[ 18 ]

10 2 0
                                    

Drrrrttttt... drrrrttttt...

....

Drrrrttttt... drrrrttttt...

Samy memutar bola matanya, menatap ke arah kantong baju kemeja lengan pendek yang saat ini digunakan oleh Hanif. Tempat sebuah handphone yang terus saja bergetar sejak tadi. Tapi, saat melihat pemilik handphone, sepertinya ia memang tak berniat untuk menjawab telepon.

Kesal dengan handphone yang terus saja bergetar, Samy memutuskan untuk mengambil handphone tersebut dan menjawab telepon. Hanif menoleh ke arah Samy, bersamaan dengan menempelnya handphone itu ke telinganya.

"Halo, Assalamualaikum bi" ucap Samy dengan mata yang melirik ke arah Hanif.

"Siapa?" Tanya Hanif tanpa suara.

"Abi" balas Samy juga tanpa suara.

"Wa'alaikumussalam, ini..."

"Samy bi" potong Samy sebelum suara diujung sana menyelesaikan kalimatnya.

"Ooh Samy"

"Iya bi"

"Hanif nya ada nggak?"

"Ini ada bi, bentar ya"

Samy menyerahkan handphone yang ada di tangannya ke arah Hanif. Tapi Hanif menggeleng sebagai bentuk penolakan bahwa ia sedang tak ingin menjawab telepon.

"Abi lu!" Desak Samy sambil terus mendorong handphone yang ada di tangan nya ke arah pemiliknya.

"Gue lagi malas, ngapain lu angkat" protes Hanif masih tak mengambil handphone nya.

"Ganggu"

Rhania menoleh ke arah Sindi dengan tatapan penuh tanda tanya, tapi Sindi hanya mengangkat bahu isyarat bahwa ia juga tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan dua orang yang ada di hadapannya saat ini.

"Ngomong aja bentar" celetuk Haikal tiba-tiba dari sebelah Samy.

Adib mengangguk, setuju dengan Haikal.

Sekali lagi Samy mendorong handphone yang ada ditangannya ke arah pemiliknya. Dengan pasrah Hanif akhirnya mengambil handphone yang diberikan Samy dan menempelkan nya ke telinganya.

"Halo, bi" ucap Hanif tak bersemangat.

"sekarang kamu jujur sama Abi" balas suara diujung sana cepat.

Hanif menjauhkan handphone nya dari telinganya. dengan dahi yang berkerut, ia menatap layar handphone nya. Penasaran, hal apa yang sebenarnya sedang dibicarakan oleh abinya.

"Anip nggak ngerti Abi ngomong apa" ucapnya lagi setelah menempelkan handphone nya kembali ke telinganya.

"Kamu punya pacar kan?"

"Hah?"

Hanif melirik kearah teman nya bergantian. Penasaran apakah teman nya pernah berbicara hal yang aneh tentang nya ke Abi.

"Iya, kamu punya pacar kan?"

"Pacar?"

Adib, Haikal, Samy, Rhania dan Sindi, semuanya sama-sama melihat ke arah Hanif. Ikut menyimak apa yang sedang dibicarakan Hanif dengan Abi nya.

"Iya pacar, kamu punya pacar kan?"

"Ngg-"

"Udah berapa kali Abi bilang, kamu itu udah tua, udah seharusnya nikah, bukannya masih sibuk pacaran" potong Abi sebelum Hanif sempat menjawab.

"Abi ngomongin apa sih? Hanip beneran nggak ngerti"

"Jas dokter di mobil kamu, punya pacar kamu kan? Namanya nama perempuan"

White Roses : melt your heart [ Tanvir Series ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang