12

1.2K 120 9
                                    

Sebelum baca, alangkah baiknya pencet tombol vote ya! Ramein juga kolom komentar sama komen kalian!

***

Setelah menyelesaikan meeting bersama kolega barunya, Romeo kembali ke ruang kerjanya.

Gedung yang menjulang tinggi itu memiliki 20 lantai. Di lantai 1 sampai 17 digunakan untuk kantor para pegawai bekerja, salah satu lantainya terdapat kantin untuk pegawai kantor. Di lantai 18 sampai 20 digunakan untuk menyimpan beberapa properti perusahaan dan juga ruang kamar untuk para pegawai yang lembur di hari tertentu.

Dibukanya pintu ruang kerjanya yang berada di lantai 15 itu dengan pelan. Seketika Romeo mendengus melihat pemandangan yang ada di depannya.

"Hai," sapa sesosok makhluk yang dengan santainya duduk di sofa mahalnya sambil memakan semua makanan yang berada di atas meja dekat sofa itu.

"Huft ... ngapain kesini?"

"Tadi abis meeting deket sini. Ya udah mampir, deh."

"Turunin kaki lo."

Kaki yang semula berada di atas meja langsung diturunkan oleh pemiliknya. Jelas saja, nada bicara Romeo sudah berbeda, membuatnya sedikit takut jika sahabatnya itu mengamuk.

"Abis dari mana lo? Gue udah nunggu setengah jam di sini."

"Migo, gue ngga nyuruh lo kesini dan nunggu gue selama itu."

Migo Reiwansyah, sahabat di sekolahnya dulu di bandung. Migo bertemu kembali dengan Romeo di Universitas yang sama dengan jurusan yang sama, tapi, mereka di kelas yang berbeda. Hanya Migo saja yang selalu bersamanya sampai kini, kedua teman mereka masih menetap di Tanah Air.

Tenang, mereka berdua masih menjalin komunikasi bersama kedua sahabat lainnya. Itu juga karena Migo memiliki kontak mereka, kalau tidak, pasti Romeo tidak akan tahu bagaimana kabar para sahabatnya.

Migo mendesis sebal, "Gue, kan, pingin mampir. Lagian, baik-baikin kek tamu istimewa lo ini."

Tukk

Sebuah bolpoin mendarat tepat di jidat Migo, membuat sang empu menatap tajam Romeo. "Asyu lo!"

Romeo mengendikkan bahunya acuh dan mulai melanjutkan pekerjaannya.

"Heh!" seru Migo yang merasa tidak dianggap oleh Romeo.

"Gue ada info," pancing Migo. Romeo tetap tak mengalihkan perhatiannya dari layar komputer itu. "Soal ... perempuan yang selalu lo cer—"

"Di mana?!" selat Romeo saat tahu maksud dari ucapan Migo.

"Dasar! Giliran gini cepet," gumam Migo pelan.

"Cepet," sentak Romeo.

Migo terperanjak dan mengelus dadanya sabar. "Biasa aja napa ... jadi gini, tadi gue, kan, meeting deket sini. Nah, pas gue mau balik, gue ngeliat perempuan sama laki-laki baru dateng di cafe itu. Gue ngarasa kaya kenal terus—"

"Di mana?"

"Buset ben—"

"Di mana, Migo?!"

"Di Cafe Molly," jawab Migo cepat karena Romeo menarik kerah seragamnya. Setelahnya, dengan kecepatan kilat, lelaki itu mengambil handphone, dompet, dan kunci mobil. Migo berdecak kesal saat Romeo meninggalkannya lagi.

"Asyu, kaga tau terima kasih jadi temen."

***

Baru kali ini, Romeo menaiki mobil dengan kecepatan di atas rata-rata. Satu yang dia harap, sosok yang diceritakan Migo tadi, masih ada di tempat.

"Anjing!" umpat Romeo. Mobilnya terjebak macet di tengah ramainya jalan. Entah ada apa di depan sana, membuat Romeo memukul stir mobilnya dengan kencang.

Beberapa kali tangannya menekan tombol yang berada di tengah-tengah lingkaran stir mobil. Banyak yang mengumpatinya karena suara klakson mobil Romeo.

Beberapa menit berlalu, akhirnya kemacetan pun teratasi. Romeo kembali melajukan mobilnya menuju Cafe Molly.

Tibanya di tempat, lelaki itu memarkirkan mobilnya asal. Kaki panjangnya berjalan cepat bergegas masuk dan mencari sosok yang dia cari.

Matanya menatap sekeliling, ramai. Banyak para pekerja kantor, mahasiswa, hingga remaja berada di sini. Romeo sempat jengah melihatnya.

Kakinya berhenti saat tak sengaja melihat tubuh ramping dengan rambut panjang yang menjuntai apik ke bawah. Romeo tak bisa melihat jelas siapa itu karena duduknya yang membelakanginya. Entah kenapa, feelingnya berkata jika itu adalah sosok yang dia cari.

Jantungnya berdetak 2x lipat lebih cepat dari sebelumnya. Romeo memantapkan hatinya dan mencoba mengatur nafasnya agar menjadi tenang.

Pelan-pelan dia berjalan mendekati meja yang diduduki oleh seorang perempuan itu.

"Permisi," salamnya.

Perempuan itu menghentikan aktivitasnya, lalu mendongak.

Deg

Sesaat, keduanya sama-sama saling terdiam.

"Bo–boleh ... du–duk?" tanya Romeo terbata-bata. Perempuan itu tak bergeming dan masih menatapnya dengan pandangan yang sulit dia artikan.

Suhu tubuhnya sudah panas-dingin. Rangkaian kata-kata yang sudah dia siapkan seketika hilang entah kemana. Jantungnya kembali berdetak lebih cepat.

Matanya berubah sendu melihat gadis yang dulunya dia kenal pemarah itu terlihat sangat berbeda dengan sekarang. Mata itu, memancarkan segala kesedihannya.

"Ma–maaf."

Bugh

***
TBC

Pliss ku nulis ini agak gimana gitu, deg-degan takut ga pas.

Gimana perasaan kalian baca part ini?

Tau bukan, siapa yang ditemuin Romeo? Tau lah pasti🙂

Oiya, mau curhat bentar;

Aku seneng banget pembacanya jadi banyak, tapi lebih seneng kalau kalian para pembaca juga aktif. Komen apapun itu, dan pencet tombol vote juga buat timbal balik pada penulis. Bener ga?

Dannnn, jangan spam kata 'next' aja ya! Awalnya aku ga masalah, sih, tapi lama-lama kaya gimana gitu. Jadi, kalau komen bisa apapun terserah kalian kecuali kata 'next'. Makasih udah membaca.

ROMEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang