30. H-1

48 7 0
                                    

H-1 pernikahan, itu artinya besok Naren dan Alara akan berubah status menjadi suami istri sah secara agama dan negara. Selain itu, artinya besok adalah hari ulang tahun Naren.
Keduanya sudah cuti dari pekerjaan mereka sejak seminggu terakhir agar lebih mempersiapkan mentalnya. Naren menggunakan waktu kosongnya itu untuk mengontrol keadaan rumah baru yang akan mereka tempati setelah menikah nanti.

Rumah itu sudah dibeli Naren sejak keduanya memutuskan untuk menikah karena mereka tidak ingin tinggal bersama orang tua mereka.

Naren meraih ponselnya dari atas meja lalu mencari nama seseorang disana. Alara, adalah nama yang i cari. Ia akan menelfon calon istrinya itu untuk memberitahukan bahwa ia akan pergi sebentar hari ini.

"Halo Ra?"

"Iya?" jawab Alara dari seberang telfon.

"Aku mau cek keadaan rumah dulu sebentar, udah bener-bener bersih dan layak atau belum" ucap Naren.

"Oke Ren, kamu hati-hati yaa" jawab Alara.

"Oke sayang, i love you"

"I love you!"

Kemudian Naren meletakkan ponsel kedalam saku celananya dan bergegas pergi menggunakan mobil pribadinya.

Setelah 10 menit berada diperjalanan Naren menepikan mobilnya, ia turun lalu menghampiri seorang pedagang untuk membeli dagangannya.

"Pak mau kaya biasa ya" ucap Naren.

"Oh baik mas" jawab pedagang tersebut lalu menyiapkan pesanan Naren.

"Tambah bunga mawarnya itu pak, kelihatannya bagus" ujar Naren.

Setelah semua pesanannya terpenuhi, Naren mengambil beberapa uang lembar kertas seratus ribuan lalu ia berikan pada pedagang tersebut.

"Wah ini banyak sekali mas, mas Naren ini setiap membeli bunga pasti selalu dilebihkan uangnya" ucap pedagang itu merasa tidak enak.

Naren tersenyum mendengarnya.

"Tapi tumben mas beli bunga mawar yang tangkai? biasanya tidak pernah mas" tanya sang pedagang.

"Besok saya akan menikah pak, itu artinya saya akan memulai hidup baru dengan orang yang baru pula. Ini sebagai hadiah perpisahan dan permintaan maaf untuk mantan kekasih saya karena saya tidak bisa lagi menjalankan rutinitas setiap hari anniversary kami" jelas Naren panjang lebar.

"Wah saya sangat senang mendengar kabar baik ini mas. Kalau boleh saya memberi saran lupakan saja yang sudah tidak ada mas, dan fokus dengan yg akan menemani mas dimasa depan".

"Semoga pernikahannya bahagia selalu ya mas" lanjut sang pedagang itu.

Naren menganggung sambil tersenyum mendengar ucapan bapak pedagang tersebut.

"Pak saya mau bunga taburnya ya" ucap seorang wanita yang baru saja datang.

Merasa tidak asing dengan suara tersebut, Naren menoleh kearah sumber suara. Dan benar saja, ia sangat mengenali sosok wanita ini.

"Nindya?" sapa Naren.

"Eh lo Ren, ngapain disini?" tanya Nindya.

"Beli bunga tabur juga kaya lo" jawabnya.

Nindya melirik sekilas kearah bungkusan plastik yang dipegang Naren, lalu tersenyum kecut melihatnya.

"Masih aja Ren?" tanya Nindya.

Naren terdiam menandakan ia tidak tahu apa maksud dari pertanyaan Nindya.

"Padahal besok lo mau nikah, tapi lo masih belum bisa lupain Rasya?".

"Alara tau lo mau ke makam Rasya?" lanjut Nindya.

Naren lalu menggelengkan kepalanya.

"Jangan kasih tau ke Alara Nin, tolong. Ini terakhir kalinya gue datengin Rasya, besok gue udah harus mulai hidup baru sama Alara" pinta Naren.

Nindya diam, ia tidak mengiyakan atau menolak permintaan Naren.
Ia membayar pesanannya lalu pergi meninggalkan Naren begitu saja.
Naren hanya berharap diamnya Nindya dapat diartikan bahwa ia tidak akan memberitahukan Alara.

Naren melanjutkan perjalanannya manuju pemakaman yang berjarak sekitar 5 menit dari tempat pedagang bunga tabur.
Sesampainya ia disana, ia sudah melihat mobil milik Nindya terparkir disana.

Naren berjalan menelusuri pemakaman dan berhenti tepat disamping makam yang bertuliskan nama Rasya.

"Halo Sya, aku dateng lagi".

"Hari ini beda kaya hari sebelumnya waktu aku dateng kesini Sya. Besok aku bakalan nikah sama Alara, itu artinya aku akan mulai hidup baru sama dia" monolog Naren.

"Aku minta maaf ya.. Kayanya aku ga bisa lagi jengukin kamu disini, karna itu pasti bakal nyakitin hati Alara. Aku pelan-pelan bakal lupain kamu, itu janji aku ke Alara".

"Aku minta maaf juga karna udah milih hari anniversary kita untuk jadi hari pernikahan aku sama Alara. Tenang disana ya Sya, aku bakal bahagia dan bahagiain Alara disini" lanjutnya.

Perlahan ia menaburkan bunga yang sudah ia beli tadi diperjalanan, dan tanpa disadari air matanya sudah membasahi pipinya.
Sungguh rasa dilema Naren rasakan. Ia masih mencintai Rasya, namun ia juga mulai mencintai Alara.

Setelah itu ia kembali kedalam mobil untuk bergegas pergi ke rumah baru miliknya dan Alara. Sebenarnya ia tidak membohongi Alara, tujuan utamanya memang untuk melihat rumah itu namun Naren memang punya tujuan lain yang tidak ia beritahukan pada calon istrinya tersebut.

Bersambung...

Jangan lupa vote, komen, dan share dong biar aku makin semangat nulisnya ya!!!🥰

Sampai jumpa lagi...

Berhenti Disini (Naren-Alara)Where stories live. Discover now