14: Ciuman di Bawah Hujan

7.7K 442 24
                                    

Banjiri bab 14 ini dengan komentar serta vote dari kalian semua💞💞💞

🦋🦋🦋🦋

Di bawah langit mendung, dengan menggunakan kaos hitam polos berwarna hitam dan dilapisi oleh jaket kulit berwarna cokelat, serta celana jeans Dewa membawa tubuhnya untuk melangkah ke tempat tujuan yang diinginkan. Tatapan sendunya menunduk ke bawah mengingat jika hari ini adalah hari terakhir ia bertemu dengan Asmara. Sebenarnya Dewa bisa saja bertindak, tetapi ia takut jika nantinya akan terjadi sesuatu dengan Asmara dan keluarganya. Dewa sangat menyayangi Asmara, Dewa tidak mau Asmara terluka.

Dewa sampai di depan warung milik ibu Asmara, senyum Dewa merekah saat ia baru saja sampai sudah di sambut oleh Rania. "Eh pak Dewa, nyari Asmara to?" Tanya Rania yang sudah bisa menebak.

Dewa tersenyum, pandangannya menunduk sebentar karena sedikit salah tingkah. "Iya bu, tadi saya ke rumah sepi."

Rania tersenyum, "Asmara ada di dalam lagi bantu ibu beres-beres warung, pak Dewa temui saja. Saya mau keluar sebentar."

Dewa menganggukkan kepalanya seraya membalas senyum manis Ranka. "Baik, terima kasih bu."

Rania pun pergi meninggalkan Dewa yang masih belum juga masuk menemui Asmara, langkah Dewa kembali tercipta dan kini pria itu berdiri di depan meja kasir. Dari sini Dewa bisa melihat kekasihnya yang sedang menyusun beberapa barang untuk di jual pada rak susun di sana, kedua mata Dewa menatap sendu Asmara, hatinya sesak saat ia terpaksa harus mengikhlaskan Asmara. Demi keselamatan dan kebahagiaan Asmara dan keluarganya, Dewa rela menahan rasa sakit serta sesak di hatinya ini.

Tanpa sadar kehadiran Dewa telah diketahui oleh Asmara yang kini berjalan mendekat ke arah Dewa. Pria itu masih belum menyadari kehadiran Asmara di hadapannya, Asmara tersenyum geli melihat Dewa yang melamun entah tengah memikirkan apa. Kedua tangan Asmara terangkat dan merangkum wajah Dewa yang membuat pria itu tersadar dari lamunannya.

"Lagi mikirin apa sih mas, kayanya serius banget," Asmara beberapa kali menepuk pelan pipi Dewa menggunakan kedua tangannya.

Dewa terkekeh lalu diraihnya kedua tangan Asmara dan mengecupnya lembut kedua tangan Asmara. "Mikirin kamu. Kenapa kamu tega sekali sayang? Kenapa kamu tega sekali selalu membuat mas Dewa rindu setiap saat."

Asmara tertawa kecil lalu dia menarik kedua tangannya sendiri. "Mas Dewa mau beli apa?" Tanya Asmara belum mengetahui tujuan Dewa datang kemari.

Kedua tangan Dewa ditaruh pada kedua sisi meja kasir untuk menahan tubuhnya. "Dek Asmara jual apa saja di sini?" Tanya Dewa dengan tatapan intens mengarah pada Asmara.

Kedua tangan Asmara terlipat di depan dadanya. "Mas Dewa mau mencari apa memangnya?"

Dewa menggelengkan kepalanya. "Mas Dewa mau menghabiskan waktu bersama kamu hari ini, mau?"

"Mau! Tapi aku mau mengajar dulu, gak apa-apa?"

"Tidak apa-apa, tapi apa boleh mas menemani kamu mengajar? Mas janji tidak akan mengganggu."

"Nanti mas bosan lagi."

"Nanti mas lihat wajah kamu kalau bosan." Balas Dewa yang membuat senyuman manis terukir menghiasi wajah cantiknya.

"Kapan kamu mulai mengajar?" Tanya Dewa dengan santainya ia masuk ke dalam warung dan membantu Asmara membereskan barang-barang yang masih belum siap.

Asmara melangkahkan kakinya menghampiri Dewa. "Jam delapan, sebentar lagi."

Dewa Asmara | TamatWhere stories live. Discover now