Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pertama kali dalam hdup, Nathaniel punya sesuatu untuk dia lindungi di luar kepentingan keluarga. Sesuatu yang ingin dia jaga dan berharap akan terus di sana karena kemauan dirinya sendiri, karena dia ingin melihat senyum itu lagi.
Jade Hanuranda.
Talk less and do more.
Jade bukan orang yang suka banyak bicara karena itu Zein tidak repot untuk memujanya lewat kata-kata. Dia mengecup bibir itu puluhan atau bahkan ratusan kali dari pintu masuk hingga mereka benar-benar mengunci kamar hotel.
Zein berharap Jade bisa melihat betapa dia menginginkan pria itu untuk dirinya sendiri.
Karena itu tangannya menarik tengkuk Jade, hanya dengan sebelah tangan, Zein membawa Jade mendekat, mencengkram lehernya, menyetuh telinga Jade dengan ibu jarinya dan menikmati bibir plump itu seolah ini akan menjadi ciuman terakhir mereka.
Jade merapatkan diri ke dinding, Zein memasukkan tangannya dalam baju Jade, membuat tubuh Jade merinding karena perbedaan suhu yang terasa di tangan hangat Zein. Ia tidak bisa menahan desahan ketika Zein memainkan dadanya, mengelus perlahan sambil memangut bibirnya.
Jade menarik napas dalam, "We can go slowly,"
Itu perintah yang Zein turuti dengan senang hati. Di bawah lampu remang ini, dia bisa melihat wajah Jade yang memerah. Meminta untuk memperlambat permainan mereka adalah tanda jika Jade ingin merasakan sentuhannya lebih lama.
Zein mengecup kening Jade, berbisik di telinganya, "your wish is my command."
Jade mengalungkan tangannya ke leher Zein, dengan sigap pria itu menangkap tubuh Jade yang kini berada di gendongannya. Zein menempelkan dirinya ke dinding untuk menopang beban mereka,
Jade menakup wajah itu, mengambil waktu untuk memantang Zein dari posisi seperti ini. Dia tidak pernah melihat Zein dari atas, ini pemandangan yang luar biasa menggoda karena itu bibir mereka bertaut lagi, kali ini dengan lidah yang bergerak liar.
Zein membaringkan tubuhnya di kasur, Jade secara naluri melepaskan pakiannya sendiri sebelum bergerak untuk menduduki pinggu Zein, lagi. Ini gila, sensai panas ketika dia bergerak maju, mundur, gesekan dan desahan Zein kendati mereka belum benar-benar memulai apapun.
