13

39.1K 3.3K 192
                                    

Hari ini, Zidane kembali bersekolah setelah meliburkan diri kemarin karena kondisi kesehatannya. Sekarang kondisinya sudah lebih baik, luka-lukanya yang mulai mengering dan berangsur hilang, mungkin hanya kepalanya saja yang masih terlilit perban. Dan dia tutupi dengan topinya, karena kebetulan hari ini akan melaksanakan upacara bendera.

Dia padahal ingin sekali melepasnya, namun Dokter Matt melarangnya. Pria dewasa itu juga sempat melarangnya masuk sekolah, namun Zidane bersikeras karena dia merasa lebih baik dari sebelumnya.

"Akhirnya, setelah sekian lama gue akhirnya sekolah. "

Sekian lama? Padahal dia hanya meliburkan diri selama satu hari, sepertinya tempat amannya hanya di sekolah ini, mengingat bagaimana kejadian dia bersama Anggara malam itu membuat dia bertekad untuk menghindarinya saja.

"Kayaknya cuman disini tempat aman gue. "

"Anggara—maksud gue Papah ternyata seram banget, masa iya gue cuman diem langsung kdrt dia. "

"Untung gue nggak masuk Rumah Sakit lagi setelahnya. "

"Kek hampir sekarat gue kemarin, asli. "

Dia menggelengkan kepalanya meratapi nasibnya. Dia tersenyum miris, di dunia ini ternyata lebih keras daripada dunianya yang sebelumnya.

Zidane kemudian menghembuskan nafasnya pelan, dia memutuskan untuk melangkahkan kakinya ke dalam kelas, dan saat sampai dia hanya melihat beberapa orang saja yang baru datang ke kelas.

"Yang absen kemarin siapa?"

"Gue, " balas laki-laki yang ditanya oleh Zidane. "Lo nggak ada kabar kemarin, kemana aja? Bolos lo, gue kira udah insaf. " Dia terkekeh ringan saat melihat perubahan raut wajah Zidane.

"Thala nggak bilang sama lo?"

"Thala? Nggak ada, mereka bertiga pas guru nanya bilangnya nggak tau mungkin bolos gitu. "

Zidane kembali terdiam, dia mengambil handphone yang ada di dalam sakunya, kemudian membuka chat yang dia kirimkan kemarin pada Thala. Dia sempat mengabari jika dia masih sakit, dan meminta Thala untuk memberitahukannya. Namun yang dia dapati, chat tersebut sudah terbaca, namun tanpa balasan apapun. "Dia baca kemarin, " gumamnya.

Akhirnya, Zidane memutuskan untuk keluar. Entah kenapa, saat mendengar kenyataan tadi, suasana hatinya mendadak tidak baik. Salahkan jika dia menduga-duga hal yang belum jelas kebenarannya? Namun saat mendengar hal tadi, dia heran sekaligus kecewa bersamaan, seharusnya Thala mengatakan hal yang dia sampaikan di chat bukan?

Apalagi, laki-laki itu terbukti membaca chatnya.

"Waktu itu, Thala juga nggak balik ke Rumah Sakit, " gumamnya mengingat-ingat kejadian tempo lalu.

"Dia masih marah?"

"Gue, salah apa?"

"Gue kan emang salah. Gue cuman jiwa lain yang baru-baru aja ke dunia ini, dia kan dari awal emang nggak suka gue. Nggak cuman dia, bahkan semua yang ada di dunia ini. "

"Kayaknya tawuran waktu itu, gue ikut pun nggak bakal ubah apa-apa. "

"Gue kira semudah itu dapet perhatian mereka, ternyata gue salah. "

"Ah Zid, ini baru dugaan lo kan? Mungkin mereka sibuk. "

Zidane menghembuskan nafasnya perlahan, dia memutuskan untuk mengabaikan pemikiran negatifnya itu, berusaha untuk berpikir positif. Dia melihat-lihat ruangan-ruangan yang dia lalui, semua yang ada disini juga berhampiran mirip dengan dunianya yang sebelumnya. Semua ciptaan disini terasa sangat indah.

Keindahan itu membuatnya berdecak kagum, namun mengingat hal yang tidak mengenakkan, membuat rasa kagumnya itu seakan luntur.

"Gue mau balik sih kalo bisa. "

Transmigrasi Mantan SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang