhinya karena hal itu kan? "Maaf, tadi—Zidane ada urusan. "

Kamila memilih mengangguk. "Oh begitu, ya sudah. Mamah tidak masalah, lain kali kabari Mamah oke?" Dia tersenyum teduh. "Mamah hanya khawatir, tidak perlu meminta maaf. Jika ada masalah Zidane bisa bilang ke Mamah ya? Kamu pasti lelah sekarang, kamu bisa bersih-bersih dulu di kamar, nanti turun ke bawah, Mamah nyiapin sesuatu buat kamu. "

Kini Zidane hanya mengangguk, dia tidak membuka suara setelahnya. Dia menaiki anak tangga menuju kamarnya, dan setelah melakukan ritual untuk membersihkan diri, akhirnya Zidane turun ke lantai bawah seperti permintaan Kamila sebelumnya.

"Mamah?"

Panggilan itu membuat Kamila berbalik, dilihatnya wanita itu tengah menggendong Chila yang nampak fokus memakan eskrim di tangannya. "Chila?"

Gadis kecil itu mendongak, kemudian tersenyum lebar menampilkan gigi kelincinya. "Abang~ Chila makan esklim, " sahutnya semangat, Kamila dibuat terkekeh kecil mendengarnya, wanita itu kemudian beralih menggeser kursi yang ada di dekatnya ke belakang.

"Sini duduk, kamu pasti lapar kan?"

"Ini sup ayam kan?" Mata laki-laki nampak berbinar saat melihat semangkuk sup ayam di atas meja makan. Akhir-akhir ini, dia sering meminta Bibi Asri membuatkannya untuknya, sup ayam menjadi makanan favoritnya saat ini. "Mamah yang buat ini?"

Wanita itu mengangguk, dengan seulas senyuman yang terpatri di bibirnya. "Mamah sengaja buatin ini tadi, kata Bibi Asri kamu sering minta buatin sup ayam akhir-akhir ini. Maaf ya, Mamah buatnya tadi sendiri, bukan buatan Bibi Asri, kalo nggak enak nggak usah dimakan, yang penting dicoba dulu. Mau kan?" Kamila langsung berterus terang—terlihat mata Zidane terus menatapnya dengan tatapan yang berarti.

"Zidane coba. " Pemuda itu mengangguk semangat, dia memulainya setelah membaca bismillah. Dia akui—sup ini sangat enak, tidak kalah dengan sup ayam yang sering dia minta buatkan. Kamila sempat dibuat khawatir saat melihat Zidane yang terdiam.

"Nggak enak ya?"

"Enak banget Mah!" puji Zidane dengan mata berbinar. "Ini enak loh, ini semuanya buat Zidane ya Mah?"

"Kamu beneran suka?"

"Iya, Mah. Ini enak banget loh, nanti masakin buat Zidane lagi ya Mah?" Zidane melirik sekilas ke arah Kamila, kemudian kembali memakan makanannya itu dengan wajah yang berseri-seri, hal itu membuat Kamila tak henti-hentinya mengembangkan senyuman.

Transmigrasi Mantan Santri?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang