20

8 3 4
                                    

Adib menduduki kopernya sambil menggerakkan nya maju mundur. Meski belum terhitung lama, tapi kegiatan menunggu masih saja menjadi sesuatu yang terasa membosankan. Melihat Adib yang asik berayun di atas kopernya, tanpa sadar Haikal pun ikut melakukan hal yang sama. Ia duduk di atas kopernya sambil menggerakkan nya maju mundur menggunakan kakinya.

Ck

"Mana sih Hanif?" Tanya Adib tak sabar.

"Nggak tau, dia nggak bilang mau kemana" balas Haikal yang masih terus berayun di atas kopernya.

"Samy juga sampai sekarang belum keluar"

"Kalau Samy, rasanya nggak masalah karena kita tau dia masih di kamar, lah Hanif gimana?" Tanya Adib lagi.

"Kebiasaan banget, udah mau berangkat malah ngilang" omel Haikal.

Haikal melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, kemudian membuang nafas dengan kasar.

"Tadi waktu lu keluar kamar, Samy lagi ngapain?" Tanya Haikal kemudian.

"Baru selesai mandi" jawab Adib tak bersemangat.

Huft!

Rhania dan Sindi sama-sama menghela nafas gusar mendengar jawaban Adib.

"Masih lama nih" ucap Haikal menimpali jawaban Adib.

"Kenapa?" Tanya Rhania penasaran.

"Samy kalau beres-beres lama"

"Kenapa tadi nggak dia aja yang mandi duluan?"

"Gue mau nya juga gitu, tapi tadi dia masih sibuk sama laptopnya" balas Adib memberi tahu, "waktu gue selesai mandi aja dia masih duduk di depan laptopnya"

Rhania hanya bisa mengangguk-anggukkan kepalanya. Sesekali ia melirik ke arah perempuan yang ada di sampingnya. Ekspresi keduanya sama. Sama-sama terlihat bosan menunggu sejak tadi.

"Permisi mbak, mas, maaf mengganggu waktunya"

Rhania, Adib, Sindi dan Haikal sama-sama menoleh bersamaan saat sebuah suara terdengar menyapa mereka. Seorang pelayan hotel dengan baju seragam yang rapi berdiri tegap di hadapan mereka.

"Iya kenapa mbak?" Tanya Adib mewakili yang lainnya.

"Ini, saya ada titipan atas nama mbak Rhania, apa salah satu dari mbak ini ada yang namanya Rhania?" Tanya pelayan tersebut sambil menunjuk Rhania dan Sindi.

"Sa-ya mbak" jawab Rhania ragu, "kenapa ya?"

Pelayan hotel tersebut menyodorkan sebuah paper bag berwarna coklat kepada Rhania. Tanpa sadar Rhania memiringkan kepalanya, bingung dengan apa yang di lakukan pelayan tersebut.

"Ini mbak, ada titipan dari seseorang buat mbak"

Rhania melihat ke arah Sindi, Adib dan Haikal bergantian. Sebenarnya ia bingung karena seingatnya ia tidak punya kenalan di Bali, jadi siapa yang akan mengiriminya barang disaat-saat terakhir ia di Bali.

Haikal, Adib dan Sindi sama-sama mengangkat bahu. Mereka juga tak tahu dan tak bisa memprediksi apapun.

Tak ingin membuat pelayan itu menunggu, akhirnya Rhania menerima paper bag yang di sodorkan nya.

"Dari siapa ya mbak?" Tanya Rhania memastikan.

"Saya nggak tau mbak, tapi tadi ada mas-mas yang nitip ini di meja resepsionis untuk di antar ke mbak"

"Mas-mas?" Ulang Rhania.

Dahinya berkerut. Siapa pula mas-mas yang ia kenal di Bali? Sedangkan untuk perempuan saja ia tidak punya kenalan, apalagi untuk seorang laki-laki.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 06 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

White Roses : melt your heart [ Tanvir Series ]Where stories live. Discover now