26-Rumah (1)

74 11 0
                                    

"Alpha." Panggil Jenny sedikit berteriak.

Alpha yang mendengar seseorang memanggil namanya, lantas membuka matanya sayu.

"Aku sudah berkali-kali memanggil nama mu, tapi kau tidak dengar." Ujar Jenny terdengar kesal.

"Ada apa?" Tanya Alpha singkat.

"Wajah mu merah, apa kau sakit?" Tanya Jenny sambil mengulurkan telapak tangannya pada dahi Alpha.

"Astaga, panas sekali. Aku akan mengambil kan obat sebentar. Duh kenapa kau tidak bilang kalau demam." Ucap Jenny mengomel sambil mencari sebuah kotak P3K di laci sebelah kasur Alpha.

"Ngga tau." Jawab Alpha singkat.

"Bagaimana kau tidak tau kalau kau sakit." Jawab Jenny.

"Ntah lah, gw ngga terlalu mikirin itu." Balas Alpha.

"Hah.... Entah kehidupan seperti apa yang kau jalani." Hela nafas Jenny bersabar.

"Oiya, mengenai kerja sama dengan anak Adam yang kau bilang tadi, aku tidak setuju." Ujar Jenny.

"Kenapa?" Balas Alpha.

"Bagaimana jika Adam mengenalimu?" Sahut Jenny.

"Dia ngga pernah ngeliat wajah gw." Jawab Alpha singkat.

"Hah.. Sudah lah aku tidak tau yang kau maksud. Ngomong-ngomong, bisakah kau menceritakan tentang kakak ku? James." Ucap Jenny dengan raut wajah memelas.

Alpha terdiam sejenak, ia sendiri bingung darimana ia harus menceritakan nya pada Jenny.

"Rumahmu. Tempat yang kita datangi tempo lalu. Gw disekap disana." Ujar Alpha.

Mendengar itu Jenny nampak tersentak kaget. Selama dia tinggal disana, dia bahkan tidak pernah melihat Alpha sekali pun, bagaimana mungkin Alpha pernah disekap disana? Begitulah pikirnya.

"Kau tau, aku tinggal di tempat itu sejak umur ku 7 tahun sampai berumur 9 tahun, tapi aku tidak pernah melihat mu sekali pun di rumah ku." Ujar Jenny mengernyitkan alisnya karena menganggap Alpha berbohong padanya.

"Oh ya?" Jawab Alpha dengan sebuah senyuman tipis.

*****

Hembusan nafas ringan menyapu debu disekitar wajahnya. Seorang bocah berusia 5 tahun terlihat terbaring meringkuk dengan tubuh kurusnya. Perlahan iya membuka mata kecil nya, melihat disekelilingnya tempat yang terasa sangat asing baginya.

"Dimana ini? Bunda?" Gumam seorang lelaki kecil itu yang terdengar seperti akan menangis.

Ia berdiri perlahan dan berdiam di tempat dengan kepala yang terus berputar melihat lingkungan barunya. Kaki kurus yang menopang berat tubuh nya itu perlahan melangkah mencari celah yang ia cari begitu membuka matanya tadi.

Sebuah ruangan sepetak tanpa pintu, dengan sebuah jendela yang terletak di atas langit-langit dan sebuah jendela lain yang terletak di bawah kakinya. Nampak sebuah kasur yang berada tepat di sebelah kamar mandi, dan rak buku yang mengelilingi ruangan itu dengan banyak buku yang tertata rapi pada rak itu.

"KELUARKAN AKU! KELUARKAN AKU!" Teriak bocah itu sambil memukul-mukul kaca yang berada di lantai ruangan itu.

"KUMOHON KELUARKAN AKU! BUNDA!! AKU JANJI TIDAK AKAN NAKAL LAGI! KELUARKAN AKU!" Teriak nya sekali lagi sambil terus menangis histeris.

Dari balik kaca itu ia melihat sebuah ruangan yang terlihat luas dibawahnya. Sebuah rumah. Itulah yang terlintas dipikiran nya. Seorang anak perempuan nampak terlihat duduk meringkuk pada sebuah sofa tepat di bawah kaca ruangan bocah lelaki tadi.

I'm the VILLAINWhere stories live. Discover now