20. Celah di Tunas Muda

12 5 3
                                    

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

.
.
.
.
.

Celah di Tunas Muda

.
.

Wajah Anggara berubah drastis penuh amarah. Dia langsung bertolak pinggang, membuang muka kesal.

"Kamu mulai berubah," geram Anggara tertahan.

Mira menangkap kilatan sorot mata Anggara. "Maksudnya?"

"Ada hubungan apa kamu sama Edo anak 75? Kamu mau dijadiin mata-mata mereka?" lantang Anggara ini mampu membuat seluruh penghuni ruangan menatap keduanya penuh tanya.

"Kemaren si darah campuran yang nyatain suka ke kamu. Sekarang apa? Apa Edo anak 75 juga suka kamu?" tambah Anggara semakin bersuara tak terima.

Mira tak menjawab, dia hanya menggeleng kepala dan berdecak kesal.

"Kamu kira aku kaya Rere yang suka maen cowo, gitu?" ucapan Mira ini bernada ketus.

"Baikan bentar, udah berantem lagi. Unik adek lo, Bi," suara Frans terdengar lirih.

"Tunggu dulu. Edo anak 75? Lo tau siapa dia, Mir?" Neno langsung melebarkan mata.

Mira menoleh kesal. "Ayolah, apa nama Edo yang kalian kenal cuman Edo anak 75?"

Gadis ini melirik Haikal dan Aldo yang membatu di tempat. Kedua pria itu bahkan lupa tujuan apa mereka membawa Mira ke tempat ini.

"Ah, gue lupa. Sorry semuanya. Edo yang Mira maksud itu Edo yang barusan gue laporin. Si darah campuran yang kena bully." Haikal menenangkan suasana, kontan hal itu langsung menggugah Neno.

"Bukannya namanya Edward?" tanya Neno lalu menoleh ke Frans. "Edward Cullen si vampir, Frans. Kenapa lo gak bilang kalo panggilannya juga Edo di sini?"

Frans mengendikan bahu, wajahnya terlihat lebih tenang saat ini. "Gue kelupaan, Bi. Anak-anak manggilnya juga si Edward darah campuran."

"Takutnya ini ulah orang dalem yang udah jadi babu musuh kita. Bisa aja mereka sengaja mengusik kita pake cara kotor kaya gini. Adu domba, dan Mira target pertamanya." Aldo memperjelas tujuannya ke ruangan ini.

Anggara menoleh ke Mira. "Beneran si darah campuran itu namanya juga Edo?"

Mira mengangguk menjawabnya, meski setelahnya membuang muka kesal.

"Dia sahabat aku, apa perlu kamu masi cemburu? Aku gak mau dia kena bully lagi."

Tetiba saja pintu ruangan ini terbuka, di mana pria pemilik senyuman lebar itu mematung di tempat, dengan mata tercekat menatap kehadiran Mira di ruangan ini.

Throw a diceDonde viven las historias. Descúbrelo ahora