Bab 41

17.2K 1.4K 52
                                    

"apa yang kau katakan?"

Ucapan yang ditekankan oleh Bintang itu membuat Dion, orang kepercayaan nya menunduk, tidak tahu harus berkata apa lagi.

"Jawab bodoh! Apa yang kau katakan!"Teriak Bintang membuat Dion terlonjak kaget.

"Ehm, ma-af tuan, klien....klien yang bekerja sama dengan perusahaan kita lebih memilih mundur dan....."

"Sialan!"

Dion hanya bisa menghela nafas melihat emosi tuan nya sekarang yang tinggi, tidak mau menambah emosi sang tuan kembali naik dia pun hanya diam.

"Kenapa mereka malah mundur! Apa perusahaan Robert juga ikut mundur?"

"Tidak tuan, saya belum menerima keluhan dari perusahaan keluarga Robert."

"Ck pergilah kau!"

Tanpa berlama-lama, Dion segera pergi dari sana sebelum menjadi sasaran emosi tuannya ini.

Bintang melonggarkan dasi yang ia pakai, duduk dengan kasar pada sofa itu, memijit kepalanya yang terasa nyeri, entahlah, tidak tahu apa yang harus ia lakukan, satu masalah selesai datang lagi masalah baru, kenapa ini bisa terjadi.

"Aku sudah bersyukur anak sialan itu sudah pergi tapi Angkasa malah membuat masalah! Sialan!"Bintang mengambil rokok yang bertengger diatas meja dan menyalakannya, pikirannya kacau, Senja yang tidak pernah ada dirumah mengurus Cahaya, anak sulungnya terkena masalah, dan sekarang, semua klien-klien penting yang bekerja sama dengannya malah mundur,jika hanya mundur itu tidak apa apa, dia juga ikut mengembalikan dana yang sudah disuntikkan di perusahaan nya.

Memikirkan perusahaan dia teringat dengan perusahaan RBT, perusahaan keluarga Robert itu sepertinya tidak terpengaruh dengan rumor tentang anaknya.

"Apa aku harus meminta suntikkan dana pada perusahaan itu?"

Kembali lagi pikiran Bintang kacau, stres rasanya harus menghadapi masalah ini.

Hingga dia mendengar bunyi pintu yang dibukakan, Bintang melihat siapa yang berani menganggu nya.

"Untuk apa kau kesini! Pergi!"Usir Bintang pada orang itu.

"Maaf tuan, saya tahu anda sedang tidak baik baik saja jadi saya membawakan minuman."Ucap Vina, dia adalah sekretaris Bintang yang sebenarnya tidak diperlukan, Bintang hanya percaya pada Dion tapi dia hanya memperkerjakan Vina entah untuk apa gunanya.

Vina tersenyum dan meletakkan cangkir kopi diatas meja, hal itu membuat Vina membungkuk dan menampakkan benda yang tidak seharusnya Bintang lihat.

Bintang mengalihkan pandangannya, dia tidak mau matanya tercemar oleh orang didepannya ini.

"Pergilah."Ucap Bintang sambil menghisap rokoknya.

Bintang pikir Vina akan pergi karena dia sudah beranjak dari tempatnya, tapi dia merasakan usapan lembut pada pelipisnya, dengan kasar dia menyentakkan tangan yang berani menyentuh dirinya itu.

"Pergi Vina! Kenapa kau tidak sopan sekali!"

"Maaf tuan, saya hanya ingin memijit anda, saya tahu anda sedang tidak baik baik saja sekarang, maaf telah membuat anda risih...."Mata Vina sudah berkaca-kaca, dirinya takut dibentak olah atasannya ini.

Bintang menggerutu kesal, dia tidak bermaksud membuat bawahannya ini tertekan, "lakukan lah."Ucap Bintang menyandarkan dirinya pada sofa, dia menutup matanya sejenak.

Vina yang mendengar itu mengangkat wajahnya, ia dengan segera memijit pelan pelipis tuannya ini.

"Tidak buruk...."Lirih Bintang merasakan pijitan dari Vina.

"Sebaiknya anda minum dulu tuan, untuk merilekskan tubuh anda."

Bintang membuka matanya, dan mengambil kopi yang sudah disiapkan oleh Vina, dengan Vina yang semakin berani memijit pundaknya.

"Kau bisa membuat kopi ternyata." Ucap Bintang yang kembali menyandarkan tubuhnya.

