Bab 30

23K 2K 30
                                    

Ditaman rumah sakit, Samuel sedang bersama ibunya, Senia, Senia bingung dengan anaknya ini yang hanya memeluk pinggangnya dan ketika ditanya ia hanya diam.

"Sam, kenapa sayang, apa terjadi sesuatu, kenapa bolos?"Senia mengusap punggung anaknya yang sedikit bidang itu."Masih tidak mau bicara?"

Samuel menghela nafas sebentar dan mengeratkan kembali pelukannya pada Senia."Tadi aku ketemu sama mommynya Langit mom."

Senia terdiam mendegar ucapan Samuel, dia menunggu Samuel untuk berbicara kembali.

"Dia nyariin Langit mom, Sam nggak mau kalo adek sama mereka lagi mom, yang Samuel lakukan benar kan mom."

"Tenang sayang, kau benar, jika disana keadaan baby terluka lebih baik baby bersama kita. "Senia mengecup singkat pucuk kepala anaknya ini."Jadi jangan sedih oke, Langit tidak akan bersama mereka karena Langit sudah menjadi bagian dari keluarga kita. Anak mommy sudah mulai dewasa ya, sekarang sudah berani membela kebenaran."

Samuel bertambah memeluk erat mommynya itu, dia sedikit malu dengan ucapan Senia."Samuel sudah dewasa dari dulu mom, bukan baru sekarang."

"Iya sayang, mommy percaya, nah sekarang kamu mau apa, mau ikut mommy keruangan baby atau kembali kesekolah, kalo opa tahu kamu tidak sekolah seperti sekarang bisa saja dia menyuruh mu home schooling."

Samuel menggeleng,"Sam mau kembali kesekolah aja mom, Sam nggak mau home schooling sekarang mom, Sam mau nanti home schooling nya sama Langit aja."

"Baiklah anak mommy, hati hati ya sayang."Senia mencium kening dan pipi anaknya dengan lembut, begitu juga dengan Samuel membalas dengan ciuman dipipi mommynya.

Setelah itu ia pergi kembali kesekolah, dia akan puas-puaskan dulu saat berada disekolah sebelum ia akan melanjutkannya dengan home schooling bersama para bungsu yang lain.

Didalam ruangan Langit, sekarang Sean dan Lucas tengah memperebutkan baby kecil itu.

Mereka berebutan untuk memangku Langit yang notabene nya hanya diam saja sadari tadi.

"Kenapa kau tidak mau mengalah?"Sinis Sean yang sekarang Langit berada dipangkuan Lucas.

"Untuk apa aku mengalah, dia adikku, kau yang seharusnya sadar diri disini, dasar orang asing."Balas Lucas sambil memainkan jari Langit.

Sekarang hanya ada mereka berdua diruangan Langit, karena opa dan oma sedang pulang  kemansion, Luke yang masih belum tiba dari kantor, Lucky yang harus pergi mengelola perusahaannya karena dia akan bekerja di negara ini saja, Saka ikut  Lucky sekalian mengurus kepindahannya ke negara ini dan untuk Immanuel, seperti biasa, dia memeriksa pasien sebelum beristirahat saat siang nanti.

Langit sudah baikan sekarang, malahan kondisinya sangat baik, hanya saja perban pada matanya itu akan dibuka paling lambat tiga hari lagi, Ia tidak mempermasalahkannya, malahan tidak sabar menunggu hari itu tiba.

"Kenapa tanganmu ini kecil sekali ya baby, berbeda sekali dengan tanganku."Lucas mengukur telapak tangannya yang hanya sebesar setengah telapak tangannya saja.

"Hm aku tidak tahu."Jawab Langit yang memang benar dia tidak tahu.

Langit merasa satu tangannya diambil seseorang dan merasa basah ditangannya.

"Apaan apaan kau ini, kenapa kau memakan tangan Langit!"Lucas menarik tangan baby Langit yang dikulum oleh Sean.

Langit mengerti sekarang, pantas saja tangannya basah, ternyata Sean lah yang mengulum  jari tangannya.

Lucas sungguh risih, pasalnya perilaku Sean memang aneh, terkadang dia memakan pipi Langit, terkadang mengigit hidung mungil baby nya itu, dan sekarang jari tangan Langit pun ia kulum.

Lucas mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang," dimana kau?"Ucapnya pada seseorang yang berada ditelepon.

" ......"

"Iya, Langit sedang tidak baik baik saja, Sean mengulum jarinya, aku kira Langit akan terjangkit virus."Ucapnya lagi kepada orang diseberang sana yang tak lain tak bukan adalah Immanuel.

"......."

Sean yang mendegar itu bertambah menatap datar sang sepupu,"kau pikir aku anjing?"

"Oh ternyata kau mengakuinya, baguslah." Acuh  tak acuh Lucas.

Langit tidak dapat menahan tawanya, hal itu disaksikan pertama kali oleh Sean yang terpana dengan pemandangan itu.

Lucas tersenyum senang, sekali lagi ia dapat membuat tawa itu terdengar kembali.

Tapi setelah itu Sean berpikir sebentar "baby, jadi kau menyamakan aku dengan seekor anjing."Ucapnya dingin yang membuat Langit menghentikan tawanya.

"Seharusnya aku tidak menertawakan itu."Pikir Langit yang sudah menutup mulutnya rapat.

LANGITWhere stories live. Discover now