Ikan emas bagi Kuryu

25 6 3
                                    

Ryu pergi keruangan rapat yang biasa dipakai oleh petinggi Kuryu Group. Keheningan mengikuti setiap langkah pemuda itu, hari ini seperti tak ada kehidupan di Kuryu Group.

Sesampainya disana, aneh, ruangan itu kosong. Tak sepenuhnya kosong, ada satu gadis yang ia kenali tengah duduk di meja ayahnya--Iemura.

"Riyu-chan! Apa aku lupa memberitau mu jika rapat ini akan diadakan di tempat lawan?" Akemi menyadari kehadiran Ryu (memang telah direncanakan olehnya). Gadis itu terkekeh sembari terus mengikis jarak antara dirinya dan Ryu.

Ryu memberikan peringatan keras dengan menggores baju Akemi, tentu bukan hanya bajunya yang tergores--tapi juga lengan Akemi. Jika gadis itu tidak menghindar maka tangannya sudah pasti putus. Ryu sendiri tak mau membuang waktunya untuk berbicara pada gadis tak penting ini. Bukan berlebihan, hanya saja emosi pemuda ini sedang kurang stabil.

Ryu bertanya singkat dengan acungan pedang kesayangannya, "Dimana?"

"Hutan terlarang, lokasinya hampir sama dengan Daruma Ikka tapi lebih masuk kedalam. Petinggi yang lain sudah pergi, jadi.. ayo pergi bersama Riyu-chan!"

Ryu mendelik perlahan. Apa susahnya langsung bilang? Batinnya. Bola mata Ryu berputar malas. Dilihatnya dua sosok pria. "Nikaido? Kirinji?" Ryu melihat dua orang kaki tangan itu masih ada didepan pintu rapat.

Nikaido yang mengerti langsung menjelaskan, "Kami belum berangkat, tadi masih ada urusan tapi sekarang sudah selesai."

"Ingin pergi bersama Ryu-kun?" Kirinji bertanya kelewat santai dan melupakan posisi Ryu di Kuryu Group, tindakan ini tentu saja langsung dihadiahi tatapan sinis dari orang disebelahnya, tak sopan pikir Nikaido. Untung hanya tatapan, bukan kekerasan--mengingat Nikaido seringkali menjadi pelaku kekerasan.

Ryu mengangguk singkat lalu pergi bersama Kirinji dan Nikaido. Melupakan sesaat anak gadis dari Iemura yang tengah menatapnya kesal. Siapa yang tak kesal jika diabaikan oleh orang yang dia sukai? Tapi setidaknya sadar diri cukup diperlukan untuk menghadapi sikap orang seperti Ryu. Kulkas berjalan yang pintunya melebihi 100, dingin, dan tak tau pintu mana yang menuju kearah hati pemuda itu.

***

Keheningan merajalela--merebak tanpa bisa dikendalikan lagi di dalam mobil yang ditumpangi tiga  laki-laki anggota Kuryu Group ini. Akemi mana? Ryu meninggalkannya (walaupun nanti Akemi akan tetap menyusul). Lagipula Nikaido dan Kirinji tampaknya agak sedikit risih dengan sikap Akemi, jadi yasudah.

Nikaido fokus pada jalan, ia tak akan membiarkan Kirinji menyetir. Entah kenapa. Lagipula Kirinji tampak masih sibuk dengan pemasangan bom di Mumei-gai, ia berulang kali mengecek lokasi bom lewat laptopnya.

"Kenapa lawan memilih tempat mengerikan seperti ini?" Kirinji mengoceh. Istilah 'lawan' digunakan karena mereka belum tau orang yang mereka ajak rapat mau atau tidak menjalin kontrak. Jika tidak, tentu akan ada pertumpahan darah.

Satu jam berlalu, mereka telah memasuki jalan berbatu. Sebuah hutan yang ada di daerah Daruma Ikka, tapi tampaknya para "dendam" itu sedang padam. Disini sangat tenang. Tampak nya ini sudah termasuk hutan larangan. Banyak pohon tumbang penuh goresan--lebih tak terawat dari pohon-pohon yang ada di Daruma Ikka.

Mobil itu melaju jauh ke dalam hutan terlarang, dan kini markas besar mulai terlihat dari kejauhan. Itu adalah bangunan besar berwarna biru tua dengan halaman kecil dan halaman rumput luas di sekelilingnya. Tidak sulit untuk menebak apa yang terjadi di tempat ini–-tidak ada tanda-tanda peradaban apapun, dan hanya beberapa orang misterius berjaket hitam yang terlihat dari jauh.

Nikaido memakirkan mobilnya. Salah satu orang berjaket hitam membukakan pintu masuk ke dalam, ia bilang bahwa rapat ada di aula taman.

***

Ini tidak terlihat seperti rapat, malah seperti.. acara minum teh? Ini sangat tenang.

"Ah, Ryu-kun?" Rikako tersenyum. Rapat bisa dimulai.

Mereka semua duduk. Konsep menyatu dengan alam ini sangat tenang. Ryu akan suka berada ditempat ini.

Suara siulan berhenti berganti dengan kekehan kecil, "Kalian bisa memanggilku Xeyshi.. aku perwakilan dari perusahaan ini." Orang itu berucap tenang.

Dia perempuan atau laki-laki? Itu yang dipertanyakan oleh benak Ryu, terkesan konyol, tapi orang yang menyebut dirinya Xeyshi tampa tak masuk ke kategori wanita atau pria. Tubuhnya tegap, gagah, sedikit arogan tapi juga lembut, tenang dan manis dalam saat yang sama, tinggi nya se-telinga milik Ryu jika pemuda itu tak salah menilai. Xeyshi memakai jubah, wajahnya tak terlihat. Nada suaranya juga berbeda, seperti memakai alat pengganti suara.

Disisi lain, Ryushin Kuze menghela nafas lega. Untung saja bukan trio psikopat gila itu, pikirnya.

Minamoto memutuskan untuk memulai dialog, pembawaan karakter Xeyshi yang tenang membuat sedikit rasa takutnya hilang, "Xeyshi.. sebelumnya maaf atas kelakuan kurang ajar kami, terimakasih telah mau berpatisipasi di Kuryu Group." Minamoto membungkuk penuh hormat.

"Tak perlu terlalu berlebihan seperti itu. Tenanglah." Semua orang menghela nafas lega, untung sekali Xeyshi sebaik ini!

Ueno memutuskan untuk bicara, "Xeyshi, bagaimana dengan tiga pilar perusahaan ini?"

"Oh.. trio kurang waras itu? Tenang saja, mereka aku rantai karena membuat keributan," Xeyshi berucap tenang.

Rantai?! Kenapa harus pakai rantai? Apa yang mereka lakukan?

"Ini tak gratis.. ada harga yang tak bisa dibayar memakai uang, persetan dengan keadilan."

"Bagaimana caranya?" Rikako bertanya tenang. Walaupun jantungnya berdetak tak karuan.

Xeyshi menjawab enteng, "Manusia."

THE PAST; HIGH & LOWOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz