9. Marco Allaire

21 10 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.
.
.
.

Marco Allaire

.
.

"Kalian kalau berkunjung, napa gak ajak-ajak gue?"

Suara itu langsung hentikan langkah Varo dan Marvin. Mereka sama-sama mendengus melihat pria yang masih membatu di daun pintu ini.

Kembar tak identik, begitu pula sifat mereka yang seolah bertolak belakang. Itulah kesan pertama yang Mira tangkap dari Marco, saudara kembarnya Marvin.

Postur tubuhnya tak setinggi Marvin, tapi mungkin jika bersama Varo, jika dilihat dari belakang, Marco dan Varo mirip. Baik itu postur tubuh dan gaya rambut.

Marco, memiliki gaya uniknya tersendiri. Seperti campuran antara vibes nakal yang melekat pada Marvin, bercampur dengan vibes putra tunggal pengusaha kaya seperti Varo.

Bukan seperti Varo yang terlihat elegan, bukan pula seperti Marvin yang terlihat brandalan. Tapi di tangan Marco, barang mewah apa pun yang melekat padanya menjadi barang limited edition.

Jaket-jaket, hoodie merk terkenal, sepatu limeted edition, berada di tangannya menjadi suatu karya orisinil darinya. Seolah selalu menjadi karya yang dituangkan di sana.

Senyumnya paling lebar dibanding lima pilar anggota inti Garuda putih lainnya. Bagi Mira, Marco satu-satunya ekstrovert diantara Marvin, Varo, Anggara dan Neno.

"Kelakuan lo berdua kaya maling ketangkep basah," sambung Marco yang melihat ekspresi Varo dan Marvin.

"Ngapain lo ke sini? Gak ada yang manggil," potong Marvin ketus, tapi anehnya malah membuat kembarannya tertawa.

Dari sini Mira tahu, bahwa bekas luka sayatan melintang di lengan kiri, tak pernah ditutupi oleh Marco.

Seragam lengan pendeknya, seolah mempertegas bagaimana kisah di balik warna gelap di kulit itu, gambarkan bekas luka yang sudah lama.

Mira langsung terdiam saat dia malah teringat kejadian besar yang menimpa Garuda putih sewaktu melawan anak 86 dulu.

Kejadian besar yang terjadi saat Anggara masih menjadi satu-satunya anggota yang duduk di bangku SMP.

Kejadian besar yang membuat nama Anggara langsung tenar dengan nama panggilan Togo si partnernya Kezo. Legenda sepasang tongkat baseball berdarah.

Marco saat itu, bersama Neno memang terluka parah. Keduanya menjadi alasan Anggara dan Marvin murka. Marco, hampir saja kehilangan tangan kirinya, dan Neno, hampir saja kehilangan nyawa.

Sepenggal cerita ini Mira dapatkan dari Varo. Tak lengkap, tapi bisa dipercaya.

Varo yang saat itu merasa paling bersalah hingga detik ini. Dan Varo, semakin berusaha sebaik mungkin untuk tetap memprioritaskan kesempurnaan demi kebaikan para sahabatnya, anggota Garuda putih, dan Tunas Muda.

Throw a diceWhere stories live. Discover now