4: Membuat Mabuk Kepayang

10.5K 683 49
                                    

Hai lagi teman-teman, jangan lupa vote serta komentar positifnya ya💕

🦋🦋🦋🦋

Dewa dan rombongannya kini telah memasuki daerah pedesaan, Dewa menatap sekeliling. Pandangannya tertarik pada perkebunan yang terbentang luas, seingatnya dulu ini adalah tanah kosong dan sempat dijadikan tempat pengungsian korban gempa bumi 16 tahun lalu. Pandangan Dewa menangkap sebuah pohon besar yang masih berdiri kokoh di tengah-tengah kebun yang tumbuh dengan subur di sana.

Pohon itu, Dewa mengingatnya. Di sana menjadi kebersamaannya dengan Asmara untuk yang terakhir kalinya, tidak disangka pohon itu masih tumbuh kokoh bahkan daun-daunnya pun tampak masih segar seperti dulu. Dewa dan rombongannya sudah jauh dari daerah perkotaan, mereka kini telah sampai di desa yang terlihat masih asri tanpa adanya asap-asap dari pabrik.

Mobil milik Dewa terhenti begitu juga dengan mobil yang ada di depannya, Dewa turun dari mobil dan melihat para karyawannya juga melakukan hal yang sama. Adam tampak tergesa-gesa menghampiri Dewa.

"Panas pak, mau dipayungi?" Tawarnya.

"Jangan berlebihan Adam, saya sudah sering panas-panasan seperti ini." Balas Dewa yang langsung diangguki oleh Adam.

Fadli dan tim-nya kini berjalan menghampiri Dewa dan juga Adam.
"Mohon maaf Pak Dewa, untuk menuju desa-nya tidak bisa menggunakan mobil. Jadi apa pak Dewa tidak keberatan jika kita berjalan kaki?" Fadli tampak ragu-ragu mengucapkannya.

"Tidak, yasudah ayo kita jalan."

Fadli tampak bernafas lega dan berjalan mendahului Dewa. Dewa memandang hamparan rerumputan hijau serta sungai yang tampak jernih di sekitarnya, inilah kehidupan yang Dewa inginkan. Tenang, bersih, dan jauh dari bisingnya bunyi kendaraan. Dewa melihat sebuah gapura yang berdiri kokoh tak jauh dari mereka berjalan, rupanya desa ini sudah banyak perubahan. Dewa terus melangkah mengikuti kemana karyawannya berjalan, dengan kepala menoleh kesan-kemari berharap bertemu dengan seseorang.

"Pak Dewa, kita harus ke rumah kepala desa terlebih dahulu" beritahu Lintang salah satu karyawan Dewa.

Dewa menganggukkan kepalanya. "Di mana rumahnya?"

"Mari ikuti saya pak" ucap Lintang sebelum mendahului majikannya.

Kepala desa tersebut tampak terkejut ketika dirinya kedatangan seseorang yang terlihat dari pakaiannya saja sudah terlihat jika mereka adalah orang-orang penting, namun dengan cepat Fadli menjelaskan tujuan kedatangan mereka kemari. Kepala desa bernama Andri itu akhirnya bernafas lega, dan dia senang karena sangat jarang bahkan tidak pernah seorang petinggi datang ke desa terpencil ini.

🦋🦋🦋🦋

Asmara menyimpan beberapa camilan buatannya yang akan ia jual di warung kelontong ibu-nya, Asmara tampak tersenyum senang melihat makanan buatannya yang kini sudah dibungkus rapi di dalam kotak plastik dan sudah siap untuk dijual.

"Sudah siap nduk? Ibu mau berangkat ke warung nih" ucap Rania sembari jalan menghampiri putri bungsunya.

Asmara menganggukkan kepalanya. "Sudah bu, ini baru saja selesai."

"Kamu hari ini mengajar jam berapa?" Tanya Rania.

Asmara menoleh untuk melihat jam dinding. "Jam setengah sepuluh bu, tapi Asmara mau berangkat sekarang buat beres-beres kelas."

Dewa Asmara | TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang