11. Perpustakaan

642 29 4
                                    

Tiga tahun setelah Alara bertekad untuk melupakan Naren, kini Alara sudah masuk ke Universitas yang ia inginkan dengan jurusan yang ia inginkan juga.

Alara mulai disibukkan dengan berbagai kegiatannya mulai dari skripsinya dan sebagai ketua organisasi. Ia bersyukur karena sudah mulai berhasil melupakan cinta pertamanya.

Pagi ini Alara berniat untuk tetap ke kampus walaupun tidak ada mata kuliah karena ingin ke perpustakaan guna mencari buku sebagai sumber skripsinya.

"Ma, Alara berangkat dulu ya" ucap Alara sambil menuruni anak tangga dan menuju meja makan untuk mengambil selembar roti yang ditaburi keju.

"Kamu kan gaada kelas, gausa ke kampuslah sayang... Perasaan mama kurang enak" jawab Mama Alara dari arah dapur.

"Mau nyelesaikan skripsi ma, udah ya Alara udah telat" ujar Alara dan bergegas pergi.

Tepat pukul 09.00 WIB Alara memarkirkan mobilnya dan langsung bergegas membawa tas berisi laptopnya menuju perpustakaan.

Seperti biasa, Alara selalu duduk dimeja bagian pojok dekat jendela karena itu adalah tempat duduk favoritnya selama berkuliah disini.

"Eh sorry" ucap seorang lelaki yang tidak sengaja menabrak Alara dan juga ingin duduk dimeja tersebut.

"Naren?" ucap Alara sambil menatap dalam lelaki itu.

"Kenapa sayang?" tanya seorang gadis yang tiba-tiba datang.

"Rasya?" ucap Alara lagi merasa tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

Sebisa mungkin Alara menahan airmatanya agar tidak lepas dihadapan mereka, usaha Alara selama ini sia-sia untuk melupakan Naren.
Selama 4 tahun Alara berusaha sangat keras untuk melupakan cinta pertamanya, namun semua usahanya harus hancur dengan cepat.

"Lo apa kabar Ra?" tanya Naren sambil memeluk Alara sejenak.

Deg!

Senang, sedih, ingin berteriak, ingin menangis, itulah yang Alara rasakan. Selama 6 tahun saling mengenal, ini pertama kalinya Naren menanyakan kabar Alara.

"Alara aku seneng banget ketemu kamu lagi" ucap Rasya sambil menarik Alara dalam pelukannya.

"Gue baik kok, dan kayanya kalian juga baik-baik aja kan?" tanya Alara.

"Iya kita baik-baik aja kok" jawab Rasya.

"Kamu kuliah disini juga Ra?" tanya Naren.

"Iya Ren, jurusan Psikologi" sambil tersenyum ramah.

"Sama dong, kita juga kuliah disini Ra. Aku ambil managemen" celetuk Rasya.

"Lo Ren?"

"Sama. Aku ngikut Rasya biar selalu ketemu dan bareng terus" jawab Naren sambil tersenyum kearah Rasya.

Alara hanya tersenyum kecil sambil menahan semua sesak yang ia rasakan.

"Yauda gue lanjut dulu ya, deadline skripsi gue bentar lagi soalnya" ujar Alara.

"Iya Ra, ntar kalo kamu udah selesai kita ketemu di taman kampus ya? Banyak banget hal yang harus kamu tau" jelas Rasya dibalas senyuman serta anggukan oleh Alara.

Naren dan Rasya kemudian pergi meninggalkan Alara sendirian dan mencari tempat duduk lain untuk mereka.
Sakit, itulah yang Alara rasakan ketika melihat Naren secara sengaja menggenggam tangan Rasya saat berjalan pergi meninggalkannya.

"Fokus skripsi lo Alara!" monolog Alara sambil mengeluarkan laptonya.

Jam makan siang telah tiba, Alara mengemas semua barang diatas meja dan dimasukkan kedalam tas yang ia bawa. Ia akan menjeda untuk makan siang dan bertemu dengan Naren serta Rasya sebentar kemudian melanjutkan kewajibannya.

Dari kejauhan Alara sudah melihat keberadaan Naren dan Rasya sedang duduk sambil menikmati minuman mereka.

"Hai" sapa Alara sambil duduk disamping Rasya.

"Kenapa kamu ga pernah ngabarin ke kita kalau balik ke Jakarta lagi?" tanya Rasya.

"Gue kira kalian kuliah diluar kota dan ga disini lagi" jawab Alara.

"Bian yang kuliahnya jauh di Amerika, sambil belajar ngurus bisnis keluarganya yang disana. Kalo Nindya aku ga tau" ungkap Naren.

"Nindya kuliah di Yogya, gue selalu kontekan sama dia" ujar Alara lagi.

"Oiya Ra, aku mau kasih kabar gembira"

"Naren udah lamar aku Ra" ujar Rasya lagi sambil menunjukkan cincin di jari manisnya.

Seketika hati Alara sakit sekali mendengarnya. Harusnya ia tidak pergi ke perpustakaan hari ini dan ia tidak akan bertemu dengan Naren dan Rasya.

"Belum resmi sih, cuma Naren minta aku jadi istrinya sambil ngasih cincin ini" jelas Rasya lagi sambil menunjukan cincin dijari manisnya.

Alara tersenyum sambil menahan airmatanya.

"Selamat ya, jadi kapan mau diresmikan?" selidik Alara.

"Habis wisuda" jawab Naren singkat.

Setelah hampir 1 jam mereka berbincang, Alara pamit dengan alasan ingin melanjutkan skripsinya padahal ia sudah tidak tahan menahan air matanya sedari tadi.

Alara menumpahkan segala rasa sakitnya saat berada di dalam mobil. Ia menangis sejadi-jadinya.
Ingin membenci Naren namun tidak mampu. Ingin menyalahkan siapa atas rasa sakit yang ia rasakan? Naren? Bahkan sebenarnya Naren tidak pernah benar-benar melakukan hal yang menyakitinya. Rasya? Ia tidak pernah tau perasaan Alara pada kekasihnya.

Sakit yang Alara rasa adalah karna dirinya sendiri, karena ia mencintai seseorang yang mencintai orang lain. Bahkan Alara dipaksa mundur sebelum memulai apapun.

Entahla, Alara sendiripun tidak tau mengapa ia begitu amat sangat mencintai lelaki yang bernama Naren.

"Lo bego Alara! Bego! Hiks... Untuk apa lo jauh-jauh pindah ke Bandung kalo nyatanya lo belum bisa lupain Naren?! hiks hiks" ucap Alara tersedu-sedu sambil memukul-mukul setir mobil yang ada dihadapannya.

Alara sampai di rumah dengan mata yang sembab akibat ia terlalu lama menangis. Ia berjalan masuk kedalam rumah dengan tatapan kosong.

"Alara? Sayang kamu kenapa"

"Alara kamu habis nangis?" tanya Mama Alara sambil memegang kedua bahu putrinya.

Alara diam, perlahan airmatanya mulai jatuh lagi membasahi pipinya. Ia menatap dalam ke arah Mamanya sambil terus menangis.

"Naren udah tunangan ma hiks..." ucap Alara terduduk di lantai.

"Usaha Alara buat lupain Naren ternyata ga berhasil ma, Alara tetep sakit liat Naren sama Rasya" lanjutnya lagi.

"Kamu berjumpa sama Naren dan Rasya?" tanya Mama Alara yang dibalas anggukan.

"Lupain Naren sayang, mama ga tega liat kamu kaya gini terus" sambil menarik Alara dalam pelukannya.

Alara semakin menangis sejadi-jadinya dan pingsan dalam pelukan sang mama.

"ALARA?!!"

Bersambung...

Jangan lupa vote, komen, dan share yaa...

Vote kalian berarti banget buat aku...

Sampai jumpa besok dibab selanjutnya🤗

Berhenti Disini (Naren-Alara)Where stories live. Discover now