6: Seindah Bulan Yang Bersinar

9.1K 651 66
                                    

Maaf lama teman-teman, lagi sibuk banget :(

Catatan: Judul cerita ini di ubah menjadi "Dewa Asmara"

🦋🦋🦋🦋

"Apa kabar Asmara-ku? Kangen enggak sama om Dewa?"

Bulu kuduk Asmara seketika berdiri saat suara berat serta nafas hangat itu menerpa tengkuknya, bisa ia cium wangi maskulin yang sangat menggoda dari belakangnya. Rasanya tubuh Asmara tidak bisa di gerakan sama sekali, sehingga dia tersadar saat dua tangan hangat menyentuh bahunya.

"Hadap sini, om mau lihat wajah cantik kamu yang sudah dewasa itu."

Asmara dengan ragu memutar tubuhnya, sehingga dapat ia lihat tubuh Dewa yang menjulang tinggi di hadapannya. Dewa tersenyum sehingga lesung pipinya terlihat jelas, kedua tangan Dewa tak lagi ada di bahu Asmara melainkan berpindah pada saku celana pria itu sendiri.

"O-om Dewa, ada apa datang kemari?" Asmara gagap dan tidak berani menatap langsung mata berwarna cokelat madu milik Dewa.

"Masa nunduk begitu, tatap wajah om dong." Dewa melangkah lebih dekat lagi dengan Asmara, sehingga Asmara reflek memundurkan tubuhnya.

"Maaf terlalu lama Asmara." Ucap Dewa kedua matanya masih setia menatap Asmara yang malu-malu.

Perlahan Asmara mengangkat wajahnya, dan dapat ia lihat Dewa yang sedang menatapnya dengan tatapan teduh serta senyuman tipis yang membuat hatinya berdetak kencang.

"Kamu masih menunggu om Dewa, atau sekarang kamu sudah punya laki-laki yang sudah kamu sentuh lesung pipinya juga?"

Asmara menggelengkan kepalanya. "Cuma om Dewa." Cicit Asmara sembari memalingkan pandangannya agar tidak terus menatap mata teduh Dewa yang membuat tubuhnya lemas.

"Cuma apa?" Dewa mendekatkan kepalanya dengan kepala Asmara yang membuat Asmara memundurkan kepalanya.

"Cuma om Dewa" ulang Asmara suara sedikit keras agar Dewa bisa mendengarnya.

Dewa memundurkan kembali kepalanya, tampak dia mengusap-usap dagunya. "Di sini ramai sekali, jadi om tidak bisa mendengarnya dengan jelas."

Asmara mendekat pada Dewa dan berjinjit agar bisa berbisik tepat pada telinga Dewa.

"Cuma Mas Dewa."

Setelah mengucapkan itu Asmara segera pergi dari hadapan Dewa yang terdiam dengan perut yang terasa geli setelah mendengar panggilan baru dari Asmara-nya. Dewa menggigit bibirnya sendiri, sembari pandangannya menatap punggung Asmara yang sudah menjauh.

"Mas Dewa?" Dewa mengulang kembali apa yang Asmara ucapkan tadi, senyuman manis terlukis menghiasi wajah tampannya.

Dewa menundukkan pandangannya, satu tangannya menyentuh dadanya sendiri. Sehingga sebuah sentuhan di bahunya membuat Dewa terkejut dan segera memutar badannya ke belakang.

"Maaf pak, bisa minggir sebentar? Ini ada yang mau angkat air panas."

"Ah iya-iya, maaf. Silahkan" Dewa segera menyingkir dari sana dan dia pun menoleh ke sana-ke mari mencari keberadaan Adam dan yang lainnya.

"Pak Dewa, kok bisa ada di sini? Tadi saya kira ikut kita-kita di belakang" suara Lintang menyapanya dari belakang.

Dewa mengusap tengkuknya sebentar sebelum menjawab. "Saya tertarik dengan orang-orang yang sedang membuat pameran." Dewa menunjuk segerombolan orang-orang yang sedang asik membuat pameran untuk besok.

Dewa Asmara | TamatWhere stories live. Discover now