"Saya sudah terbiasa membuat kopi untuk yang lain tuan."Jawab Vina sambil tersenyum.

Tangan lembut Vina semakin lancang, dia bahkan memijitnya tengkuk Bintang yang entah kenapa Bintang tidak mempermasalahkannya.

Bintang membuka matanya, darahnya berdesir saat Vina meraba lehernya, entahlah dia merasa libidonya naik tiba tiba.

"Kau pergi saja."Ucap Bintang melepaskan tangan Vina dari lehernya, ia merasa akan kekamar mandi sekarang.

"Ba-ik tuan..."Vina ingin pergi tapi tiba tiba kakinya tersandung dan jatuh pada tubuh Bintang.

Bintang merasakan benda kenyal menempel pada bibirnya.

* * *

Dirumah sakit, tepatnya diruangan Cahaya, sekarang dia tengah makan disuapi Senja.

"Mom, abang mana?"Pertanyaan dari Cahaya membuat Senja terdiam, benar Cahaya belum tahu jika Angkasa tengah ada dipenjara sekarang, Senja tidak harus mengatakan apa, tapi dia tidak mau membuat Cahaya memikirkan hal itu dan membuat dirinya stress.

"Em...ah ya itu, Angkasa ada operasi diluar kota sayang, rumah sakit disana meminta Angkasa secara khusus untuk mengoperasi keluarganya, jadi kemungkinan akan lama pulang."

"Kok bang Angkasa nggak kasi tahu Cahaya ya mom?"

Senja bisa melihat jika anaknya sekarang sedang kesal.

"Nanti mommy akan mengatakan itu pada Angkasa, sekarang habiskan dulu ya makanan."Senja ingin menyuapi Cahaya tapi  ia menolak.

"Nggak mom, udah kenyang."

Senja tidak memaksa dirinya mengambil air dan menyodorkannya pada Cahaya.

Cahaya meminum air itu hingga tandas,"Kalo daddy?"

Senja kembali diam, mendegar Cahaya mengatakan daddy, dirinya menjadi gusar, entah kenapa perasaan nya sedari tadi tidak enak, Senja menepis perasaan itu, Bintang tidak mungkin kenapa-napa, entahlah tapi tiba tiba saja hatinya sedikit sakit.

"Mom?"

"Em? Oh iya, daddy bekerja sayang, nanti dia akan kemari, Cahaya butuh apa lagi?"

"Nggak ada, Cahaya butuh mommy, mau peluk."Cahaya merentangkan satu tangannya dan disambut pelukan hangat dari Senja, dia menduselkan wajahnya pada dada Senja.

"Cepat sembuh, mommy rindu dengan Cahaya yang ceria."Senja mengecup pipi anaknya.

Cahaya juga melakukan hal yang sama, dia mencium  wajah mommy nya,"Cahaya juga mau cepat sembuh, Cahaya kangen sekolah."

" Untuk itu Cahaya harus banyak banyak istirahat ok."

"Iya"

"Mommy ketoilet sebentar ya sayang, kamu tidur dulu."

"Tapi jangan lama."

"Tidak, mommy hanya sebentar."Kembali Senja meninggalkan kecupan di kening sang anak.

Dia beranjak dari sana menuju kamar mandi, setelah menutup pintu Senja membuka ponselnya, dia mencari kontak bernama "Mas Bintang" disana.

Satu kali, dua kali, hingga panggilan kesepuluh tidak ada jawaban dari orang yang dia hubungi.

"Mas Bintang kemana? Tidak biasanya dia tidak mengangkat panggilan dariku...."

"Kenapa aku takut begini, rasanya tidak nyaman."Senja mengusap dadanya, entah lah, dadanya sesak, tapi dia tidak tahu kenapa.

"Mas apa kau baik baik saja? Jangan buat aku khawatir."

"Ah Dion.... Aku harus menghubungi nya...."Senja menghubungi orang yang ia sebut.

Tak lama panggilan pun tersambung, menayakan apa yang ingin ia tanyakan dan setelah mendapat jawaban Senja sedikit lega, dia mematikan sambungan itu.

"Dia ada dikantor tapi kenapa tidak menjawab, tapi setidaknya dia tidak apa apa..."

"Tapi kenapa perasaan ku ini, kenapa sangat sakit? Apa aku sedang tidak baik baik saja?"

"Mom!"

Senja yang mendengarkan itu segera keluar dari kamar mandi, dia menemui Cahaya kembali.

LANGITDonde viven las historias. Descúbrelo ahora