23

111 5 0
                                    

Hai! Akhirnya kita bertemu lagi di part 23 setelah sekian lama ...

Kalian sedang apa? Kalau aku update bab ini sambil dengerin lagu Arash Buana :D

Maaf ya baru bisa update hari ini, aku lihat di tanggal terakhir di bab 22 itu tahun lalu? Udah 1 tahun lebih ya ternyata ... Tak lupa aku sampaikan terima kasih juga untuk kalian yang masih menemani cerita ini ...

Semoga suka dengan bab 23 ^__<

***

"Woi, bro, ke sini lah bantu gue."

"Eh kampret! Tolongin gue dulu."

"Ajigile ... Banyak bacot lo pada."

"Heh itu musuhnya jing jangan lupa!"

"Anj—"

Brak ...

Kelima lelaki yang sibuk dengan game tersebut berjengkit kaget mendengar pintu di buka dengan keras. Seorang wanita dengan tatapan tajam masuk ke dalam ruangan. Matanya menatap kesal sahabat Romeo yang berisik sedari tadi, sangat menggangu aktivitasnya.

"Aduh, Nenek lampir," gumam Migo pelan. Layaknya telepati, mereka berlima bertukar pandang menyalakan alarm bahaya.

"Lo pada berisik tau gak?!" Tak ada yang menjawab, seperti bisu padahal beberapa detik yang lalu suara mereka seperti orang-orang yang ada di pasar.

"— Kalian tau gak, kamar gue cuman lima langkah dari kamar ini dan kalian malah berisik ngeganggu aktivitas gue daritadi!" 

"— Kalo masih rame, mending keluar!" Alice kepalang emosi melihatnya dan semakin menaikkan volume suaranya, "Gagu lo pada?!"

"Tadi katanya berisik ya udah diem ini," jawab Migo dengan santai.

Sebuah sendal rumah melayang dan jatuh tepat di kepala Migo yang mana menimbulkan suara begitu keras.

"Iya-iya ampun!" Migo berdiri dan berjalan keluar kamar sambil mengelus kepalanya, mukanya terlihat masam.

Alice menoleh kembali melihat sisa teman Romeo yang hanya melihat kepergian Migo tanpa ikut beranjak. Belum juga bersuara, mereka langsung ikut keluar tanpa protes.

***

Romeo yang baru saja tiba dari luar pun menatap heran kelima sahabatnya yang duduk di teras rumah. Terakhir kali ia lihat, mereka berlima asik bermain game di kamarnya. Sangat mudah ditebak ketika ia melihat ekspresi Migo yang masam, bak anak kecil habis kena marah ibunya.

Migo menatap sengit Romeo yang baru datang. "Gila tuh Kakak lo."

"Kenapa lagi?"

"Masa iya dia ngusir pangeran tampan ini, mana dilempar sendal busuknya lagi."

Romeo tertawa, rasa penat karena macet sepanjang jalan pulang telah terbayar karena nasib dari sahabatnya seorang.

Melihat teman-temannya menertawakannya, Migo kembali merasa sakit hati. "Oh sekarang kalian ketawa, tadi aja pada cupu ga ada yang jawab."

"Berisik kali lo," jawab Romeo asal.

"Emang dia yang paling berisik, tau sendiri suaranya cempreng kaya cewe," sahut Farel menambahi yang langsung dibalas jari tengah oleh Migo.

Romeo terkekeh sebentar kemudian menepuk kepala Migo membuat lelaki itu mengadu sakit. "Nenek lampir dilawan."

"Tai lo."

"Dari mana lo?" tanya Farel yang menyadari pakaian Romeo tak seperti biasanya.

"Ada lah."

"Abis kencan dia," tebak Gio menelisik pakaian Romeo dari bawah hingga atas. Memang tidak seperti biasanya yang terlihat formal, kali ini lebih terlihat casual.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ROMEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang