21

7.8K 603 7
                                    

Flashback Off :

Setelah Dika menceritakan sebuah kisah pertemuan mereka sedari awal hingga akhir, Rafa menganga karena nya. Sedikit tidak percaya, karena dia melupakan semua nya. Ia masih tidak percaya, bagaimana takdir mempermainkan mereka.

"Terus, lo beneran nyari gue disini? bukan karena alasan lain?" tanya Rafa, Dika mengangkat sudut bibir nya.

"Iya, itu alasan utamane. Tapi, ada alasan laine juga." Balas nya.

Kening Rafa mengkerut mendengarnya, apa alasan lain yang dimaksud oleh lelaki di depan nya itu?

"Apaan?" tanya nya penasaran, Dika mengangkat tangan nya untuk menjangkau pucuk kepala Rafa.

"Nanti juga tau," balas nya.

Ia menggeram kesal, salahkan lelaki itu yang membuat nya penasaran. Tangan Dika di cekal oleh Rafa.

"Bobo, udah malem."

Rafa hanya mengangguk, karena sejujurnya ia sudah beberapa kali menguap kala mendengar cerita Dika. Ia berdiri dari duduk nya dan pergi ke atas setelah mengantarkan Dika ke kamarnya.

Keesokan hari nya, ia dalam mood yang buruk karena Dika dan Nia membangunkan Rafa di pagi hari. Ini tidak sesuai dengan jam nya yang biasa, Rafa berdecak kesal.

"Ayah sama ibun belum pulang?" tanya Rafa pada Nia yang sedang sibuk di dapur.

Remaja manis itu selesai membersihkan diri, mengenakan seragam dan terduduk di tempat makan.

"Belum, nanti siang udah nyampe kayak nya." Jawab Nia, Rafa mengangguk.

Atensi nya beralih ke arah Dika yang sedari tadi menatap nya, ia bergidik ngeri setelah membuat kontak mata beberapa detik.

"Nanti lo berangkat bareng Dika aja, ayah kan belum pulang." Ujar Nia.

"Loh, kenapa nggak bareng lo aja? kan gue udah bangun pagi begini." Protes nya, ia tidak terima karena dibangun kan sepagi itu.

"Nanti gue di jemput temen," balas Nia.

Dika diam-diam terkekeh kecil karena merasa menang, Rafa yang melihat itu berdecak kesal.

"Gak mau sekolah, ah!" rengek nya, Nia menatap nya tajam.

"Gue bilangin abang mampus lu!" ancam nya.

"Bercanda, kak!"

"Udah, nih habisin. Gue bawa bekel aja, soalnya temen gue udah dijalan. Lo baik-baik ye sama Dika," titah nya di angguki dengan malas Rafa.

Nia menghela nafas sebelum berpamit, kini hanya mereka berdua yang ada di sana.

"Makan tuh, gue gak mood." Ujar Rafa malas, menyilangkan tangan nya dengan bersandar di kursi.

Dika menghela nafas, bersabar dan bersabar adalah jalan ninja nya.

....

"Pagi-pagi udah di suguhin muka kusut nan kucel lo itu, burik banget hari gue." Ujar Bian dengan malas.

Rafa masuk ke kelas dengan lesu dan meletakkan tas nya di atas meja nya, mendekat ke arah Bian yang sedang duduk di atas kursi.

"Gue gak mood banget, sumpah!" keluh nya, Bian menghela nafas.

"Oh aja sih, kata gue mah. Udah ketebak juga dari muka sama jam berangkat lo."

Mas Dika! [ON-GOING]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