17

37.2K 3.3K 198
                                    

Vote, komen ges!

.
.
.

____________

Besok, adalah hari dimana tes olimpiade akan berlangsung. Sudah seminggu terakhir ini dia menyiapkannya, dia benar-benar serius untuk mengikuti tes tersebut, setiap malamnya dia meluangkan waktu untuk belajar. Di samping itu, dia juga tidak melupakan hafalan Al-Qur'an nya. Seperti kali ini, sudah sekitar 10 menit lamanya dia membuka Al-Qur'an setelah lebih dari 1 jam yang lalu dia membuka materi-materi untuk tes besok.

"Huh, kayaknya gue perlu cari guru tahfiz sih. "

"Tapi dimana ya kira-kira? Ustadz komplek disini ada nggak sih? Gue mau setoran hafalan. "

"Soalnya kalo nggak disetor, entar hilang lagi, kagak ngejar target juga, keburu gue isdet 2 kali nggak khatam-khatam. "

Zidane menghembuskan nafasnya pelan, dia menutup Al-Qur'an miliknya dengan berjalan menuju pintu keluar. Dia membawa Al-Qur'an miliknya berjalan meninggalkan kamarnya.

"Pak!"

Bodyguard yang tengah berdiri di samping tangga menoleh saat mendengar suara tuan muda ke 3 nya itu, di samping itu Zidane berjalan menghampirinya dengan menuruni anak tangga. "Pak, sibuk nggak?"

"Saya tuan muda?" Bodyguard tersebut menunjuk dirinya sendiri, sudah hampir 3 minggu lamanya dia merasakan perubahan sikap dari tuan mudanya itu, dia akhirnya mulai terbiasa berbicara santai padanya. Dia pun juga tidak lagi menundukkan kepala, karena Zidane sendiri yang memintanya.

"Iyalah Pak, kan cuman Bapak disini. " Zidane sedikit terkekeh, yang membuat bodyguard tersebut menggaruk tengkuknya tak gatal.

"Tidak tuan muda, tuan muda ada perlu apa?"

"Nyimak hafalan saya bisa, Pak?" tanya Zidane sedikit ragu. Awalnya, dia hanya berniat keluar kamar untuk healing karena merasa bosan di kamar. Namun saat dia melihat salah satu bodyguard yang beberapa kali berinteraksi dengannya, dia ingin mengutarakan keinginan yang sudah dia inginkan. "Gue kangen disimak hafalan sama Bang Fikri, " batinnya.

"Hafalan Al-Qur'an tuan muda?" Bodyguard tersebut menatap ke arah tangan kanan Zidane yang memegang Al-Qur'an kecil di tangannya. Zidane dibuat menganggukkan kepalanya, sambil tersenyum.

"Bisa kan Pak?"

"B-baik lah tuan muda. " Sebenarnya dia ragu untuk menerimanya, bukan karena takut, melainkan dia ragu akan kemampuan Zidane. Sejak kapan laki-laki itu menghafal Al-Qur'an? Bahkan jauh sebelumnya, dia juga tidak pernah mendengar Zidane melakukan shalat, jika bukan akhir-akhir ini. Apalagi ini, hanya orang istimewa bisa menghafalkan Al-Qur'an.

"Di sofa sana ya, Pak!"

Dia menganggukkan kepala, mengikuti langkah tuan mudanya yang lebih dulu menuju sofa. Dia mendudukkan dirinya di sofa, atas permintaan Zidane. Padahal dia ingin duduk di bawah karena takut menyalahi aturan, namun Zidane memaksanya.

Lantunan ayat-ayat Al-Qur'an itu mulai terbaca di mulut Zidane, bodyguard tersebut sempat terperangah dibuatnya. Beberapa kali dia menatap ke arah Zidane, kemudian kembali ke mushafnya, untuk memastikan jika suara itu benar-benar berasal dari Zidane.

Di ujung sudut Mansion, seseorang menghentikan langkahnya setelah masuk dari pintu utama. Suara itu seakan menghipnotisnya, dan dia melanjutkan langkahnya untuk menemukan suara indah tersebut.

"Itu suara dia?"

Anggara—pria dewasa itu terdiam menatap ke arah Zidane yang duduk berhadapan dengan salah satu bodyguardnya. Dia memang sudah kembali dari luar kota 2 hari yang lalu, dan sekarang dia baru saja pulang dari Kantor. "Sejak kapan dia memiliki suara indah seperti ini?"

Transmigrasi Mantan SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang