Bab 6

30.5K 2.4K 11
                                    

Dimansion tempat tinggal Langit tidak ada orang mungkin semuanya sibuk dengan kegiatan masing masing, hal itu membuat Samuel bisa masuk kesini walaupun harus ditanya oleh para bodygard, tapi dia mengatakan jika tidak akan berbuat apa apa.

Karena Samuel tetap kekeh ingin menemui Langit  akhirnya bodygard itu menyetujuinya dengan meminta izin dari Senja.

Senja hanya mengiyakan saja, tapi jangan sampai membuat Langit keluar dari mansion.

"Samuel?"

"Lo udah inget gua?"

Langit menganggukan kepalanya tipis, memikirkan nya saja membuat dia hanya pasrah jika Samuel akan membalas perbuatan Langit padanya, padahal Samuel sangat baik, dia berusaha agar Langit tidak terjerumus tapi Langit malah berbuat sebaliknya.

Langit menutup matanya, sepertinya dia menunggu saat akan di pukul oleh Samuel.

"Lo kenapa?"Tanya Samuel heran, tidak seperti biasanya jika Langit seperti ini.

"Bukannya kau akan memukul ku?"

Haruskah Samuel tertawa, dia tidak mengira akan ucapan dari Langit, dia datang kesini hanya untuk menjenguk Langit, tidak ada niatan dari dirinya untuk membalas perbuatan Langit padanya.

Dan apa itu, bahasa Langit sangat kaku, tidak menggunakan bahasa gaul sepertinya, apa kecelakaan itu membuat Langit berubah.

Dengan sedikit ragu Samuel menayakan pada Langit."Lo kenapa? Lo beda. bukan langit yang gua kenal."

Langit terdiam, apa dia harus mengatakan jika memang dia bukan Langit, tapi apa ada orang yang percaya.

"Kenapa Lo diem?"

"Jika kau mau membalasku tidak apa apa."

Omong kosong apa yang diucapkan Langit kali ini.

"Lo kenapa sih? Aneh Lo nggak kayak Langit, tapi gua seneng Lo yang sekarang, Lo lebih bisa ngontrol emosi Lo."

Samuel tersenyum tipis, dia ingin sekali mengelus rambut Langit ,apa boleh ? Secara dia baru saja melihat perubahan Langit sedikit, apa Langit akan mengamuk jika dia sentuh.

Dengan ragu dia mencoba menyentuh rambut Langit.

Sesaat tubuh Langit menegang, untuk pertama kalinya dia merasa ada yang mengusap kepalanya, bukan ini bukan pertama kalinya, ini adalah kedua kalinya, dia ingat sentuhan seperti ini, sentuhan hangat yang selalu dia rindukan, seperti kakeknya.

Kakek yang selalu mengusap kepalanya saat dia akan tidur.

"Kakek."Gumamnya pelan tapi masih bisa didengar oleh Samuel.

Saat ingin bertanya dia melihat jika Langit meneteskan air matanya, tentu saja itu membuatnya terkejut, untuk pertama kalinya dia melihat jika Langit bisa menangis.

Samuel reflek memeluk Langit, terdengar isakan kecil dari sana.

Lama menangis akhirnya Langit tersadar jika dipelukan ini bukanlah kakeknya.

"Maaf."Langit menjauhkan dirinya, dia berdiri dan meraba -raba sekitar.

"Mau kemana?"Tanya Samuel heran, dia kembali menuntun Langit pada kasur.

"Nggak usah minta maaf, gua udah maafin Lo, gua udah nganggep Lo sebagai adek gua, tapi gua cuma mau ngasi saran, gimana kalo Lo minta maaf ke orang orang yang pernah Lo sakitin."

Langit inginnya begitu, tapi apakah harus, secara dia bukanlah yang melakukan hal itu.

"Kenapa Lo nggak jalan jalan aja, Lo bisa pikirin perkataan gua tadi ."

Samuel terdiam sebentar dia lupa jika langit dihadapannya ini tidak bisa melihat.

"Maaf gua lupa kalo Lo..."

"Tidak apa apa."

Samuel hanya bisa menghela nafas dia merasa bersalah sekarang,"em gimana kalo gua yang bawa Lo aja?"

"Aku tidak bisa keluar, dihukum."Ucapnya, benar dia mendegar jika Bintang tidak memperbolehkan Langit keluar dari kamarnya.

Lagi dan lagi Samuel hanya bisa menghela nafas, dia tahu jika Bintang, ayah dari Langit orang yang sangat tegas, dia jadi kasihan dengan Langit, apalagi kesalahan yang Langit lakukan, ingin sekali dia membawa Langit kerumahnya dan bertemu dengan orang tuanya.

Samuel jadi terpikirkan,"apa gua bawa Langit aja?"

LANGITWhere stories live. Discover now