[ 06 ]

23 3 0
                                    

Samy memutar bola matanya dengan malas, melihat ke arah Hanif dan Haikal yang terlihat sedang berbincang-bincang. Ia sedikit mengerutkan dahinya saat ekspresi Hanif dan Haikal tiba-tiba berubah menjadi serius. Suasana menjadi sedikit tegang, baik Haikal maupun Hanif, keduanya sama-sama memperlihatkan ekspresi serius nya masing-masing.

"Iya, Sindi nggak sengaja bilang ke gue kemaren, 'jangan kan chat teman, chat keluarga aja nggak di bales' gitu katanya" ucap Hanif serius.

"Emang apa salahnya kalau chat keluarga nggak di balas?" Potong Samy, tak mengerti dengan apa yang Hanif dan Haikal bicarakan.

Hanif langsung mengalihkan pandangannya ke arah Samy, tak percaya dengan apa yang Baru saja di pertanyakan laki-laki itu.

"Lu sih kemaren nggak ada di sana, jadi lu nggak tau perubahan suasana nya gimana" papar Hanif.

Tapi Samy tak peduli dan justru menyibukkan diri dengan memainkan handphone nya.

"Emang gimana?" Tanya Haikal penasaran.

"Dia tiba-tiba diam, dan nggak lama setelah itu dia ngalihin pembicaraan ke topik lain"

"Emang topik pengalihan nya apa?

"Bentar, jangan bahas topik pengalihan dulu"

"Trus"

"Lu nggak ngerasa aneh gitu? Kalau chat teman nggak di balas wajar, tapi kalau chat keluarga nggak dibales bukannya bakal bikin masalah ya? Belum lagi-" sejenak Hanif terdiam mengingat kejadian-kejadian sebelumnya yang pernah terjadi, "-lu ingat nggak sih kejadian Sabtu lalu?"

Haikal mengangguk cepat agar Hanif juga bisa melanjutkan kalimatnya dengan cepat.

"Waktu Sindi bilang papanya nelfon, dia langsung ngerebut hp nya, mana mukanya serius banget lagi jawab telfon nya"

"Emang kalau gitu berarti ada masalah ya?" Tanya Haikal tak yakin.

"Sebenarnya gue juga nggak yakin sih, tapi ekspresi mukanya kemaren bikin gue penasaran"

"Kalaupun ada masalah, itu urusan dia sama keluarganya, ngapain kita ikut campur?" Tanya Samy yang meski sibuk dengan handphone nya, tetapi tetap mendengarkan percakapan Hanif dan Haikal.

"Iya juga sih, tapi gue penasaran" timpal Hanif.

"Kenapa lu harus penasaran sama masalah orang?" Tanya Samy tak suka.

Huft

Hanif menghela nafas dengan berat, ia ingin menjawab pertanyaan Samy, tapi sudah lebih dulu di potong oleh Haikal.

"Sebenarnya gue juga penasaran sih, rasanya kurang masuk akal orang kayak dia punya permasalahan keluarga" ucap Haikal.

"Siapa sih yang nggak bisa punya masalah keluarga?"

"Maksud Haikal nggak gitu Sam, karena yang kita tau, dia orang yang punya senyum tulus, dia memang cuek, tapi dia juga asik kan. Kecuali dia orang yang murung, nggak bisa senyum, baru masuk akal kalau dia punya masalah keluarga" jelas Hanif.

"Makanya lu berdua sering-sering baca tentang fakta psikologi!-" Samy mengetikkan sesuatu pada layar handphonenya untuk mencari sesuatu, "-fakta psikologi mengatakan bahwa orang yang paling banyak luka mempunyai senyum yang menawan"

"Emang iya?" Tanya Haikal tak percaya.

Samy memperlihatkan layar handphone nya pada Haikal dan Hanif yang menampilkan tentang pencarian fakta psikologi tentang orang yang memiliki senyum menawan. Hanif dan Haikal membaca setiap kalimat yang tertulis, lalu mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti.

White Roses : melt your heart [ Tanvir Series ]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon