16. Kesepakatan

10 4 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.

Kesepakatan

.
.

Sedari pagi, pikiran Mira campur aduk. Antara Anggara dan Edo. Anggara yang saat ini kemungkinan besar marah pada Mira, hingga tak kunjung membalas pesan.

Dan kenyataan Rere tentang Edo. Besar kemungkinan, keadaan pria itu tak sebaik kelihatannya.

Pria polos itu, mungkin saja dalam keadaan buruk saat ini setelah kekalahan Rere semalam.

Sedang Anggara, Mira tak tahu keadaan pria itu. Apakah dia terluka? Atau malah kena hukuman dari Neno karena keberadaan Mira yang mengacaukan semuanya kemarin.

"Kenapa tu muka ditekuk kaya gitu dari tadi? Lo marahan sama Anggara?" gugah Naura dan Mira segera menoleh padanya.

Mira menggeleng pelan, lalu tersenyum tipis.

"Mir, wajah lo kaya banyak pikiran, Mir." Lucia menimpali, yang membuat Mira menoleh ke belakang.

"Pagi dede gemesh, gue," jawab Mira.

"Asli, dia dari tadi cuman raganya aja yang duduk di sini. Ini udah jam istirahat, Mir. Mau ke cafetaria sekarang?" Helena menggeleng kepala sebelum bertanya.

"Sorry perkara Edo," jawab Mira akhirnya.

"Lo masi mikirin Edo?" spontan Naura.

Mira mengangguk. "Sama Gara yang lagi marah ke gue."

Tetiba saja Alan dan Bastian berdiri di samping meja mereka, dan menggugah spontan untuk menatap keduanya.

"Madam!" spontan Bastian yang langsung saja membungkam mulutnya setelah Alan memukul ringan lengannya.

"Madam?" spontan Helena menoleh ke ketiga sahabatnya.

"Makasi udah nolongin kita," lanjut Alan bersikap biasa.

"Nolongin?" spontan Naura.

"Lo berdua gak papa?" Mira malah bertanya.

"Lengan biru-biru kaya abis digebukin gitu, lo bilang gak papa, Mir?" suara Lucia terdengar setengah terkejut setelah melihat kenampakan lengan Alan dan Bastian.

Alan merangkul Bastian, memaksanya kembali ke bangku sebelum teman Mira mencecarnya dengan banyak pertanyaan.

"Mir, lo ikutan berantem bareng mereka?" Naura menatap minta penjelasan.

"Mentang-mentang cowo lo anggota inti, sekarang lo ikutan tawuran?" Helena bernada suara tak terima.

"Gak gitu, Na," spontan Mira.

"Jadi, Mir. Lo beneran pinter kelahi? Ajarin gue, dong," rengek Lucia bagai bocah kecil. "Coba liat tangan lo." Lucia memaksa mengangkat lengan Mira ke mejanya. "Kok masi mulus? Lo gak kena? Hebat!"

Throw a diceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang