27

5K 546 36
                                    

"Nah, gini kan imut," kata Rafa dengan nada mengejek.

Ia pegangi perutnya sendiri ketika melihat ekspresi wajah Dika yang tertekan dengan masker dan rambutnya yang diikat ke atas.

"Dek? aku gapapa?"

Rafa mengangguk-angguk sambil tertawa ngakak, ia tak kuasa menahan tawa nya.

"Plis, seketika image cool lo hilang sudah," ujarnya jujur.

Dika menghela nafas dan tersenyum pasrah, ingin rasanya membantah namun ia tau Rafa anaknya sangat gampang marah. Tau-tau, usaha nya selama ini akan sirna.

"Puas ya kamu ketawa," protesnya dengan senyum paksa.

"Banget! haha! gimana jadinya kalo mantan cewek lo liat ini," katanya tiba-tiba.

Dika sedikit mengkerutkan kening. "Kok bahas mantan?"

"Oh iya, katanya kan lo suka gua dari kecil. Kok, punya mantan?" tanya Rafa menggunakan nada menyindir, Dika kembali menghela nafas panjang.

"Khilaf dikit, Dek. Lagian, itu karena diceng-cengin terus sama temen Mas," ucapnya mengakui.

Rafa diam mendengarkan ketika melihat Dika yang seperti masih ingin melanjutkan kalimat. "Risih tiap hari dibegitu'ne terus, yaudah biar mereka puas tak pacari."

"Apaan dah, bilang aja emang suka," cibir Rafa sedikit merasa kesal.

"Mboten sayang, cuma pacaran seminggu lho. Dia ngajak putus karena tak cueki," jelasnya mencoba menenangkan Rafa yang sudah mengerucutkan bibir.

"Ya sama aja sih, apa beda nya."

Dika melihat Rafa masih memajukan bibir bawahnya. Itu lucu, pikirnya.

"Kamu cemburu?" tanya Dika.

"Najis, mana ada!"

"Cemburu itu, wes ah jangan cemburu. Hati Mas cuma buat Dek Afa, gak ono sing iso ngalahno sayangku cintaku sing paling manis dhewe iki." Dika mengusap kasar rambut lurus Rafa dengan gemas.

n: "sayangku cintaku" bermaksud menyebut "Rafa".

TL: "gak ada yang bisa ngalahin sayangku cintaku yang paling manis sendiri ini."

Seketika pipi Rafa yang tertutup masker wajah itu memerah padam, ia memalingkan muka nya sebab tak sanggup lagi memandang Dika yang nyengir tanpa dosa.

Lagi dan lagi Dika berhasil membuat Rafa salah tingkah, remaja manis itu berpikir jika Dika lebih sering membaperi anak orang dari awal-awal mereka bertemu.

"A-apaan sih," lirihnya, saking kecil suara Rafa bahkan Dika hanya mendengarnya samar.

"Dalem?"

"Nggak, udah sana lo keluar! balik sama temen-temen lo itu, gue pengen disini sendiri!" usirnya tiba-tiba.

Rafa ingin sekali tantrum, tetapi ia tidak ingin lelaki itu melihatnya. Yang ada nanti malah kesenangan sendiri.

"Loh? kok tiba-tiba ngusir?" tanyanya heran.

"Suka-suka gue lah, kamar-kamar gue," jawabnya ngasal tanpa sadar melantur.

"Ini kamarku, Dek."

Rafa terdiam, lalu wajahnya yang sudah merona itu semakin memerah. Ia malu sekali, namun berusaha tetap biasa saja.

"Yaudah sih, katanya lo sayang sama gue. Kok, kamar aja perhitungan banget."

"Nggak gitu juga..."

"Udah ah, keluar sana cepetan!"

Mas Dika! [ON-GOING]Where stories live. Discover now