Bab 44

19.7K 2K 116
                                    

Taman mansion menjadi tempat dimana para anak anak Robert bersantai, dengan Lucas memangku Langit, Immanuel yang tengah menyuapi Langit dengan cookies dan Sean, ah anak itu sungguh menjengkelkan, ia kadang mengecup dan mengelus-elus tangan Langit.

"Pergilah sana! Kau tidak lihat baby risih!"Lucas menyentakkan tangan Sean yang ingin memasukkan jari Langit kedalam mulutnya.

"Kau saja yang pergi, aku ingin disini."Kembali memainkan jari mungil Langit sesekali menciumnya.

"Lepaskan Sean, kau tidak lihat jari Langit sudah berkerut begitu! Kau terlalu lama mengulumnya."Immanuel mengambil tangan Langit dan menyemprotkan hand sanitizer, menghilang liur Sean yang masih menempel disana, mengelapnya dengan tissue basah agar kembali steril.

Ya mungkin sekarang waktunya bagi para anak anak dari Robert quality time bersama Langit, sebelum yang lain merebut Langit dari mereka.

"Nah ini sayang, mommy sudah membawakan minuman kalian."Senia meletakkan minuman kopi, susu dan teh untuk mereka.

"Mommy kenapa repot repot, ada maid, nanti mommy kelelahan."Ucap Lucas yang melihat mommynya dari tadi terus saja bolak baik membawakan cookies dan makanan lainnya untuk mereka.

"Mana ada repot, malahan mommy senang bisa membuat kue begini, dulu mommy tidak sering membuat kue, jadi sekarang mommy senang karena sudah ada Langit dan kalian yang mau memakannya."Senia handal dalam masak memasak, tapi sayang, sebelum ada Langit, dia hanya bisa membuat kue sedikit dan ketika yang lainnya pulang baru memakan kuenya, tapi sekarang beda, anak anaknya sudah mulai menetap dan tentu saja Langit adalah alasan bagi Senia untuk membuat kue yang sehat, dari pada membeli di luaran sana.

"Terimakasih mommy, cookies nya enak."Langit jujur, cookies buatan Senia sangat lezat, jika saja dia tidak malu, dia mau mengatakan ingin kembali memakannya, tapi dia ragu untuk mengatakan itu.

Senia yang peka dengan keadaan tahu betul apa yang dipikirkan Langit, ucapan Langit yang memuji cookies buatannya sungguh membuat Senia merasa terbang ke awan awan.

"Mau lagi, mommy buat banyak, sekarang mungkin sudah matang, mommy ambilkan ya."

"Em?"Kenapa mommynya bisa tahu, padahal Langit hanya berkutat dalam pikirannya, dia jadi malu karena sedikit rakus seperti ini.

Mereka menahan senyum dibibir mereka, melihat Langit yang tiba tiba saja wajahnya memerah.

Langit merasakan kecupan berkali kali diwajahnya, abang dan mommy nya mencium pipinya bergiliran.

"Jangan ragu untuk meminta atau bertanya sesuatu baby, kau adalah keluarga kami, jadi jangan sungkan untuk berbicara."Senia mengelus puncak kepala Langit dengan pelan, merasakan halusnya rambut Langit mengenai tangannya.

"Benar baby, jadi apapun yang kau mau kau bisa mengatakan jangan takut."Sahut Lucas.

"Iya."Langit tersenyum tipis, keluarga? Mungkin sekarang dirinya harus terbiasa bukan? Dia juga senang dengan keadaannya ini.

Langit mengambil cookies dan menggigitnya sedikit, saat itu juga ia terkejut dengan Sean yang tiba tiba saja berada didepan wajahnya  dan mengigit cookies yang ia gigit.

"Sean!"Teriak mereka melihat Sean dengan sengaja mengambil cookies dari Langit dengan bibirnya, untung saja bibir itu tidak mengenai bibir Langit.

"Apa?"Ucapnya dengan santai dan sambil mengunyah cookies yang ada didalam mulutnya.

Lihatlah, tatapan sayu yang menatap mereka itu, sangat menjengkelkan, ingin sekali mereka memukul Sean jika tidak ada Langit disini.

Langit? Dia tidak mengerti apa yang terjadi, tapi kejadian tadi membuatnya sedikit merinding, semoga Sean tidak melakukan itu lagi.

* * *

Langit mengerjapkan matanya, melihat sekitar, tempat ini lagi, tempat dimana dia melihat Langit yang asli dipukuli habis-habisan oleh orang orang.

Pasti ini mimpi yang sama bukan? Tapi kemana Langit, kenapa tidak ada orang disini, tapi saat ingin berbalik dia melihat Langit yang berada disudut sofa, dengan kepala yang tertunduk, mengetik cepat di ponsel pintarnya, kenapa bisa ia tidak melihat Langit disini tadi?

Sudahlah, Langit mencoba mendekat, masih sama, tidak bisa menyentuh Langit yang asli, bahkan tangannya menembus tubuh itu.

"Lo sialan! Kurang ajar! Bedebah! Menjijikkan! Lo itu menjijikkan! Kenapa Lo ngelakuin ini ke gua sialan! "

Langit menyentuh dadanya terkejut saat Langit yang asli tiba tiba saja berteriak di ponselnya, bahkan Langit membanting ponsel itu hingga hancur.

"Itu karena Lo udah berani main main sama gua Langit!"

Suara itu mengalihkan pandangan mereka, jauh dari sana tampak ada seseorang yang memakai hoodie dengan topi dan masker melekat diwajahnya.

Siapa itu? Langit heran.

"Kenapa Lo ngelakuin ini ke gua!"lirihan Langit asli itu begitu pilu, sedikit terdengar suara yang sudah lelah disana.

"Kenapa lo takut sama gue? Kalo bukan Lo siapa lagi."Dia tertawa terbahak-bahak.

"Tapi kenapa harus gua!"Langit (asli) mendekati orang itu ingin memukulnya tapi saat itu juga dia terkena tendangan dari orang itu.

Langit (asli) mundur sedikit, entah kenapa orang didepannya ini cukup gua.

"Masih aja lemah."Decihnya pada Langit.

Langit segera mendorong orang itu membuat topi yang ia pakai jatuh, Langit memukul wajah itu hingga masker yang perempuan itu pakai lepas.

"Lo brengsek! Lo brengsek!"

"Cahaya!"

Deru nafas Langit sangat cepat, tidak dapat mencerna apa yang terjadi, apa yang dikatakan oleh Langit? Kenapa dia mengucapkan nama Cahaya? Bukankah Cahaya itu adalah kakaknya Langit yang asli?
Sebenarnya apa yang terjadi?

Langit diam tidak melihat jika Luke dan Senia sudah panik melihat Langit yang hanya diam dengan pandangan kosong.

Apa yang terjadi pada baby mereka?

Vote→comment→follow

LANGITWhere stories live. Discover now