Langkah milik siapa?

118 19 0
                                    

Rikako melihat Ryu yang terus mengamati sekitar. Ada rasa bangga dan senang melihat Ryu yang sekarang, Ryu menjadi sedikit terbuka. Anggota Mighty Warriors banyak mengubahnya.

Tak terasa setetes air mata keluar tanpa izin dari mata Rikako ketika membayangkan kemungkinan betapa tersiksanya Ryu dulu. Tak punya teman atau seseorang yang bisa dijadikan tempat berbagi cerita senang atau sedih. Selalu diajari dengan keras, terus menerus dituntut  menjadi pewaris yang sempurna. Ryu diharapkan menjadi nafas baru Kuryu yang sangat sempurna. Rikako tenggelam dalam lamunannya sesaat sebelum dia tersadar dan menghapus air matanya.

"Aku senang kau memiliki teman." Rikako menyudahi kesedihannya.

Ryu hanya membalas dengan deheman lalu kembali melihat kesekitarnya. Ada kolam ikan! Ryu sedikit berjongkok melihat ikan-ikan itu, air dalam kolam bagaikan sebuah cermin yang memantulkan cahaya rembulan.

"Kau berteman baik dengan para anggota Mighty Warriors itu?" Rikako menatap Ryu.

"Iya." Ryu membalas singkat.

Angin berhembus pelan, membelai lembut rambut Ryu dan Rikako. Bulan tersenyum, tak lagi sembunyi di balik awan. Suara arus air sungai terdengar seperti nyanyian yang indah mengiringi indahnya penampilan bulan dan bintang. Pohon-pohon seperti berbisik dan berbicara satu sama lain. Alam bagaikan menunjukan sebuah pertunjukan seni yang sangat indah.

Ada binar di mata Ryu, dia tersenyum tipis, sangat tipis. Udara malam yang mencekam tak menganggu dirinya untuk memperhatikan area sekitar. Ini semua tampak sangat mengesankan baginya. Indra pendengarnya mulai mendengar samar-samar suara langkah kaki.

"Aku ibu yang buruk ya." Ryu terkejut mendengar celotehan Rikako.

"Apa--

"Itu memang benar.. aku termasuk ibu yang buruk, Ryu" Rikako tertawa hambar, "Kau tak perlu menutupinya." Karena itu memang kenyataannya. Tambah Rikako dalam benaknya.

"Itu sama sekali tak benar."

Rikako menghela nafas. Melihat jam di ponselnya, "Ayo pulang, kau harus tidur." Rikako berjalan meninggalkan Ryu yang masih terdiam karena pengakuan Rikako.

Rikako menoleh kebelakang, "Ryu?"

Ryu menganguk, "Baik." Ryu mulai berjalan mengikuti Rikako untuk pulang.

Hening menyelimuti ibu dan anak itu.

"Apa alasan membawa ku ke tempat tadi?" Pertanyaan keluar dari bibir Ryu.

"Berjalan-jalan, lagipula kita perlu menenangkan pikiran dari semua kejadian buruk akhir-akhir ini."

Ryu kembali menatap kedepan, fokus dengan jalan yang ia pijak, "ini daerah kekuasaan siapa?"

"Ini daerah milik salah satu pesaing kita."

Cahaya lampu mobil mulai terlihat, sopir membuka pintu sembari menunduk hormat. Mereka kembali pergi ketempat yang keji meninggalkan tempat indah tadi.

Ryu kembali menatap keluar jendela mobil.

Rikako kembali memainkan ponselnya, sesekali dia mengusap lembut kepala Ryu yang tengah menyender ke jendela. Ryu mengantuk karena itu. Sejak kapan dia mau memperlakukan ku seperti ini? ...ada sesuatu. Lamunannya membawa pikirannya melayang pergi dari tubuh Ryu.

Rikako heran dan kaget ketika melihat Ryu yang tiba-tiba memincingkan matanya, Rikako bisa melihat jika Ryu sedang panik, "Ada apa Ryu?" Tanya Rikako khawatir lalu mengelus tangan Ryu.

"Tadi itu.. siapa?"

"Apa?"

"Ada seseorang yang mengikuti kita tadi.." Ryu kembali melihat keluar lalu menyuruh sopir untuk mempercepat laju mobilnya.

"Mungkin kau salah lihat."

"Seorang laki-laki."

"Ryu, kau mungkin salah lihat. Tidurlah, aku akan membangunkan mu ketika kita sudah sampai." Rikako menyela ucapan Ryu lalu kembali mengelus kepala Ryu.

Ryu melihat ke jendela sebelum dia menutup rasa penasarannya. Elusan lembut tangan Rikako pada rambut Ryu membuatnya mengantuk.

THE PAST; HIGH & LOWDonde viven las historias. Descúbrelo ahora