Menemukan

38 9 0
                                    

Nine dan Ryu berhasil pergi dari wilayah Rude boys dan memutuskan untuk pergi ke jembatan.

"Wait--What- ..is that Pio?" Nine menghentikan mobilnya secara mendadak.

Tubuh Ryu sedikit terbanting kedepan. Lalu dia mengikuti arah pandangan Nine.

Nine melihat seorang gadis perempuan dengan rambut hitam legam sepunggung, kaus hitam lengan pendek, celana cargo berwarna navy, sebuah mantel berwarna pale turqouise di gantungkan dibahunya dan kacamata bertengger di hidungnya. Dia berada di pinggir jembatan (melewati garis pembatas) dan tengah memandang ke bawah jembatan.

Nine dengan cepat membuka pintu mobil. Ryu berlari kearah Pio, dengan cepat Ryu menarik tubuh pio lalu membawa nya pergi beberapa langkah dari pagar pembatas jembatan.

"KAU GILA, IDIOT??!!" Ryu meneriaki Pio.

"Dari mana saja Kamu Ryu-- oh aku lupa, kamu sibuk dengan Kuryu kan? Kenapa baru tau kalau aku gila? By the way.. bisa turunkan aku? Stop carry me like this." Ryu menurunkan Pio dari dekapannya dengan cara menjatuhk--bukan, tindakan Ryu lebih termasuk ke: membanting tubuh Pio ke jalanan.

"Gosh.. Pio kenapa--

"Bermain." Mata Ryu dan Nine membulat, bermain katanya.

"Bermain dimalam hari? Di pinggir pembatas jembatan?? Bagaiman jika kau jatuh?! Don't you have another place to play?" Nine tak habis pikir dengan anak sekolahan ini. Jika bermain dengan hidup.. okay, that's right Pio, batin Nine memikirkan kelakuan Pio.

"Jika kau depresi karena pacarmu jangan bunuh diri sep--

"Tunggu! Apa?! Depresi? Pacar?" Pio tertawa, "Incaran ku itu bos muda, bukan nikah muda. Dan untuk apa aku bunuh diri? Kenapa tidak orang yang menyakiti ku saja yang dibunuh?"

"Biasanya anak-anak seusiamu meman--

"Aku tidak, aku cukup menjadi anak keras kepala-- tak ada kata pacaran hingga depresi di kamus hidup ku." Pio memotong ucapan Nine.

Baiklah, Nine memang tak akan bisa berdebat dengan gadis keras kepala itu. Nine masuk ke mobil diikuti Ryu dan Pio.

***

Keheningan menyelimuti mobil yang dikendarai oleh Nine. Tidak, hanya Nine saja yang larut dalam keheningan malam. Ryu dan Pio sedaritadi sibuk beragumen tentang sesuatu.

Ryu sedikit mengerang kesal, "Kenapa aku repot-repot menyelamatkan mu?"

"Aku malah memikirkan kenapa kamu mau berbicara denganku."

Ryu menatap sinis Pio, "Itu karena aku menyayangi, tentu saja."

"Satu lagi kebohongan terindah yang didasari kebenaran terburuk yang pernah kudengar." Pio masih sibuk dengan laptopnya.

Nada bicara Ryu terdengar sedikit kesal, "Apakah kamu benar-benar percaya bahwa aku peduli denganmu?"

"Aku tidak cukup bodoh untuk mempercayai itu."

Ryu menjadi sedikit sarkastik, "Oh ya... kamu tidak bodoh, kamu hanya idiot."

"Ryu, Aku sudah sering mengingatkanmu..You're not talking to a mirror." Pio membalas perkataan Ryu dengan santai.

"Aku bosan berbicara denganmu..." Ryu memindahkan pandangannya.

"Lalu kenapa bicara padaku?"

"Kamu menyebalkan."

"Look at yourself--

"Shut up." Ryu mulai kesal, entah kenapa sosok gadis yang ada didepannya ini selalu mudah meledakkan emosinya. Kepribadian Ryu yang pendiam, misterius, licik dan manipulatif hilang begitu saja ketika bertemu dengan Pio.

"Aku punya mulut dan kemampuan untuk bicara, jadi aku tak bis-- hpm." Pio terdiam ketika sebuah roti dimasukan ke mulutnya.

Ryu memasukan sebuah roti ke mulut Pio agar gadis itu berhenti bicara. Sedangkan Pio hanya diam sembari memakan roti itu. Kabar Nine? Dia sedaritadi menutup telinganya dengan earphone musik bervolume tinggi.

Nine mengantarkan Pio pulang, dia ingin ini cepat-cepat berakhir. Jika tidak, maka Nine terpaksa akan memisahkan pertarungan Pio dan Ryu lagi. Ryu selalu saja adu agumen dengan Pio, dan sialnnya.. Nine yang selalu terlibat untuk memisahkan mereka. Sarah tak bisa, Bernie dan Pearl malah menonton dan Ice hanya memperkeruh suasana, Jesse? Dia akan ikut bertarung atau memperhatikan mereka begitu juga Pho.

THE PAST; HIGH & LOWDonde viven las historias. Descúbrelo ahora