[ 14 ]

9 3 0
                                    

Click

Pintu terbuka lebar bersamaan dengan masuknya tiga orang laki-laki dengan tinggi yang hampir sejajar. Samy yang saat itu sibuk dengan laptop yang ada di hadapannya hanya melirik sebentar sebelum akhirnya kembali fokus pada kegiatan nya. Adib menghampiri Samy, tanpa persetujuan , ia duduk dibelakang Samy, dan bersandarkan pada punggung nya.

"Apa kata dokter?" Tanya Haikal membuka suara.

Hanif yang tidak tahu apa-apa seketika menoleh ke arah Haikal meminta jawaban. Tapi usahanya sia-sia sebab Haikal justru tak melihat ke arahnya sedikitpun.

"Nggak papa, emang imun tubuh nya aja yang lagi menurun" balas Samy tanpa mengalihkan perhatian nya dari laptop.

"Lukanya?"

"Nyaris sembuh"

"Masalah lain nggak ada kan?" Tanya Adib ikut penasaran.

"Nggak ada"

Samy menutup laptopnya kemudian menyinggung punggung Adib sebagai isyarat untuk menjauh dari punggungnya. Dengan malas, Adib berpindah tempat duduk dan kembali bersandar pada sandaran kasur.

Samy yang saat itu hanya memakai baju kaos putih polos dan celana jeans berwarna hitam, beranjak dari tempat duduknya dan mengambil jaket jeans hitam yang sebelumnya ia letakkan di sandaran kursi. Sepertinya ia ingin pergi keluar.

"Mau kemana Sam?" Tanya Hanif saat melihat Samy sudah berdiri di depan pintu kamar.

"Nyari sarapan" balas Samy tanpa melihat ke arah Hanif

"Hah?"

Samy yang saat itu sudah memegang gagang pintu lantas berbalik dan mengangkat satu alisnya sebagai bentuk tanya.

"Bukan nya lu udah duluan ya?" Tanya Hanif memastikan.

"Be-lum kok" balas Samy ragu.

"Trus tadi lu keluar sama Sindi sama Rhania nggak sekalian sarapan?" Tanya nya tak percaya.

Samy yang faham akan situasi nya, saat itu juga segera menoleh ke arah Haikal dan Adib bergantian. Haikal dan Adib saling membuang muka, sepertinya mereka tidak ingin menjadi orang yang memberi tahu.

Huft!

Samy menghela nafas dengan kasar. Kemudian kembali berjalan dan duduk di pinggiran kasur. Jaket jeans hitam yang sudah ia kenakan, di lepaskan nya kembali dan di lemparkan nya begitu saja kearah sandaran kursi.

"Nggak jadi pergi Sam?" Tanya Adib penasaran.

"Udah males"

"Ini sebenarnya kalian kenapa sih?" Tanya Hanif masih menunggu jawaban

Adib, Haikal dan Samy saling beradu tatap bergantian, kemudian saling membuang nafas dengan kasar.

"Gue dari rumah sakit, jadi mana kepikiran buat nyari sarapan" ucap Samy berterus terang.

"Lu sakit?"

"Bukan Samy" potong Haikal.

"Trus siapa?"

"Cewe lu lah" timpal Haikal asal.

"Ha?"

"Iya, Rhania yang sakit-" ucap Adib tak sabar, "-makanya gue sama Haikal nyuruh lu tadi cepat, biar kita bisa nyusul. Tapi sekarang apa? Dia dah pulang, ngapain masih disusulin"

Hanif termangu menatap kearah Adib, Haikal dan Samy bergantian. Tatapan matanya jelas menyiratkan bahwa ia tak ingin percaya. Sekali lagi ia ingin membantah, tapi wajah teman-temannya tak menggambarkan bahwa mereka sedang bercanda.

White Roses : melt your heart [ Tanvir Series ]Where stories live. Discover now