21. Whereas

4.3K 1K 449
                                    

Vote dulu yuk sebelum baca

Jangan lupa penuhi paragraf dengan komen kalian, jangan cuma komen next-next doang 🥹 sedih oey nulis panjang-panjang tapi ga ada yang komen tentang ceritanya 😩 padahal disediain fitur komen di tiap paragrafnya loh....

Selamat membaca!
────────────────────────────────────────────
Halley keluar kamar setelah Maria mengabarkan kedatangan Arsen padanya. Saat Halley tiba di ruang tamu, lelaki yang juga berstatus sebagai kakak tirinya itu berdiri dan memeluknya. Halley tidak menolak pelukan dari Arsen.

"Kau tidak menjawab telepon dariku dan juga sama sekali tidak membalas pesanku. Jadi aku kemari tanpa meminta izin darimu terlebih dulu." Arsen mengawali pembicaraan begitu mereka duduk di sofa.

Halley menatap Arsen yang sedang menatap dirinya dengan intens. Halley memilih langsung mengalihkan pandangan ke arah lain. Padahal sebelum bertemu dan bertatap muka lagi dengan Arsen, Halley merasa lebih baik karena lupa dengan perasaannya pada lelaki itu, sekaligus lupa pada rasa sakit hati yang pernah ia alami. Tapi sekarang.....

Entahlah. Bahkan Halley sendiri sulit menjabarkan apa yang ia rasakan.

Mungkin karena Arsen adalah cinta pertamanya. Melalui cinta pertamanya, Halley merasakan tentang kebahagian dan bahkan patah hati untuk pertama kalinya. Bahagia atau luka, yang namanya cinta, kenangannya tak akan pernah terlupakan. Itulah alasan logis darinya mengapa ia belum bisa melupakan Arsen sepenuhnya.

"Ar, aku..." Halley menjeda kalimatnya, lalu ia berdeham sebelum melanjutkannya lagi, "Aku mengizinkanmu menemuiku, asalkan kau menjaga batasanmu dan memperlakukan aku sebagaimana mestinya perlakuan seorang kakak pada adik perempuannya," tegas Halley.

Arsen membutuhkan waktu beberapa detik sebelum menanggapi, "Baiklah. Untuk sekarang dan hari-hari berikutnya, aku akan memperlakukanmu sebagai saudara. Aku juga tidak akan menghidupkan kembali masa lalu tentang kita berdua."

Keheningan tercipta antara mereka seiring dengan jawaban Arsen. Halley mengamati ekspresi Arsen dengan mata cokelatnya yang tajam, seolah ingin menembus kedalaman hati Arsen untuk mencari apa yang tersembunyi di sana. Padahal terakhir kali mereka bertemu, Arsen terlihat gigih saat membujuknya agar ia mau merajut asmara lagi dengan lelaki itu. Bahkan kala itu Arsen juga mengatakan akan menceraikan istrinya setelah istrinya melahirkan nanti.

Dan sekarang, Arsen berubah pikiran dan mengiyakan permintaannya tanpa bantahan sedikit pun?

Seolah memahami pikiran yang berkecamuk di benak Halley, Arsen terdengar bersuara, "Aku pikir, lebih baik menuruti kemauanmu daripada kau melarangku bertemu denganmu."

Bagi Arsen, tidak bisa bertemu dengan Halley adalah hal yang paling buruk dan ia sudah mengalaminya selama berbulan-bulan. Tepatnya setelah Halley tahu jika ia menghamili Valerie. Saat itu Halley berkata tak ingin bertemu dengannya lagi. Jika ia masih nekat menemui Halley, maka Halley akan membencinya seumur hidup. Dan kini, Arsen tak ingin hal itu terulang lagi. Ia tak ingin Halley mengabaikannya lagi untuk waktu yang lama.

Halley menganggukkan kepala. Ia bisa menerima alasan Arsen dan ia merasa lega mendengarnya. "Demi berdamai dengan masa lalu, aku juga ingin memperbaiki hubunganku dengan Valerie. Karena bagaimanapun, sekarang Valerie adalah kakak iparku."

Arsen menganggukkan kepala sebagai jawaban.

Setelahnya, Arsen berpamitan pada Halley karena ia harus segera ke kantor.

About Time and DestinyDove le storie prendono vita. Scoprilo ora