49

31.9K 3.5K 848
                                    

Hampir seminggu lamanya pertemuan itu, Zidane masih memikirkan pertemuannya dengan Revin saat di Cafe. Dia tidak bisa menampik rencana gila Revin yang menyuruhnya untuk langsung menyerang titik markas dari mafia milik Anggara, bukankah itu gila? Revin bahkan terlihat mempunyai dendam yang menggebu-gebu, mungkin sama halnya dengan Zidane yang dulu? Entahlah.

Jika bercerita tentang jawaban, Zidane menolak. Dia juga tidak sebodoh itu, dia masih bisa memikirkannya, dia akan mati sia-sia di sana. Meskipun dia mempunyai ilmu beladiri yang cukup mumpuni, itu tentu tidak akan cukup untuk menghadapi organisasi mafia. Dia hanya anak yang baru berkecimpung di dunia semacam ini, mana bisa dia tiba-tiba hebat dan bisa mengalahkan organisasi semacam itu?

"Gue nggak yakin kalo Zidane asli nggak jago berantem. "

"Apa itu bagian dari maksud Bang Revin? Dia bersikap seolah-olah ketua yang buruk, nggak jago berantem, cuman melampiaskan amarahnya sama anggotanya, padahal itu bagian dari persiapannya menghadapi ini. "

"Meskipun gitu, sikap Zidane asli nggak bisa dibenarkan, melampiaskan amarah sama orang lain itu hal salah. Mungkin karena dia berkaca dari sikap Papah? Mainnya adu jotos, penjesalan belakangan. "

"Ini yang butuh psikolog bukan cuman Anggara—maksud gue Papah, Zidane juga butuh psikolog iya kan? Lalu gue? Gue padahal bagian dari seorang Zidane kan? Mental gue aman?"

Zidane menghembuskan nafasnya pelan. Dia beranjak dari tempat duduknya sambil mengambil Al-Qur'an yang ada beberapa senti dari tangannya. Dia memutuskan untuk keluar, berencana untuk memanfaatkan waktu libur ini dengan memurojaah hafalannya, dan ya dia akan mencari tempat yang cocok untuk melakukannya, daripada harus melihat tembok kamarnya yang tidak pernah berubah, bisa-bisa dia malah mengantuk.

"Sepi amat nih rumah, bodyguard doang sama maid. "

"Kalo rumahnya nggak dibacain Al-Qur'an, nih kayak kuburan. Jadi gue bacain aja, kalo perlu gue ambil speaker mesjid buat nyuruh nih penghuni Mansion biar baca Al-Qur'an, biar nggak kayak kuburan. "

Zidane tidak lagi bergumam aneh, dia menempatkan posisinya di dapur, karena inilah tempat yang menurutnya sepi, hanya ada sedikit aktivitas yang lalu-lalang karena jam makan siang masih lumayan lama. Dia membuka Al-Qur'an miliknya, dengan bacaan Al-Qur'an yang mulai terdengar.

1
الۤمّۤرٰۗ تِلْكَ اٰيٰتُ الْكِتٰبِۗ وَالَّذِيْٓ اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَ الْحَقُّ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يُؤْمِنُوْنَ

2
اَللّٰهُ الَّذِيْ رَفَعَ السَّمٰوٰتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ثُمَّ اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَۗ كُلٌّ يَّجْرِيْ لِاَجَلٍ مُّسَمًّىۗ يُدَبِّرُ الْاَمْرَ يُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَاۤءِ رَبِّكُمْ تُوْقِنُوْنَ

3
وَهُوَ الَّذِيْ مَدَّ الْاَرْضَ وَجَعَلَ فِيْهَا رَوَاسِيَ وَاَنْهٰرًا ۗوَمِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِ جَعَلَ فِيْهَا زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ يُغْشِى الَّيْلَ النَّهَارَۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ

4
وَفِى الْاَرْضِ قِطَعٌ مُّتَجٰوِرٰتٌ وَّجَنّٰتٌ مِّنْ اَعْنَابٍ وَّزَرْعٌ وَّنَخِيْلٌ صِنْوَانٌ وَّغَيْرُ صِنْوَانٍ يُّسْقٰى بِمَاۤءٍ وَّاحِدٍۙ وَّنُفَضِّلُ بَعْضَهَا عَلٰى بَعْضٍ فِى الْاُكُلِۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ

Transmigrasi Mantan SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang