03. Rasya-Naren

887 46 3
                                    

Pukul 04.00 WIB Rasya bangun dari tidurnya, ia kemudian bergegas ke dapur untuk memasak dan membuat donat untuk dijual. Tidak lupa Rasya juga membersihkan rumah serta menyuci pakaian seluruh penghuni rumah.

Setiap weekend Rasya membuat donat untuk dijual di taman dekat rumahnya.

Karena Rasya tinggal bersama om dan tantenya, ia merasa sungkan untuk meminta uang lebih. Bahkan ia di sekolahkan ditempat yang bagus saja sudah merasa beruntung.

Pukul 06.00 WIB Rasya mulai berjalan ke taman dengan membawa 2 box donat yang sudah ia persiapkan.

"Rasya?" panggil seorang lelaki dari arah belakang.

"Naren?" ucap Rasya sedikit terkejut.

Naren langsung mendekati Rasya dan duduk dibangku taman. Ini pertama kalinya ia melihat Rasya berjualan seperti ini.

"Kamu jualan?" selidik Naren.

Rasya hanya diam tanpa menjawab sepatah kata pun atas pertanyaan Naren.

"Gausah malu Sya" lanjut Naren.

"I-iya Ren" jawab Rasya sedikit gugup.

"Aku borong semuanya ya Sya? Kebetulan mama aku suka donat" ucap Naren sambil mengambil sebuah donat coklat dalam box dan memakannya.

Rasya senang mendengar niat baik kekasihnya itu. Dengan sangat hati-hati ia memasukkan satu persatu donat yang ada kedalam mika plastik yang sudah disediakan.

"Kenapa kamu jualan donat Sya?" tanya Naren sambil tetap menikmati donat coklat itu.

"Aku harus belajar nyari uang dari sekarang Ren, aku takut tiba-tiba om dan tante usir aku dan aku gapunya pegangan uang sama sekali"

"Ren aku beda dari anak lain, harusnya kamu gausa suka sama aku. Aku takut kamu malu" lanjut Rasya.

"Maksud kamu beda karna kamu hidup sama om dan tante kamu? Karna kamu jualan?" tanya Naren menatap Rasya dan mendapat anggukan kecil dari kekasihnya.

"Kamu beda karna kamu istimewa Sya, aku bangga sama kamu karna udah bertahan sampai sekarang".

"Aku juga beda Sya, aku punya penyakit jantung yang sering kambuh kalau aku cape dan ga ada yang tau selain mamaku " lanjut Naren.

Rasya sontak terkejut langsung menatap Naren dengan tatapan sendu mendengar pernyataan Naren. Bagaimana bisa selama ini Naren tidak pernah menceritakan tentang hal itu, bahkan Rasya yakin Bian pun tidak mengetahui hal ini.

Setelah semua perbincangan itu, Naren mengantarkan Rasya pulang. Ini pertama kalinya Naren mengetahui dimana kekasihnya itu tinggal.

"Makasih ya Ren, kam-"

"Widiiih udah ganti aja cowo lo ya. Dasar perempuan murahan!" tiba tiba seorang lelaki keluar dari arah rumah, dan itu adalah Bara.

"Ren kamu langsung pulang aja ya, hati-hati nanti aku kabarin kamu" usir Rasya dengan perasaan panik.

"Kamu gapapa Sya?" tanya Naren memastikan.

Rasya pergi meninggalkan Naren denhan tergesa-gesa didepan gerbang rumah begitu saja tanpa menjawab pertanyaan Naren.

"Hebat lo ya, udah berani dianter cowo" ucap Bara mengikuti langkah Rasya.

"Berenti!" ucap bara sedikit berteriak sambil menarik tangan Rasya.

"A-apa kak?" tanya Rasya dengan terbata-bata.

"Jangan berani-beraninya lo pacaran bahkan sampai disentuh cowo lain. Karna cuma gue yang boleh nyentuh lo" ucap Bara perlahan sambil menyentuh pipi Rasya dengan lembut.

Rasya hanya bisa menangis, Bara terlalu kuat untuk ia lawan. Ini bukanlah pertama kalinya Bara bersikap seperti ini, bahkan pernah beberapa kali Bara berusaha melecehkannya namun Rasya berhasil menghindar.

***
Tanpa terasa sebentar lagi adalah ujian kenaikan kelas, dimana mereka akan naik ke kelas XI.
Pukul 07.10 WIB Alara dan Nindya sudah berada di kelas menunggu kedatangan Rasya.

Bertepatan dengan bel yang berbunyi, Rasya masuk dengan sedikit tergesa-gesa. Mereka langsung menuju toilet untuk mengganti pakaian olahraga karna pagi ini adalah jadwal mereka berolahraga.

Sekitar 15 menit mereka mengganti pakaian, siswa/siswi diminta untuk berkumpul di lapangan karna materi olahraga hari ini adalah lari jarak pendek.

"Naren, kamu yakin mau ikut? Nanti kamu kecapean malah sakit Ren" tanya Rasya meyakinkan Naren.

"Aku gapapa Sya, kamu tenang aja" jawab Naren sambil tersenyum.

Sesi pertama di isi oleh Alara, Nindya, Bian, dan Tasya untuk melakukan lari jarak pendek.
Setelah selesai dilanjutkan sesi kedua oleh Naren, Rasya, Bimo, dan Dian.

Baru beberapa meter berlari tiba-tiba Naren jatuh pingsan, hal ini membuat semua orang yang ada disitu panik terutama Alara.

"NAREN!" teriak Alara sambil berlari mendekati kemudian mendekap tubuh Naren.

"PANGGIL AMBULANCE!" teriak Alara lagi.

Rasya yang mendengar teriakan Alara langsung berbalik dan berlari mendekati kerumunan itu.

"NAREN?!" teriak Rasya.

Rasya langsung mengambil alih tubuh Naren dari dekapan Alara yang membuat Alara terdiam.

Tidak butuh waktu lama, ambulance sekolah datang dan langsung mengangkat tubuh Naren.

"Alara, kamu disini aja biar aku yang dampingin Naren" cegah Rasya saat Alara ingin masuk kedalam ambulance.

"Tapi gue harus ikut, biar ada yang jaga Naren" kekeh Alara.

"Alara! Ada aku yang bisa jaga Naren, aku pacar Naren Alara! ucap Rasya dengan nada tinggi.

Mendengar hal itu Alara langsung memaksakan tubuhnya untuk mundur menjauh dari ambulance itu.
Yang dikatakan Rasya benar, Rasya adalah kekasihnya dan yang pantas mendampingi adalah Rasya. Tapi entah mengapa rasanya sakit begitu mengingat kembali fakta itu.

Alara berlari kearah kelas sambil menahan airmatanya agar tidak jatuh dan disusul oleh Nindya serta Bian.

"Lo gapapa Ra?" tanya Bian.

"Gue tau hati lo sakit Ra, tapi semuanya pasti bakalan baik-baik aja" lanjut Bian.

Alara dan Nindya menatap dalam kearah Bian secara bersamaan.

"Gue tau lo suka sama Naren, keliatan dari cara lo ke Naren gimana" ucap Bian.

"Percuma juga, Naren sayangnya ke Rasya bukan ke gue" jawab Alara sambil mengelap pipinya yang sudah basah.

Bersambung...

Jangan lupa, follow,vote, dan komen yaa...

Sampai jumpa next part🤗

Berhenti Disini (Naren-Alara)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt