[ 16 ]

7 2 0
                                    

Rhania menarik dirinya dari bibir pantai yang masih terkena deburan ombak kecil. Butiran-butiran pasir menempel di kaos kaki dan ujung rok nya saat ia menginjak pasir kering. Ia menjinjing sepatunya menjauh dari bibir pantai.

Terhitung 15 langkah, ia berhenti. Sepatu dan tas selempang nya ia letakkan di bawah, dan ia pun ikut duduk menghadap ke arah laut. Suara deburan ombak dan orang-orang yang sedang bercengkrama menjadi penghias ruang suara miliknya. Ia duduk sambil memeluk lutut, membiarkan hembusan angin pantai menyapu wajahnya.

Rhania melihat smartwatch yang melingkar di pergelangan tangannya. 16.58, rasanya beberapa kejadian terjadi begitu cepat. Padahal ia sampai disini pukul 16.05 setelah ia sholat ashar. Ia sudah dicegat orang tak di kenal, bertemu dengan orang yang tak ingin ia temui saat ia sedang sendiri, dan bahkan ia sudah selesai bermain air. Tapi ternyata masih belum cukup 1 jam untuk merangkum semua kejadian.

Huft!

Rhania menghela nafas lega. Untunglah debarnya selesai dengan sangat cepat di bandingkan biasanya. Padahal ia sudah berusaha, tapi hal seperti itu selalu saja terjadi.

"Rha-nia"

Dengan cepat Rhania menoleh ke belakang. Ia sedikit menyipitkan matanya untuk melihat dengan jelas sosok laki-laki yang ada di belakangnya.

"Haikal?"

Laki-laki itu terkekeh, kemudian ikut duduk di samping Rhania. Ia sengaja memberi jarak sekitar satu lengan agar perempuan itu tidak merasa risih dengan kehadirannya.

"Udah lama?" Tanya Haikal basa-basi.

"Lumayan" balas Rhania tanpa melihat ke arah lawan bicaranya.

"Kenapa nggak ngajak yang lain?"

"Sindi masih sibuk"

"Yang lain kan nggak cuma Sindi"

"Lagi pengen sendiri aja" jelas Rhania.

Haikal mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.

"Rha ("Kal")"

.....

"Lu aja duluan" pinta Rhania.

Huft

"gue cuma penasaran-"

Rhania melihat ke arah Haikal, menunggu laki-laki itu melanjutkan kata yang ingin di sampaikan nya.

"-Sebenarnya apa sih tanggapan lu, tentang kita?"

"Ki-ta?" Eja Rhania.

"Maksud gue, Hanif, Samy, Adib sama gue juga" balas Haikal memperbaiki kalimatnya

"Kenapa lu harus nanyain sesuatu yang kayak gitu?" Tanya Rhania penasaran.

Haikal diam sambil mengangkat bahu. Sebenarnya ia juga penasaran, kenapa ia peduli tentang tanggapan orang lain tentang ia.

"Kenapa ya?" Tanya Haikal balik, "mung-kin, karena kadang lu keliatan kayak orang ya-ng nggak su-ka berteman sama kita" papar Haikal dengan hati-hati.

Rhania terkekeh mendengar pengakuan Haikal, kemudian ia menggeleng untuk membantah apa yang laki-laki itu pikirkan.

"Sebenarnya bukan nggak suka, tapi emang nggak terbiasa aja punya teman laki-laki, apalagi yang sampe sebaik lu sama yang lain nya"

"Kita baik?"

"Hm"

"Kalau Sindi?" Tanya Haikal lagi.

"Sebenarnya Sindi mungkin juga nggak terbiasa, tapi dia lebih pandai memposisikan diri"

White Roses : melt your heart [ Tanvir Series ]On viuen les histories. Descobreix ara