DS | 17 •Jarhaa•

13.7K 2K 58
                                    

Aku mau UAS, maap ya kalo lama update nya😇

"Dok, obatin wanita ini dulu, saya belakangan saja," ucap Khadafi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dok, obatin wanita ini dulu, saya belakangan saja," ucap Khadafi.

"Tidak bisa pak, di sini Anda yang paling parah."

"Afwan dok, tolong obati dia terlebih dahulu, saya bisa menahannya."

"Ustad please! Pikirin kondisi Anda sekarang, jika tangan Anda selesai di jahit, saya janji akan memberikan sesuatu buat Anda. Tolong ya, sekali ini saja obati luka Anda terlebih dahulu," mohon Xaula dengan sangat melas.

Khadafi pun lagi dan lagi menurut dengan permintaan Xaula, walaupun pada akhirnya Xaula di banyak omong suruh obati lukanya sekarang itu juga.

Selesai pengobatan Khadafi langsung keluar dari ruangan. Ia mencari keberadaan Xaula. Namun, yang ada keluarganya. Zwiena sangat khawatir saat mendapatkan telepon dari Xaula bahwa Khadafi terluka, dirinya langsung terbangun saat hendak tidur.

"Mana yang sakit, kak? sini bunda obatin," ucap zwiena menarik lengan Khadafi lalu mengecupnya dengan lembut.

"Kenapa bisa seperti ini, Dafi?" tanya Regan.

"Kakak ih! bikin Mila khawatir aja, besok-besok kalau sampe masuk rumah sakit lagi, kita musuhan," omel Camila pada Khadafi.

Lelaki itu tersenyum, dia sangat bersyukur memiliki keluarga yang sangat menyayangi dirinya.

"Maafin kakak ya, sudah buat kalian khawatir," kata Khadafi. Zwiena langsung memeluk putranya itu dengan erat, di ikuti oleh Camila.

Walaupun lelaki ini sudah dewasa, tidak menutup kemungkinan untuk sang ibunda memanjakannya. Di balik keharmonisan keluarga ini, ada seorang gadis yang mengumpat saat hendak menghampiri Khadafi, tanpa sadar gadis itu meneteskan air matanya melihat keharmonisan keluarga lain.

"Dih, lebay amat lo nangis!" cibirnya pada diri sendiri.

Segera ia menyeka semuaair matanya yang turun begitu saja, lalu menghampiri Khadafi.

"Assalammualaikum semuanya," sapa Xaula dengan sopannya.

Khadafi langsung melepaskan pelukkannya pada bunda dan adiknya itu. Ia tersenyum manis menyambut kadatangan Xaula. Manik matanya mengarah pada dahi gadis itu yang tadi terluka, kini sudah di perban.

"Sakit tidak?" tanya Khadafi terlihat sangat khawatir. Xaula menggeleng, "Alhamdulillah, oh iya tadi kamu mau ngasih sesuatu katanya?"

Semua mata mentap pada Xaula. Ia sedikit gugup untuk memberikan sesuatu itu pada Khadafi, sesuai dengan ucapannya tadi sebelum Khadafi di obati.

"Um ... us-ustad, masih mau ngelamar saya nggak?" Tanya Xaula semakin gugup.

"Tidak," goda Khadafi membuat Xaula membelalak matanya, lalu membuang muka.

"O-oh gitu. Ya udah deh cepet sembuh ya, ustad," ucap Xaula langsung pamit pergi.

Khadafi tersenyum. Ia langsung menahan lengan Xaula, "Saya hanya bercanda, sekarang kita ke rumah kamu ya," kata Khadafi langsung menarik lengan kedua orang tuanya untuk ikut bersamanya.

Gadis itu hanya bisa pasrah. Dalam hatinya ada rasa senang namun tidak ia tampakan dihadapan Khadafi.

Semuanya telah berkumpul di rumah Xaula pada malam hari ini. Padahal Xaula sudah bilang jika besok saja datang ke rumah. Tetapi Khadafi keras kepala ingin malam ini juga, agar besok ia bisa datang bersama keluarga besarnya.

"Assalamualaikum, Ula pulang."

Dirga keluar kamar dengan menggunakan tongkat untuk menjaga keseimbangan tubuhnya, karena dirinya mengalami stroke ringan. Pria paruh baya itu tersenyum manis menyambut anaknya pulang.

Bukannya dia tidak peduli dengan sang anak yang pulang sampai larut seperti ini. Namun, dia tahu jika anaknya sudah dewasa dan bisa menjaga dirinya sendiri dan dia pun membebaskan Xaula agar anaknya tidak terus-menerus menangis di dalam kamar setiap malam.

"Loh, ada apa ini rame-rame?" Tanya Dirga yang terkejut melihat keluarga Khadafi datang ke rumahnya.

Dia bahkan membulatkan matanya terkejut melihat kedua tangan Khadafi di perban, pandangannya beralih pada kepala Xaula yang juga di perban.

"Astagfirullah, kalian habis digebukin sama siapa?"

"Nggak ada yang digebukin, pah."

"Bohong. Bilang sama papa, siapa yang ngelakuin ini ke kalian?"

"Ck. Mulai lagi deh."

"Papa khawatir sama kamu, cuma kamu satu-satunya harta paling berharga untuk papa, kalau kamu kenapa-kenapa hati papa hancur melihatnya," ucap Dirga meneteskan air matanya.

Keluarga Khadafi hanya bisa menyaksikan anak dan ayah ini dengan pandangan terharu. Khadafi bahkan hanya bisa berdiam diri melihat seorang ayah yang menangis melihat anaknya terluka seperti ini. Lelaki itu ingin menghampiri Dirga, namun di tahan oleh Xaula.

"Udah, udah jangan nangis papaku tersayang, Ula nggak kenapa-kenapa kok. Nih, lihat otot Ula semakin keker, tandanya Ula nggak kenapa-kenapa," seru Xaula berusaha menenangkan ayahnya ini.

Dirga tersenyum dalam tangisannya. Anaknya ini sangat kuat, walaupun sedang di landa marak bahaya dia selalu tersenyum menghadapi itu semua.

"Jujur sama papa, siapa yang ngelukain kamu? Apa dia yang ngelukain kamu?" Dirga menunjukan Khadafi membuat Xaula langsung menggelengkan kepalanya.

"Bukan, bukan, Khadafi justru ngelindungin Ula dari Seno," ucap Xaula spontan.

Hati Dirga semakin hancur, kenapa pelakunya selalu keluarga kandungnya? Kenapa mereka semakin jahat pada Xaula. Gadis yang selalu mereka incar tidak punya salah sedikit pun sama mereka, tetapi kenapa mereka bisa sekejam ini memperlakukan Xaula. Dirga langsung mendekap Xaula dengan erat, dia menangis dalam dekapan itu.

"Kita pindah ya, papa mohon. Papa sudah tidak kuat melihat Abang kamu terus-menerus menyakiti kamu."

🥀🥀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🥀🥀

Jangan lupa untuk follow, vote dan komen biar Pou seneng:)

Jangan lupa untuk follow, vote dan komen biar Pou seneng:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DISKUSI SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang