Prolog

55 5 1
                                    

Drrrttt... drrrttt...


Laki-laki itu berusaha menggapai handphone nya tanpa membuka mata. Tanpa melihat siapa yang menelepon, laki-laki itu langsung menolak panggilan begitu saja.

Drrrttt... drrrttt...

Sekali lagi, sebuah panggilan kembali masuk kedalam handphone nya.

Ck

Laki-laki itu berdecak kesal. Meski sedikit perih, ia berusaha membuka mata nya yang masih sembab akibat menangis semalaman. Ia mengangkat handphone nya tinggi-tinggi, dengan mata yang sedikit menyipit ia berusaha membaca nama yang tertera di layar handphone nya.

Ia mendengus kesal saat membaca nama penelepon. Sebenarnya bukan karena tak suka, hanya saja, saat ini ia sedang tidak ingin berbicara dengan siapa-siapa sekalipun itu teman nya sendiri. Setelah melakukan pertimbangan, akhirnya ia menempelkan handphone miliknya itu ke telinganya.

"Halo?" Jawab laki-laki itu dengan suara yang masih serak.

"Lo itu ngapain sih?"

Teriakan perempuan diujung telepon membuat laki-laki itu segera menjauhkan handphone nya dari telinga. Ia mengerutkan dahinya kesal. Dengan jarak yang ia ciptakan antara handphone dan telinganya, ia kembali membuka suara.

"Kenapa?"

"Lo masih bisa nanya kenapa?" Tanya suara diujung sana tak percaya.

"Iya, Lo nelpon gue pagi-pagi buat apa?" Tanya laki-laki itu tak sabar, "kalau nggak penting gue tutup ya"

"Rhania balik ke Sumbar"

Laki-laki itu terdiam sejenak, berusaha mencerna kalimat cepat yang baru saja di sampaikan suara diujung telepon. Sedetik kemudian laki-laki itu sudah terduduk kaget. Ia menatap layar handphone nya dengan teliti, memastikan kembali nama penelepon yang saat ini sedang berbicara dengan nya.

"Lo bilang apa barusan?" Tanya laki-laki itu lagi.

"RHANIA, PULANG KE SUMBAR" balas perempuan itu dengan penuh penekanan, sehingga menimbulkan makna lain dari kata-katanya.

"Sekarang dia dimana?"

"Masih di jalan, mau ke bandara"

Laki-laki itu terdiam di tempat duduknya, membiarkan telepon yang masih bersuara itu berbicara sendirian. Sesaat kemudian, ia menunduk, menutupi seluruh wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Suara deru nafas kasar menghiasi ruang suara miliknya. Berkali-kali ia berusaha untuk tetap tenang, tapi rasanya benar-benar sulit mengendalikan diri disaat-saat seperti ini.

"Aaarrrrggggghhhhh, sialan" umpat laki-laki itu kasar

Ia mengacak-acak rambut nya kasar. Rasa frustasi mulai menyelimuti dirinya sendiri, bingung dengan pilihan apa yang seharusnya ia pilih di situasi seperti ini. Setelah beberapa saat berfikir, akhirnya laki-laki itu memantapkan pilihan nya.

Huft!

Dalam satu tarikan nafas, ia menghela nafas panjang dan berdiri dari tempat duduknya.

Baginya 'lebih baik bertemu sekali lagi dan mengatakan apa yang ingin di katakan, dari pada harus menyesal seumur hidup'

♪♪⁠♪

Aku punya sedikit informasi yang aku rasa ini benar-benar harus di baca sama semua readers yang mau baca cerita ini, supaya nanti nggak kecewa di tengah jalan.

Seperti yang tertera di judul 'tanvir series', ini cerita yang di perankan sama para founder tanvir itu sendiri. Beberapa orang mungkin ada yang udah tau sama mereka, tapi ada juga yang belum. Untuk yang belum nanti kita kenalin sama mereka di dalam cerita aja yaa.

Nah pertanyaannya, informasi apa yang mau aku sampaikan? Sebenarnya ini berkaitan sama alur ceritanya. Genre cerita ini mungkin memang romance, tapi aku nggak menuliskan tindakan romantis di dalam cerita seperti mereka pegangan tangan sama lawan jenis, pelukan, ciuman, atau hal romantis lain nya yang nggak boleh di lakuin sama orang yang belum nikah atau seperti yang biasanya di tuliskan di cerita-cerita romance pada umumnya.

Disini mungkin udah ada yang pada kecewa, tapi karena tokoh yang aku pakai itu orang nya nyata dan aku langsung pakai nama mereka , aku nggak mau nanti para readers itu ngebayangin mereka ngelakuin hal yang nggak seharusnya di lakuin orang di luar nikah/perbuatan dosa lain nya kayak yang sebelumnya aku bilang.

Untuk alasan lain nya adalah untuk menekan resiko munculnya fans fanatik yang bakal mengganggu kehidupan pribadi mereka. Karena dari beberapa kasus yang aku lihat, banyak para pembaca itu yang suka terobsesi sama tokoh suatu cerita dan berharap mereka nyata. Nah, disini karena mereka udah nyata, aku malah lebih takut lagi.

Tapi meskipun aku nggak bikin adegan yang kayak gitu, sebagai seorang penulis In Syaa Allah aku pasti bakal tetap berusaha untuk menulis sesuatu yang memuaskan readers.

Sebelumnya terima kasih untuk yang sudah mampir. Semoga semuanya bisa menjadi pembaca yang bijak.

Selamat datang dan selamat menikmati

Cerita ini 100% fiksi dan murni hasil pemikiran sendiri!
Jika seandainya ada kesamaan atau kemiripan dengan cerita lain, itu murni ketidaksengajaan, karena saya sendiri pun sebenarnya hanya suka menulis, bukan membaca.

Harap menjadi pembaca yang bijak! Jika tidak suka, silahkan meninggalkan cerita tanpa harus meninggalkan kata-kata buruk yang bisa mempengaruhi mental penulis.

Terima kasih, untuk semua dukungannya.
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan cara vote dan komentar yang baik.

Mau follow author juga boleh banget kok, tapi bukan berarti di paksa ya. Selamat menikmati.

White Roses : melt your heart [ Tanvir Series ]Where stories live. Discover now