9: Kabar Menyakitkan

7.3K 491 30
                                    

Jangan lupa vote serta komentarnya.

Mas Dewa kalau lagi bicara sama Asmara.

Serius: Memanggil dirinya sendiri dengan sebutan 'Saya'

Biasa: Memanggil dirinya sendiri dengan sebutan 'Mas' 'Kang Mas'

🦋🦋🦋🦋

Hembusan angin pagi menerpa wajah dengan rahang tegas itu, asap rokok dikepulkan ke udara serta kedua mata itu menatap tajam hamparan sawah hijau di depannya. Sehingga sentuhan pada lengannya membuat pria itu tersadar dan segera membalikkan tubuhnya ke samping, untuk melihat siapa gerangan yang berani menyentuh lengannya.

"Mas Dewa."

Mata yang semula menyorot tajam itu berubah menjadi tatapan teduh saat pandangannya dipertemukan dengan pandangan dari gadis ayu di hadapannya, senyuman manis pun turut terukir. Dewa membuang rokok yang batangnya masih panjang lalu menginjaknya, takut jika Asmara tidak suka dengan asap rokok.

"Ya, sudah rindu kamu?" Dewa menundukkan pandangannya agar bisa melihat Asmara yang sedang tersenyum padanya.

"Mas Dewa kali yang rindu."

"Saya selalu rindu kamu Asmara, hati ini sepertinya sudah menemukan pelabuhannya." Dewa menyingkirkan helaian rambut Asmara yang menutupi wajah gadis itu.

"Kalau mas Dewa pergi lagi?" Asmara bertanya dengan nada khawatir.

"Kamu sekarang sudah menjadi kepunyaan saya diajeng, ke mana pun saya pergi, tetap kamu yang menjadi tempat pulang saya. Hubungan kita memang baru, tetapi tidak dengan hati kita. Saya tidak akan pernah membiarkan tangan kamu menyentuh laki-laki yang bukan sedarah, selain saya." Dewa sangat bersungguh-sungguh saat mengucapkannya.

"Tetap menjadi milik saya diajeng, saya sangat bersungguh-sungguh dengan kamu." Dewa menggenggam erat kedua telapak tangan Asmara sembari memberi usapan lembut di sana.

Asmara tertegun mendengar apa yang Dewa ucapkan, berusah mencari sejumput kebohongan di balik mata teduh pria di depann. Namun tidak ditemukan sama sekali, bukan kebohongan yang Asmara temukan melainkan cairan bening tampak tertahan ingin keluar dari sana.

"Cinta pandangan pertama itu benar adanya, saya merasakannya. Saya sangat mencintai kamu sayang."

Bibir merah muda Asmara membentuk senyum, gadis itu memandang Dewa penuh haru. "Iya mas, bukan hanya mas Dewa yang merasakannya."

Dewa menatap Asmara dengan pandangan tidak percaya, Dewa mendekatkan dirinya agar jaraknya lebih dekat dengan sang kekasih.

"Katakan jika kamu juga mencintai saya Asmara." Dewa menatap Asmara penuh akan harapan.

Asmara tersenyum, kedua tangannya terulur mengusap pipi Dewa. "Asmara cinta mas Dewa sekarang, dan akan terus seperti itu."

"Selamanya mencintai mas Dewa?" Tanya Dewa dengan pandangan yang semakin berkaca-kaca.

Asmara menganggukkan kepalanya. "Selamanya, hatiku cuma buat mas Dewa."

Dewa menyentuh kedua tangan Asmara yang masih memegang pipinya, dikecup olehnya dua tangan mungil milik Asmara. Tanpa sadar air matanya terjatuh mengenai punggung tangan Asmara.

Dewa Asmara | TamatWhere stories live. Discover now