Sentimental?

28 6 15
                                    

Masa sekarang.

"Begitu ceritanya."

"Itu konyol.. maksudku." Ryu menatap Pio sedikit khawatir. Pemuda itu tau bagaimana sikap brutal Akemi. Tak akan seru jika Pio dibunuh begitu saja.

Sang gadis menghela nafas, "Aku memang tak suka pada orang modelan seperti Anzu, banyak yang menyayangginya, semua orang percaya padanya, dia pintar, Anzu juga memiliki perusahaan, dia sangat dekat dengan anggota S.W.O.R.D, semua orang... menyayanginya. Meskipun dia dijahati atau menjahati seseorang, pasti dia akan dibela. Apalagi dengan trauma yang dideritanya. Terutama dengan kekuatan nya yang bisa dibilang kuat." Pio menatap keluar jendela kamar Ryu. Ia tak ingin menatap pemuda itu. Ini alasan konyol.

"Kau hanya iri padanya."

"Bukan iri, pada dasarnya aku tak suka saja. Aku egois. Seharusnya kamu tau itu."

"Tetap saja itu tak benar, kau benci pada Akemi dan iri pada Anzu. Kau terlalu sentimental." Pio melemparkan bantal milik Ryu pada pemuda itu, walaupun dapat ditangkis dengan mudah oleh Ryu.

"Aku tak iri! Aku hanya kesal pada Anzu yang sok pahlawan itu..," wajah Pio menjadi sedikit murung. "Jika Anzu tak membantu ku dia tak akan pernah menerima luka yang Akemi berikan.. dia tak akan masuk rumah sakit! Karena Anzu.. aku dimarahi oleh ayahku.. kakak bilang aku hampir menggores nama baik ayahku.. aku tak tau kenapa," Pio mendengus kesal. Dunianya hancur saat itu juga.

Ryu menatap lawan bicaranya. Dunia milik gadis itu terasa sama sepertinya. Berat. ia ingin bilang bahwa semuanya akan baik-baik saja pada Pio, tapi gengsi nya terlalu tinggi. Lagipula.. masih ada kenyataan yang siap menampar, Ryu akan melakukan itu ketika dia mempunyai sedikit nurani. Yang artinya dia tak akan pernah melakukan itu pada Pio atau orang lain, bahkan harga dirinya sudah terasa tergores hanya dengan lumayan--bicara pada gadis yang ada dihadapannya.

"Kenal Akemi? Kurasa dia cemburu karena pernah melihatku berbicara dengan mu." Ryu mengangguk, dia kenal orang yang dimaksud Pio, Akemi Iemura--Anak dari Tatsumi Iemura--salah satu petinggi Kuryu Group. Sejak kecil, Akemi memang menyukai Ryu saat pertama kali mereka bertemu.

"Konyol bukan?" Pio tertawa. Itu memang konyol dan tak masuk akal. Hanya karena kesalah pahaman yang didukung api cemburu Akemi jadi melakukan itu.

"Kalau begitu kau sebaiknya pergi."

"Kenapa?"

"Akemi--pagi ini akan ada rapat, Iemura pasti membawa anak gadisnya itu." Ryu adalah orang yang lumayan peka, dia tak mau luka lama Pio terbuka lagi hanya karena Akemi. Mendengar cerita milik Pio itu cukup untuk membuatnya berpikir jika Pio adalah korban perundungan Akemi. Meskipun akan menarik jika melihat gadis dihadapannya ini hancur [Ryu tetaplah Ryu]

"Baiklah.. akhirnya aku pergi dari tempat keji ini. Walaupun dengan kontrak kerja sama dengan mu." Tak perlu disuruh dua kali. Pio langsung pergi dari tempat itu.

Ruangan lengang. Biasanya ada Ryoga, tapi dia bilang sibuk dengan masalah yang akhir-akhir ini ada di Kuryu. Itu bagus, waktu sendiri Ryu bertambah beberapa jam.

Saking heningnya, hanya terdengar suara detik jam. Ini sudah dua jam setelah Pio meniggalkan kamar Ryu. Ini tenang. Ryu suka itu. Pemuda itu selesai dengan urusan kertas-kertasnya sekarang, ia beranjak pergi mengambil handuk. Mandi.

Beberapa saat kemudian Ryu selesai mandi. Keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang baru. Bola matanya membulat sedikit. Sudah ada Akemi yang menunggunya.

"Halo Riyu-chan!" Akemi--dengan lancang memeluk Ryu. Apa lagi? Berharap Ryu memeluknya? Astaga.. ini bukan mimpi. Ryu mendorong kasar kepala Akemi hingga membentur tembok.

"Aduh.. Riyu-chan! Kau pasti begini karena Pio kan? Dasar bajingan kalajengking itu.." Akemi meringis kecil.

"Itu tak ada urusannya dengan mu."

"Tentu ada!"

"Apa?"

"Aku juga merindukannya! Mungkin saja.. aku bisa melakukan kegiatan yang biasa aku lakukan dengan Pio! Percobaan pembunuhan.," Akemi menyeringai.

"Apa kau tau? Orang gila seperti mu harusnya ada dirumah sakit jiwa, bukan malah di Kuryu Group. Berhenti menggangguku," Ryu diam sejenak. "Jika tak ingin kepala mu terlepas dari tempatnya." Pemuda itu serius, dia mengarahkan pedangnya pada Akemi.

Akemi hanya pasrah lalu pergi dengan perasaan kesal setelah mengatakan bahwa rapat akan dimulai beberapa menit lagi.


THE PAST; HIGH & LOWOù les histoires vivent. Découvrez maintenant