Akhir Yang Dinantikan

672 73 2
                                    


SEGERA TERBIT NOVEL DISKUSI SEMESTA DI Snowballpublishing 

🥀🥀

"Bidadari saya sudah dewasa. Terima kasih telah menjaga diri kamu dari laki-laki lain." 

- Khadafi -

🥀🥀

Selang beberapa bulan setelah mengetahui bahwa Xaula hamil. Khadafi selalu pulang kerja lebih awal, dan kadang Xaula melarangnya untuk pergi berkerja. Katanya, kalau Khadafi pergi kerja, ia akan nangis kencang sambil kelilingi komplek dan teriak jikalau suaminya ini adalah suami yang tidak bertanggung jawab terhadap istrinya yang sedang hamil. Hal itu membuat Khadafi menggeleng-geleng kepala sambil tersenyum.

"Aku mau ikut kamu ngajar!" titah Xaula langsung masuk ke dalam mobil Khadafi dengan masih berpakaian daster dan rambut yang acak-acakan.

"Yakin?"

"Iya. Cepet jalan."

"T—tapi baju ka—."

Xaula langsung menatap tajam Khadafi, "OH KAMU TAKUT KETAUAN SELINGKUH YA."

Tidak mau meladeni Xaula yang selalu melantur tutur katanya, Khadafi langsung menyalakan mesin mobilnya dan pergi dari pekarangan rumahnya. Laki-laki itu tidak mau berdebat sedikitpun dengan sang istri, terlebih lagi sang istri sedang mengandung seorang malaikat kecil, pasti mood-nya akan berubah-ubah setiap saat.

"Aku izin tidak masuk kerja saja deh, kita ke kedai ice cream ya," ucap Khadafi pada Xaula yang dari tadi melihat ice cream di layar ponselnya.

Benar-benar lelaki yang sangat memahami segala sesuatu yang istrinya mau. Xaula bahkan langsung tersenyum riang dan memeluk Khadafi secara tiba-tiba.

"Muach ... makasih suamiku. Yey makan ice cream ..." senang Xaula yang tidak bisa tertahan lagi.

Meskipun Xaula hanya menggunakan daster dan bergo acak-adul, Khadafi tetap tidak malu masuk ke dalam mall dengan bergandeng tangan bersama Xaula. Khadafi membuka jazz blezernya dan mamakaikan dipunggung Xaula. Xaula pun langsung menatapnya tajam membuat Khadafi meneguk salivanya kasar. Laki-laki itu tahu pasti istrinya akan marah lagi.

"Kamu malu ya, jalan sama aku! Oh iyalah pasti malu jalan sama isteri yang pakaiannya macem gembel. Gak kaya selingkuhan kamu di pondok itu, kan! Sudahlah! Aku capek sama kamu!"

Benar saja apa yang Khadafi batinkan, pasti sang isteri akan marah. Walaupun sudah terbiasa mendengarkan Xaula marah-marah tetap saja Khadafi selalu khawatir akan kemarahan tersebut. Dia mengejar Xaula, dan langsung menggendongnya masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil Khadafi menatap Xaula yang selalu saja membuang muka darinya. Khadafi menghela nafasnya pasrah. Laki-laki itu mengambil kedua tangan Xaula dengan lembut.

"Sayang, maafin semua kesalahan aku ya, yang sudah menyinggung perasaan kamu. Aku mohon, jangan marah lagi."

Mengecup pelan kening Xaula, lalu mengelus perutnya Xaula yang sudah membuncit. Khadafi tersenyum lalu, mencium perut tersebut yang sudah memasuki usia 5 bulan. Tidak terasa pernikahan mereka sudah berjalan hampir setengah tahun. Dengan hidup rukun, meskipun Xaula sering marah-marah tak jelas. Khadafi selalu saja mendapatkan tamparan saat dirinya sedang tertidur pulas. Dia tidak pernah sekali pun marah ataupun membentak Xaula. Karena Khadafi tahu cara membimbing seorang wanita. Dia tidak pernah berpikir sedikitpun untuk memarahi Xaula saat wanita itu sedang salah. Hanya memberikan nasihat yang benar pada sang istri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DISKUSI SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang