25: Gara-gara Hujan

6.1K 443 41
                                    

Maaf membuat kalian menunggu, dan terima kasih karena sudah setia menunggu.

🦋🦋🦋🦋

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

🦋🦋🦋🦋

"Mas gak apa-apa antar Pandu pulang sendirian?" Tanya Asmara pandangannya menatap Dewa serta Pandu bergantian.

Dewa tersenyum seraya menganggukkan kepalanya, lalu kedua bola matanya melirik ke bawah untuk melihat Pandu yang sedang menggandeng tangannya.

"Enggak apa-apa sayang, kamu bantuin ibu sama bapak saja. Biar Pandu yang mas antar." Jawab Dewa, pandangannya terangkat menatap istrinya.

Tadinya Asmara pun akan ikut menghantarkan Pandu pulang saat diberi kabar oleh Awan jika ia dan istrinya sudah kembali pulang. Namun beberapa menit kemudian ibunya menelpon dan menyuruh Asmara untuk segera ke warung, untuk membantu membereskan toko yang akan ditutup lebih awal karena langit sudah gelap serta gemuruh petir yang tak henti-henti bergelegar.

"Ya sudah, mas jalan sekarang ya? Takut hujan turun." Ucap Dewa sebelum mengambil langkah meninggalkan Asmara.

Dewa dan Pandu bersama-sama melambaikan tangan kepada Asmara yang kini tersenyum senang melihatnya, Asmara membalas lambaian tangan itu Tiba-tiba Asmara membayangkan di masa depan nanti Dewa akan seperti itu, tetapi tidak dengan Pandu melainkan dengan anak mereka berdua.

"Om Dewa." Panggil Pandu di tengah-tengah perjalanan mereka.

"Hm?" Sahut Dewa sembari menundukkan pandangannya ke bawah agar dapat melihat wajah Pandu.

"Capek, mau gendong." Katanya setelah menghentikan langkahnya.

Dewa ikut menghentikan langkahnya, pria itu berjongkok membelakangi Pandu dan menyuruh anak laki-laki itu untuk segera naik ke atas punggungnya. Pandu menurut, ia memeluk erat leher Dewa. Setelah Pandu berhasil menaiki punggungnya Dewa kembali berdiri, tiba-tiba Pandu mengguncang tubuhnya sendiri yang membuat Dewa terkejut dan hampir hilang keseimbangan.

"Ayo lari om, lari yang kenceng!" Pandu berteriak di samping telinga Dewa.

Sejenak mata Dewa terpejam, embusan nafas pun ia keluarkan. "Astaga, iya-iya. Jangan teriak-teriak dong."

Hening sejenak, hingga tiba-tiba Dewa berlari kencang yang membuat Pandu tertawa kegirangan, anak laki-laki itu memeluk erat leher Dewa, agar tidak terjatuh. Tawa mereka berdua masih tercipta saat sudah sampai di kediaman Awan, perlahan Dewa menurunkan Pandu dari punggungnya. Nafas pria itu sedikit terputus-putus karena ia baru saja berlarian, ditambah Dewa membawa beban di punggungnya.

"Mau lagi!" Pinta Pandu sembari merentangkan kedua tangannya.

Dewa yang masih mengatur nafasnya pun tersenyum, setelahnya ia pun membalas. "Nanti lagi ya, sudah mau hujan."

Dewa Asmara | TamatDove le storie prendono vita. Scoprilo ora