[ 02 ]

23 3 0
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 18.27 wib ketika Rhania baru saja sampai di kontrakannya. Seharusnya ia sudah pulang sejak tadi, tapi karna hujan tak kunjung reda hingga sore, ia kesulitan untuk mendapatkan taksi.

Rhania menyandarkan tubuhnya di sofa ketika rasa lapar tiba-tiba datang menghampiri nya, tapi persediaan makanan di kontrakan nya benar-benar sudah habis. Jangankan untuk sereal dan roti, beras saja ia benar-benar sudah kehabisan. Dengan perasaan malas ia kembali berdiri. Diambilnya payung, dengan jas putih yang masih menempel di badannya, ia berjalan menuju minimarket yang berada tidak jauh dari tempat nya mengontrak.

Sekitar 5 menit ia berjalan akhirnya Rhania sampai pada minimarket yang ia tuju. Ia mengambil keranjang belanja, dan dengan cepat ia memilih barang-barang yang ia rasa benar-benar di butuhkan. Merasa cukup dengan belanjaan nya, Rhania pun pergi ke kasir untuk membayar belanjaan nya.

"Mau bayar mbak"

Rhania meletakkan keranjang belanja nya dimeja kasir.

"Eh Rha, makasih ya bantuan nya hari itu" balas Vanya mbak-mbak penjaga kasir yang sebelumnya pernah di gantikan oleh Rhania.

Rhania hampir setiap hari mampir ke minimarket, jadi tak heran jika kasirnya sudah kenal sangat baik dengannya.

"Iya mbak sama-sama"

"Belanja nya segini aja Rha? Atau ada yang lain?"

"Udah mbak segitu aja"

"Bentar ya, mbak hitung dulu"

Rhania mengangguk. Dengan sigap Vanya mulai menghitung total belanjaan Rhania yang tak terlalu banyak itu. Tak jauh dari tempatnya berdiri terdengar suara beberapa orang laki-laki yang sedang berbincang-bincang dengan suara keras menuju ke arah kasir. Tak menunggu waktu lama mereka sampai di belakang Rhania, menunggu antrian untuk melakukan pembayar di kasir untuk barang-barang yang mereka ambil.

"Yah, kasir nya bukan mbak yang kemaren" ucap Haikal pada teman-teman nya setelah mengintip dari belakang Rhania.

Tapi Rhania tak tau bahwa yang ada di belakangnya adalah orang yang sebelumnya pernah ia layani. Ia juga tak tau bahwa mbak yang di maksud oleh Haikal adalah dirinya sendiri.

Buru-buru Rhania melakukan pembayaran agar bisa pergi dari tempat itu secepat mungkin. Jujur saja, berdiri diantara banyak laki-laki asing membuatnya sedikit merinding.

"Terima kasih Rha, silahkan datang kembali"

"Loh, mbak?" Ucapan spontan Hanif menarik perhatian 3 temannya yang lain.

Tepat ketika Rhania berbalik 4 laki-laki itu sudah berdiri di hadapannya. Rhania kaget, begitu juga dengan 4 laki-laki itu. Tapi mungkin ke empat laki-laki itu lebih terkejut karena mendapati Rhania yang seharusnya menjadi kasir kini justru berdiri dihadapan mereka dengan setelan rapi ber jas putih.

"Loh mbak, baru juga sehari nggak ketemu mbak nya udah jadi dokter aja ya?" Tanya Haikal asal saat melihat jas putih yang dikenakan oleh Rhania.

"Saya psikolog om"

"Bukannya mbak kasir ya?" Sahut Adib ikut bertanya.

"Permisi mas, kalau mas nya pernah di layani sama mbak ini, mungkin itu waktu mbak nya nolongin saya" ucap mbak Vanya memotong pembicaraan.

"Bantuin apa mbak?"

"Seperti yang mas tau, mbak ini pernah menggantikan saya sebentar untuk menjadi kasir"

Sontak keempat laki-laki itu membulatkan bibirnya menyerupai huruf O.

"Berarti mbak aslinya-"

"Psikolog" balas Rhania sebelum Adib sempat menyelesaikan kalimatnya.

White Roses : melt your heart [ Tanvir Series ]Where stories live. Discover now