[ 09 ]

13 3 0
                                    

Rhania berjalan dengan terburu-buru menuju ruangannya dengan wajah lelah. Meski terlihat sibuk, ia masih bisa tersenyum pada setiap orang yang ia temui di lorong. Sebuah buket mawar putih berukuran sedang ada di pangkuan tangannya. Sudah 5 hari yang lalu sejak Rhania mulai sibuk di hari Sabtu, mawar itu selalu datang setiap hari  selesai jam istirahat.

Selama 5 hari itu pun, tidak ada satupun buket yang menyertakan nama pengirimnya. Meski tak tau siapa yang mengirim, Rhania tetap menerimanya dengan alasan menghargai pengirim bunga tersebut.

Rhania masuk kedalam ruangannya, bunga yang masih ada di tangannya ia letakkan di atas meja. Dan tubuhnya yang terasa lelah ia hempaskan di atas sofa. Sesaat matanya teripicing, berharap dengan demikian lelahnya dapat terobati barang sedikit. Tak berapa lama sejak ia baru saja duduk, sebuah ketukan terdengar dari balik pintu ruangannya.

Tok...tok...tok

"Masuk!"

Nayra membuka pintu, dan kini sudah berdiri di depan pintu. Matanya lekat memperhatikan Rhania yang saat ini sedang duduk di sofa, begitu pun sebaliknya. Hening menjalar di antara keduanya sesaat.

"Ngapain muka lu serius gitu?" Tanya Nayra membuka suara.

Rhania menggeleng.

Nayra terkekeh dan melangkah memasuki ruangan Rhania. Tanpa perlu di tawari, dengan senang hati ia langsung menghempaskan tubuhnya di atas sofa.

"Gimana?" Tanya Nayra lagi.

"Apanya?"

"Job lu lah, pake nanya lagi"

Rhania mengangkat bahunya sejenak.

"Persis kayak apa yang lu liat-" balas Rhania memberi tahu, "-dari sekitar 47 pasien, yang mau di kasih psikolog pengganti nggak lebih dari 1/4 nya, belum lagi pasien-pasien yang jadwal nya dua sampai tiga kali pertemuan dalam satu minggu itu" tambah nya.

"47 itu udah semua pasien minggu ini sama minggu depan kan?"

Rhania mengangguk.

"Gue mau bantuin, tapi ya...." Nayra menggantung kalimatnya, kemudian melirik kearah Rhania, "-sama-sama tau aja" tambahnya

"Nggak papa, setiap pekerjaan kan ada resikonya"

"Tapi muka lu pucat, dan kantung mata lu jelas. Itu pasti efek begadang karena layani pasien kan?" Tebak Nayra.

"Keliatan banget ya?"

"Ya iya lah, udah berapa hari lu sibuk, pulang paling cepat udah jam setelah 6 sore, belum lagi pasien malam yang harus lu layani via telepon, tubuh lu itu kurang istirahat, jadi nggak heran kalau lu pucat"

Rhania mengeluarkan handphone android nya dari dalam kantong jas nya, dan melihat pantulan wajahnya dari balik layar handphone android miliknya.

"Nggak keliatan kok" balas Rhania yang kemudian meletakkan handphone nya di atas meja yang ada di hadapannya.

"Kalau mau bercermin di kaca, bukan di hp" balas Nayra.

"2 hari lagi kok, habis itu gue cuti"

"Habis cuti lembur lagi menyesuaikan jadwal" balas Nayra diiringi tawa diujung kalimatnya.

Rhania meringis mengasihani dirinya sendiri, "nggak salah sih"

"Lu sih mau cuti nggak liat-liat jadwal dulu"

"Bukan gue, tapi teman gue yang udah terlanjur mesan tiket"

"Ya udah deh, kalau gitu gue balik kerja dulu ya-", Nayra beranjak dari tempat duduknya, "-bentar lagi pasien gue datang kayaknya"

White Roses : melt your heart [ Tanvir Series ]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें