08. Chummy

5.4K 1.1K 302
                                    

Vote dulu yuk sebelum baca
Dan jangan lupa ramein komen 😙

Tolong ditandai kalau ada kesalahan dalam penulisan 🤗
────────────────────────────────────────────

Halley sedang berbicara dengan asistennya melalui saluran telepon dan ia loudspeaker karena tangannya sedang digunakan untuk memegang mangkuk dan menyuapkan sereal ke dalam mulut.

"Mereka perampok?" tanya Sonia setelah Halley menceritakan peristiwa semalam.

"Kurasa tidak. Jika ingin merampok seharusnya mereka membawa mobilku saat aku lari. Tapi mereka justru mengejarku."

"Apa mereka ingin menculikmu kemudian meminta tebusan?"

"Entahlah. Aku tidak sempat bertanya."

"Ish, kau itu. Tapi kau baik-baik saja, kan?"

"Ya, hanya kakiku yang terkilir."

"Beruntung ada yang menolongmu. Aku tidak bisa membayangkan jika penjahat itu berhasil menangkapmu. Aku pasti juga akan merasa bersalah karena semalam tidak pulang bersamamu, sehingga kau yang tidak hafal jalan mengandalkan maps yang justru mengarahkanmu melalui jalan yang sepi. Oh ya, apa aku perlu memanggil dokter?"

"Aku sudah memanggil dokter."

"Ngomong-ngomong, apa kau sudah memberitahu Elio?"

"Belum. Aku justru tidak ingin dia tau."

"Kenapa?"

"Jika dia tau, dia akan overprotektif padaku."

"Tanpa kau memberitahu Elio, dia juga akan tau dengan sendirinya dari media."

Kening Halley berkerut tak suka saat memikirkan bahwa kejadian semalam akan terendus oleh pewarta. Sungguh, Halley bukan seorang artis yang senang jika namanya menjadi topik pemberitaan.

Suara langkah yang terdengar membuat Halley menoleh dan ia melihat Marlon, Vasillis dan Zale sedang menuruni tangga.

"Sonia, sebelum kemari belikan aku ponsel baru dan tiga pasang pakaian pria."

"Baik, Halley," jawab Sonia sebelum panggilan mereka berakhir.

"Selamat pagi," sapa Halley pada tiga sosok lelaki itu.

"Pagi, Halley." Vasillis mewakili Marlon dan Zale membalas sapaan Halley.

"Apa tidur kalian nyenyak?" tanya Halley basa-basi setelah mereka bertiga menempati sofa panjang di depannya.

Satu detik, dua detik, tiga detik....hingga beberapa detik berikutnya tidak ada dari mereka bertiga yang menjawab pertanyaan Halley. Vasillis dan Zale menatap Halley di depannya tanpa berkedip, keduanya tampak terpukau dengan penampilan Halley. Perempuan yang berprofesi sebagai aktris itu memang cantik, tapi entah mengapa pagi ini Halley terlihat jauh lebih indah tanpa riasan wajah serta rambut yang dicepol ke atas, sehingga kulit leher dan bahunya yang putih pucat terpampang indah karena perempuan itu mengenakan atasan bertali kecil.

About Time and DestinyWhere stories live. Discover now