18

8.5K 745 35
                                    

"Bisa nganterin gue nggak?"

Rafa menatap Dika dengan menggigit bibir bawah nya sendiri, ia melirik kesana-kemari sembari menunggu jawaban.

Setelah ia membersihkan diri, tiba-tiba Efania memanggilnya untuk membelikan makanan setelah mengetahui jika Dika sedang berada di sana.

Dia meminta Rafa untuk mengajak Dika membeli makanan.

"Boleh, kemana?" tanya Dika setelah menyetujui tanpa babibu membuat Rafa tercengang.

Bagaimana ia bisa memutuskan dengan cepat? bahkan Rafa belum mengatakan tujuannya.

"Beli makan, di suruh kakak gue."

Dika mengangguk-anggukkan kepalanya. "Yowes, ayo berangkat sekarang daripada kakak mu kelaparan."

"Tunggu."

Rafa segera beranjak ke tangga menuju atas untuk mengganti pakaian yang lebih panjang, Dika menggelengkan kepala nya sembari kembali memfokuskan diri pada handphone nya.

Dika menoleh ketika Rafa kembali dan memanggil nya, ia melihat pria itu memakai pakaian yang lebih hangat.

"Lucu nya," gumam Dika tanpa sadar, tersenyum dengan berseri membuat bulu kuduk Rafa berdiri.

"Ngeri, kek pedopil banget." Dika cengengesan karena mendengar kata itu dari Rafa.

"Ayo, keburu malam."

"Kan udah malem," sahut Rafa.

Dika hanya tersenyum tipis menanggapi nya, resiko yang harus di hadapi ketika bersama Rafa adalah kesabaran tinggi.

Dika berjalan mendahului Rafa untuk keluar rumah, ia siapkan dahulu kendaraan tersayangnya.

Setelah mereka keluar dari pekarangan rumah, Dika tersenyum di balik helm nya ketika memikirkan suatu hal.

"Kalau dipikir-pikir, ini pertama kali ne awak'e dewe jalan berdua malam-malam."

Rafa mengerutkan kening nya, setengah mengerti namun setengah tidak dengan celotehan itu.

"Lo? sama gue?" tanya Rafa memastikan agar topik tidak menyeleneh nanti nya.

Rafa lihat Dika memgangguk. "Ya, iyalah. Gue artis jadi sorry ya, sibuk." Lanjut nya.

Dika terkekeh mendengar nya, tanpa sadar Rafa mengulas senyum bangga atau lebih tepat nya songong.

"Berarti, nek kamu gak sibuk bisa di ajak jalan-jalan?" Dika menoleh untuk menghadap Rafa ketika mereka berhenti di lampu merah.

Rafa yang tidak dapat peringatan dari itu sedikit tersentak kebelakang. Mendapat serangan tiba-tiba dengan tatapan tajam Dika yang sangat dekat.

"Y-ya... gak bisa, ogah banget jalan sama Jawir butut."

Rafa berusaha setenang mungkin, ia tidak mau jika kontak mata langsung dengan lelaki itu.

"Lampu ijo, tuh! ayo jalan lagi," Rafa tunjuk ke arah lampu lalu lintas, Dika kembali menghadap kedepan.

Rafa menghela nafas lega, merasa beruntung karena dunia membuat pengatur jalan itu.

"Mau makan di mana?" tanya Dika.

"Hah?!" Rafa budeg.

"Makan ndek mana, sayang?" ulang Dika, Rafa reflek memukul helm yang di pakai Dika.

"Sakit," ringis Dika.

"Biar sakit jiwa nya nggak kumat," sahut Rafa seadanya, Dika tertawa kecil.

"Lebih ke sakit hati, Dek."

Mas Dika! [ON-GOING]Kde žijí příběhy. Začni objevovat