12. Takdir?

703 32 4
                                    

Pagi ini Alara mencoba menjalani hari-harinya seperti biasa, tepatnya sebelum bertemu dengan Naren dan Rasya.
Alara ke Fakultasnya berniat menjumpai salah satu staff karena mendapat kabar bahwa ia ditunjuk sebagai perwakilan Fakultas Psikologi untuk menjadi juru bicara pada saat acara pengenalan Universitas  serta tiap Fakultas pada mahasiswa/i baru.

Alara merasa sangat bersyukur karena mendapatkan kesibukan baru, itu artinya ia dapat sejenak melupakan tentang Naren.

Ia bergegas menuju gedung yang sudah ditentukan, disana sudah banyak sekali mahasiswa/i yang berkumpul serta para panitia dan perwakilan setiap Fakultas.

Alara duduk dikursi yang sudah ditentukan panitia, ia menggunakan jas almamater berwarna kuning cerah dengan celana jeans panjang berwarna biru gelap.

"Alara?" panggil seseorang yang baru saja datang dan duduk disebelah Alara sebagai perwakilan Fakultasnya.

"Eh? Naren?" sapa Alara sambil mencoba tersenyum.

Bagaimana bisa Tuhan mentakdirkan ini? Disaat tujuan Alara adalah melupakan Naren sejenak justru pujaan hatinya itu ada disini dan duduk tepat disampingnya.
Alara diam, ia berusaha untuk mengabaikan keberadaan Naren disebelahnya.

"Ra, selesai acara ini kamu mau kemana?" tanya Naren dengan nada yang sedikit pelan.

"Ga ada" jawab Alara sedikit ketus.

"Mau jalan ga? Ke mall gitu? Kita kan udah lama banget ga ketemu" Ajak Naren yang sukses membuat Alara kaget.

Alara senang bukan main, ini adalah pertama kalinya dalam hidup seorang Naren Altarazka mengajaknya untuk pergi. Alara tersenyum melihat Naren, seperti ada harapan baru lagi untuk mendapatkannya.

"Sama Rasya, kebetulan aku sama Rasya mau ke Mall" lanjut Naren.

Raut wajah Alara seketika berubah. Bagaimana Alara bisa lupa sejenak tentang Rasya? Sudah jelas-jelas Naren tidak bisa berjauhan dengan kekasihnya itu, tapi Alara berharap lebih.

"Engga Ren, aku ada agenda lain" tolak Alara.

Setelah seluruh rangkaian acara selesai para perwakilan Fakultas, panitia, dan mahasiswa/i dipersilahkan untuk keluar dari gedung.
Ramainya orang membuat cukup berdesakan antara satu dengan yg lain.

Alara kebingungan, ia tidak mampu menerobos kerumunan para mahasiswa/i tersebut. Bahkan ia sempat seperti terdorong dan hampir terjatuh.

"Ayo jalan kedepan, aku bakalan jagain kamu" ucap Naren sambil memegangi kedua bahu Alara dari arah belakang.

Alara mengangguk lalu memberanikan diri untuk terus berjalan menerobos kerumunan tersebut dan berhasil keluar.

"Naren makasih ya udah bantu aku" ucap Alara sambil tersenyum.

"NAREN!" teriak seorang gadis yang kemudian berlari kecil kearahnya.

"Jangan lari, ini masih ramai nanti kamu jatuh" sambil memegang tangan Raysa.

"Iya iya bawel banget. Eh Alara, mau ikut kita ga?" tanya Rasya.

"Engga deh kalian aja, aku ada agenda lain" bohong Alara.

"Yauda kita pergi dulu ya Ra, ayo sayang" ajak Naren sambil menggandeng lengan kekasihnya.

Alara hanya bisa tersenyum tipis melihat pemandangan yang saat ini ada didepan matanya lalu pergi meninggalkan tempat itu.

Alara hanya bisa tersenyum tipis melihat pemandangan yang saat ini ada didepan matanya lalu pergi meninggalkan tempat itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dilain tempat Naren dan Rasya kini sudah berada disuatu Mall. Rasya ingin sekali melakukan sesi foto box seperti pasangan-pasangan lain dan tentu saja Naren mewujudkan keinginan kekasihnya itu.

"Ini fotonya yang satu kamu simpen ya, jangan hilang sampai kapanpun" sambil menyerahkan hasil foto box pada Naren.

"Karna tempat yang kamu mau udah kita datangi, sekarang giliran kamu yang harus ikut aku" sembari menggandeng tangan Rasya dan berjalan ke tempat yang Naren maksud.

Rasya yang tidak tau akan dibawa kemana hanya bisa pasrah dan mengikuti kemana Naren membawa.
Tepat disebuah toko baju ternama Naren membawa Rasya.

"Ngapain kesini Ren?" tanya Rasya sambil menahan lengan Naren.

"Kamu pilih dress yang kamu mau".

"Tapi ini mahal-mahal banget Ren" sambil melihat-lihat harga baju-baju yang tertera.

"Tugas kamu itu pilih baju yang kamu suka sayang, tugas bayar itu aku" jawab Naren.

Rasya pun mulai berjalan sambil melihat-lihat dress yang ada. Sampai akhirnya ia menjatuhkan pilihan pada dress merah maroon dibawah lutut dan berlengan panjang.

"Aku keruang ganti sebentar ya?" pamit Rasya yang dibalas anggukan oleh Naren.

Ting!

Sebuah notifikasi masuk ke handphone milik Naren.

Sebuah notifikasi masuk ke handphone milik Naren

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah semua tujuan mereka terpenuhi, mereka memutuskan untuk pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah semua tujuan mereka terpenuhi, mereka memutuskan untuk pulang.
Naren melajukan mobilnya untuk mengantarkan Rasya terlebih dahulu sebelum ia pulang ke kediamannya.

"Kamu yakin mau pulang ke kosan? Anak-anak kos kamu kan lagi pada gaada? Gamau nginep di rumah aku aja? Pasti mama bakalan seneng deh ada kamu" Naren mencoba meyakinkan Rasya.

"Gapapa, aku bisa jaga diri sayang. Lagian rumah kamu kejauhan dari toko donat aku" jawab Rasya.

"Yaudah kamu hati-hati ya, langsung telfon aku kalau ada sesuatu yang mencurigakan".

"Oke sayang, kamu hati-hati dijalan" jawab Rasya.

"Kamu masuk dulu sana, kunci pintunya dulu baru aku pergi" pinta Naren.

Rasya tersenyum dan pergi meninggalkan Naren sendiri dihalaman depan kos-kosan itu. Setelah memastikan Rasya sudah benar-benar aman didalam, Naren kemudian melajukan mobilnya dan pergi dari tempat itu.

Sesampainya di rumah dan memarkirkan mobilnya, Naren merasakan sakit yang amat sangat dibagian dadanya.

"Ma! Mama to-tolong!" teriak Naren sekuat tenaga.

Bibi yang baru saja pulang dari membuang sampah sontak terkejut melihat keadaan Naren saat ini. Ia bergegas menghampiri Naren dan memanggil sang nyonya.

Mama Naren yang panik namun berusaha tenang, kemudian memanggil supir pribadinya untuk membawa Naren ke rumah sakit.

"Naren bertahan ya sayang... Mama ga punya siapa-siapa lagi selain kamu sayang..." sambil mengusap-usap pipi Naren dengan airmata yang terus mengalir.

"Sakit ma, Naren gakuat" ucap Naren.

Bersambung...

Jangan lupa vote, komen, share yaa😍

Sampai jumpa di bab selanjutnya🤗

Berhenti Disini (Naren-Alara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang