19-Cruel

240 42 16
                                    

Texas, Amerika Serikat.

Sepasang manik mata bergetar goyah didepan sebuah rumah yang terlihat sudah usang tak berpenghuni. Hati yang sudah tenang tadi kembali ciut karena nya, histeria karena trauma itu kembali hadir dan memenuhi pikirannya.

Alpha menatap tubuh Jenny yang tengah tertegun menatap lamat-lamat rumah itu. Ia merangkul pundak mungil itu dan membawa Jenny berjalan masuk ke rumah itu.

"Hah... Sudah lama sekali aku tidak kemari. Tempat ini selalu mengingatkan ku pada bajingan itu." Pekik Jenny menatap sekeliling rumah itu.

Alpha menatap Jenny penuh arti. Sejujurnya saja, ia juga tidak tahu apa yang dialami Jenny, tapi ia juga tidak ingin menanyakan mengenai hal itu sebelum Jenny sendiri yang mengatakannya.

Sesaat Alpha merasa tidak asing dengan rumah itu, padahal menurutnya, baru pertama kali ia memasuki rumah itu.

Ia melangkahkan kakinya menyusuri setiap sudut rumah itu. Matanya bergerak menelusuri sekeliling, menatap lekat setiap tempat yang ia lewati. Tampak terlihat perabotan yang masih lengkap namun sudah usang karena lama tak berpenghuni.

"Kau ingin aku menemukan apa sialan." Gumam Alpha mengernyitkan alisnya kesal.

Sejenak kaki nya terhenti, mengingat kembali hal yang kini mulai ia sadari. Alpha mendongakkan kepalanya ke atas menatap langit-langit rumah itu. Memang jika di lihat dari depan, rumah itu terlihat seperti bangunan dengan dua lantai, tapi begitu masuk ke dalam rumah itu, tidak terlihat seperti adanya lantai lain di atas, bahkan juga tidak ada tangga menuju lantai atas. Bukankah itu hal yang patut di curigai? Hal itu lah yang disadari oleh Alpha.

Kepalanya terus mendongak ke atas, menatap setiap inci langit-langit itu mencari sesuatu yang dapat ia jadikan petunjuk. Nampak sebuah celah kecil yang terletak di salah satu sudut langit-langit rumah itu.

Sebuah seringai tercetak jelas di wajahnya setelah menemukan sebuah tangga gantung lipat yang tadi ia temukan. Kaki nya menaiki tangga itu dengan pasti. Bola matanya membulat sempurna melihat tempat itu.

Nampak jelas dimatanya sebuah emosi yang kini tengah meluap-luap. Dahinya berkerut geram melihat isi tempat itu.

"Jadi ini lah alasan kenapa aku merasa tidak asing dengan tempat ini? Heh." Gumam Alpha terkekeh menatap tempat itu.

"Sekali lagi. Sekali lagi kau menghianatiku 002. Sebenarnya apa hubunganmu dengan bajingan itu?!" Gumam Alpha kesal berusaha menenangkan dirinya agar bisa berpikir jernih.

Matanya membulat sempurna menatap sebuah buku diary yang kini berada di kedua tangannya. Matanya nampak sayu menatap tulisan yang sudah lama tak dilihatnya. Sesekali ia menghela nafas panjang menenangkan diri berusaha menguatkan hatinya untuk sekedar membuka buku itu. Sebuah buku kepemilikan "James Alton".

Jenny membuka sampul buku itu, nampak sebuah foto tua yang menyertakan seorang ibu dengan putra-putrinya yang tengah berdiri di kedua sisi sang ibu. Sebulir air mata menetes dari sudut mata Jenny begitu teringat momen itu.

Brak..

Suara pintu terbanting dengan keras. Jenny lantas mengalihkan pandangannya ke asal suara itu. Terlihat seorang pria paruh baya nampak berjalan sempoyongan masuk ke ruangan itu.

"P-Pergi sana kau bajingan!" Ujar Jenny yang melihat paruh baya itu nampak berjalan mendekatinya.

Pria itu memicitkan matanya agar fokus menatap gadis yang berada di depannya itu yang seakan terasa tidak asing dimatanya. Sebuah seringai terukir di wajah pria paruh baya itu.

"Hoho it's been too long we didn't meet. I miss you." Ujar pria itu pada Jenny.
("Hoho sudah terlalu lama kita tidak bertemu. Aku merindukan mu.")

I'm the VILLAINWhere stories live. Discover now