11. Berantem

16 8 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.

Berantem

.
.

Mata Mira menyapu, mencari ketiga sahabatnya yang kini duduk semeja dengan Anggara, di salah satu meja di cafetaria.

Keadaan meja mereka, merupakan pemandangan yang luar biasa dan mampu menyedot perhatian seisi ruangan ini.

Ketiga cewek pengagum drakor itu bingung berekspresi bagaimana saat duduk bersama pacar sahabatnya.

Kaki Mira segera melangkah ke sana dengan segala macam pertanyaan, apa yang sedang Anggara gali dari para sahabat Mira itu.

Anggara tak menoleh begitu Mira duduk di sebelahnya. Mira tahu, pria ini marah padanya. Sedang ketiga sahabat Mira kompak menatap penuh tanya pada Mira.

Suasana canggung nan dingin ini terasa nyata. Pria ini memandang lurus dengan wajah dingin bersuara tegas.

"Apapun yang dia bilang dan lakuin, itu gak akan ngerubah apapun. Kalian bertiga setuju?" Anggara bersuara tegas.

"Se-setuju," spontan Helena terlalu cepat, yang mendahului Lucia dan Naura.

"Gue nitip, ya. Ntar kalo ada apa-apa, kabarin gue. Oya, ato bisa langsung cerita ke Aladin sama Boy." Anggara menatap lurus ke ketiga sahabat Mira. Pria ini langsung mengerti arti wajah mereka yang sempat kebingungan.

"Maksud gue Alan sama Bastian temen sekelas kalian," tambah Anggara yang seketika membuat ketiga gadis ini kompak mengangguk mengerti.

"Ada apaan, sih?" tanya Mira yang membuat Anggara menoleh padanya.

"Gak ada apa-apa. Ntar pulang aja duluan bareng mereka kalo kamu gak ada yang jemput." Anggara mulai berdiri.

"Baru sehari jaket balik, udah ikutan lagi."

Suara Mira mampu membuat Anggara membatu di tempat. Mendengus dan membuang muka, dengan decakan kesal tanpa menatap Mira.

"Kamu ini baru aja jadi siswa Tunas Muda. Masih banyak siswa lain di sini, Gara. Kak Neno bilang, dia mau diskusiin hal ini."

Anggara menatap tajam usai menoleh pada Mira spontan. "Kamu mau kita ribut sekarang?"

"Buat apa?" tegas Mira berwajah datar.

"Udahlah, Mir. Gak enak diliatin banyak orang." Naura mencoba menengahi.

"Ra, gue cuman mau yang terbaik buat Gara," spontan Mira tanpa menoleh ke Naura.

"Yang terbaik? Apa yang terbaik buat aku, belom belom tentu jadi yang terbaik buat kawan lainnya," sinis Anggara masih dengan wajah menakutkan seperti tadi.

Throw a diceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang