[ 12 ]

14 3 0
                                    

Adib memarkir mobil Honda Civic type-r warna hitam miliknya di halaman sebuah rumah. Dari dalam rumah Sindi keluar sembari menarik dua koper berwarna hitam dan abu-abu. Adib dan Samy turun dari mobil, mengambil koper yang di bawa Sindi dan memasukkannya ke dalam bagasi mobil milik Adib.

"Segini aja?" Tanya Adib sebelum menutup kembali bagasinya.

"Iya"

"Ya udah gimana kalau kita berangkat sekarang?"

Sindi mengangguk dan berjalan ke pintu penumpang belakang. Ia sudah menarik pintu, tapi di dorong kembali oleh Samy sehingga pintu kembali tertutup. Adib yang saat itu juga sudah berdiri di depan pintu kemudi melihat ke arah Samy, penasaran dengan apa yang ingin di lakukan oleh laki-laki berkacamata itu.

"Lu di depan aja" pinta Samy yang kemudian menoleh ke arah Adib.

Adib yang mengerti maksud Samy hanya bisa tersenyum sambil membuang muka ke arah samping.

"Kenapa?" Tanya Sindi yang masih menggenggam gagang pintu.

"Soalnya gue lagi nggak enak badan, jadi pengen duduk di belakang" balas Samy beralasan.

"Bukan nya kalau orang nggak enak badan biasanya mau duduk di depan ya?"

"Kalau gue harus di belakang"

"Tapi Adib nanti nggak nyaman kalau gue duduk di depan"

"Nyaman kok, di nyaman-nyaman in aja"

Sindi menoleh ke arah Adib, ingin tau bagaimana dengan pendapat nya. Tapi laki-laki itu hanya mengangkat bahu seolah-olah menyerahkan semua keputusan kepada Samy dan Sindi.

"Tapi tadi lu berangkat duduk di depan kan?" Tanya Sindi lagi beralih menatap Samy.

"Iya, tapi tadi karena nggak enak aja sama Adib"

"Ya udah kalau gitu sekarang lu aja yang duduk di depan, soalnya gue juga nggak enak sama lu"

"Loh, kok gue?" Tanya Samy menunjuk dirinya sendiri.

"Kan kursi penumpang di sebelah adib, tahta lu"

Samy mengerutkan dahinya sejenak. Alisnya yang tebal terlihat seperti bertaut, penasaran dengan apa yang baru saja di sampaikan Sindi. kemudian ia menggeleng, membantah ucapan perempuan itu.

"Nggak ah, perasaan lu aja kali" ucap Samy memberi tahu.

"Tapi-"

"Nggak ada tapi-tapian, pokoknya lu di depan" potong Samy mengakhiri perdebatan.

Setelah mengatakan itu ia membuka pintu penumpang belakang, dan langsung menutupnya kembali setelah ia duduk di sana.

Adib yang melihat itu segera berjalan ke arah pintu penumpang depan, dan membukakan nya untuk Sindi. Ia tersenyum dan menggelengkan kepalanya kearah kiri, memberi isyarat kepada Sindi untuk masuk. Sindi yang melihat itu, terdiam di tempatnya nya, ekspresi terlihat sedang memikirkan sesuatu.

"Gimana kalau gue aja yang nyetir?" Usul Sindi tiba-tiba.

"Ha?"

"Iya, gue" ulang Sindi.

"Nggak-" tolak Adib cepat, "-lu didepan aja, dan duduk tenang di sana"

"Lu takut ya mobil lu kenapa-napa di tangan gue?" Tebak Sindi.

"Bu-kan" jawab Adib ragu, "gue nggak takut mobil nya kenapa-napa. Gue takutnya, lu yang ke-na-pa-napa"

"Nggak papa gue bisa kok. Biar lu sama Samy juga sama-sama nyaman, jadi kalian di belakang aja"

White Roses : melt your heart [ Tanvir Series ]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora