02-Dia

926 97 18
                                    

"Bukankah sudah gw bilang ke lu hah? Bel istirahat bunyi lu langsung kesini TOLOL!" Ucap Rey penuh penekanan.

"Ma-maaf tadi aku harus ngumpulin tugas ke guru." Balas Vin gugup dengan suara gemetaran.

"OOH jadi lu lebih suka dipukuli berarti? Yaudah besok diulangi lagi ya anjing... Biar bisa gw pukulin. Lu suka kan dipukuli begini?! Jawab bangsat!!" Ucap Rey sambil menghantamkan tinjunya pada tubuh Vin.

"Maaf maaf.. Ng-nggak ngulang lagi, maaf..." Ucap Vin terisak dalam tangisnya sambil menahan sakit pukulan Rey.

"Hei Rey Rey.. Ada guru tuh, cabut!" Ujar salah satu teman Rey memperingatkan.

"Inget ya bangsat kali ini lu lolos. Bersyukur aja ga gw pukulin sampe bonyok juga pala lu! Kalo lu ngulangin lagi awas lu!" Ucap Rey penuh penekanan dengan menatap Vin tajam.

Vin yang sudah meringkuk kesakitan hanya melihat arah kepergian Rey dan teman-teman nya dengan air mata yang sudah bercucuran. Dengan wajah menahan sakit, Vin beranjak berdiri sambil memegang perutnya yang nyeri akibat hantaman tinju Rey.

Entah berapa kali ia sudah mengalami hal itu. Banyak hal sudah ia lakukan, dari mulai tidak masuk sekolah untuk menghindari Rey dan melaporkannya ke guru. Namun, bukannya jera karena hukuman dari guru justru Rey semakin menjadi membully Vin.

"Pindah sekolah? Heh."

Vin terkikik dengan lamunannya sendiri.

"Bangsat! Udah berapa kali gw ngomong ke ortu tapi jawaban mereka selalu sama. Bertahanlah sebentar lagi juga lulus."

"Heheh omong kosong." Gumam Vin terkikik sekali lagi.

"Sampai kapan?"

"Sampai gw mati dihajar Rey?"

"Atau sampai gw mati bunuh diri?"

Setidaknya itu lah yang ada di pikiran Vin. Entah sudah berapa lama ia duduk bersandar pada sebuah tembok di belakang sekolahnya sambil melamunkan nasibnya.

Vin menatap langit dengan tatapan kosong. Sesekali ia melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanan nya. Jarum yang terus berputar tak dihiraukan lagi oleh Vin. Mungkin sekarang jam pelajaran ke tiga sudah selesai? Pikirnya.

"Hah.." Vin menghela nafas kasar, lalu beranjak dari duduknya. Ia berjalan tertatih sambil memegangi perutnya yang sakit menuju ruang kelas.

"Hei hei lihat tuh Vin."

"Wah dia bolos jam pelajaran pak Naryo tadi. Mampus tuh anak, pasti bentar lagi dipanggil wkwk."

"Kayak gatau aja lu, yah pasti dia abis dipukulin Rey."

"Yah gw jadi Rey pun juga bakal mukulin dia wkwk. Ngeliat aja gedeg gw, penampilan lusuh gitu, ngundang orang jadi pengen mukul."

"Hust ntar dia denger."

"Emang itu tujuan nya haha."

Terdengar pekikan para murid yang berbisik saat melihat Vin masuk kedalam kelas.

"Kedengeran tau bangsat!" Batin Vin kesal.

Dengan kepala yang terus merunduk, Vin berjalan menuju bangkunya. Ia hanya bersikap acuh pada tatapan yang terus menusuknya.

"Habis dipukulin Rey lagi?" Tanya Reno teman Vin.

Satu-satunya anak yang mau berteman dengan Vin mungkin hanyalah Reno. Seorang anak bertubuh gempal yang juga dicap sebagai pecundang dan menjadi sasaran bully an Rey dan teman-temannya.

"Iya." Jawab Vin singkat.

"Gw dipukulin juga gara-gara lu bangsat!" Batin Vin menatap Reno tajam.

I'm the VILLAINWhere stories live. Discover now